Lhokseudu, Pusat Wisata Kuliner, Pemandangan Pantai & Alam Yang Indah Hingga Spot Mancing

Lhokseudu merupakan sebuah daerah yang terletak di Kabupaten Aceh Besar. Jaraknya kurang lebih 30 kilometer dari kota Banda Aceh. Hanya membutuhkan waktu satu jam dari pusat kota Banda Aceh. Di sepanjang jalan menuju ke lokasi ini, banyak tempat wisata yang bisa anda kunjungi seperti pantai Lhoknga jika dari Banda Aceh, atau puncak geurutee jika anda dari Calang, Aceh Jaya. Saat ini Lhok Seudu sedang menjadi trending dikalangan anak muda Banda Aceh dan Aceh Besar, sehingga banyak orang yang mengunjungi Lhok Seudu pada hari libur.

Lhokseudu mempunyai banyak potensi wisata alam, pemandangan alam, pemandangan perbukitan dan indahnya pantai yang bentuknya seperti telaga kecil karena terdapat pulau yang berbukit. Lhokseudu juga cocok dijadikan tempat wisata memancing dengan menyewa perahu nelayan yang ada di sekitar perairan ini, anda juga bisa mancing pinggiran yang bisa anda aplikasikan dengan teknik mancing casting ataupun dasaran.

Lihat Juga:

Lhokseudu juga memiliki pelabuhan pendaratan ikan sehingga banyak perahu nelayan yang terlihat di sini. Selain itu, tempat ini banyak menjual ikan asin yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh masyarakat disana dengan harga yang sangat terjangkau. Rasa ikan asin di sini sedikit berbeda dengan daerah lain, karena cara pengolahannya masih menggunakan sistem tradisional. Hal inilah yang membuat ikan asin di area ini memiliki cita rasa yang khas.

Penduduk Lhokseudu umumnya adalah nelayan dan ikan yang mereka peroleh diolah menjadi ikan asin dan dijual. Ikan asinnya ada yang dikirim ke Banda Aceh dan ada pula yang dijual langsung di lokasi ini. Maka tak heran jika kita banyak melihat penjual ikan asin di sepanjang jalan yang menghubungkan barat Aceh ini.

Lihat Juga:

Selain itu Lhokseudu menawarkan wisata bahari dan kuliner yang cocok untuk anda saat berlibur. Fasilitas wisata seperti restoran dapat ditemukan di sini. Terdapat juga beberapa restoran yang pembangunannya berada di pinggir pantai yang dapat membuat wisatawan merasakan pengalaman berbeda.

Lihat juga:

Pada hari libur banyak wisatawan khususnya dari Banda Aceh dan Aceh Besar yang menikmati kawasan wisata Lhokseudu ini dengan berbagai aktivitas wisata seperti menikmati kuliner, memancing, berenang dan juga pengunjung juga dapat mengamati terumbu karang dari atas cafe atau gazebo yang dibangun ditengah laut. Tidak hanya wisatawan dari kota Banda Aceh dan Aceh Besar saja yang berkunjung ke sini, namun banyak juga wisatawan asal Malaysia yang berkunjung ke sini.

Museum Rumah Cut Nyak Dhien, Peninggalan Rumah Pejuang Kemerdekaan Indonesia Ternama asal Aceh

Cut Nyak Dhien adalah seorang perempuan pejuang kemerdekaan yang terkenal di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Cut Nyak Dhien merupakan salah satu pahlawan yang gigih melawan Belanda. Beliau dilahirkan pada masa Kerajaan Aceh tahun 1848 di Lampadang dan meninggal di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 6 November 1908. Cut Nyak Dhien sebelumnya menikah dengan Ibrahim Lamnga yang kemudian gugur pada pertempuran melawan Belanda di Gle Arum pada tahun 1878. Ini membuat Cut Nyak Dhien meluapkan amarahnya dan bertekad menghancurkan Belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah lagi dengan Teuku Umar yang juga merupakan salah satu pahlawan nasional. Aktivitasnya sangat mempermalukan dan menjengkelkan Belanda yang akhirnya membakar rumahnya. Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar berjuang bersama melawan Belanda. Namun pada tahun 1899 Teuku Umar meninggal saat menyerang Meulaboh.

Lihat Juga:

Pemerintah kemudian membangun replika rumah Cut Nyak Dhien yang berisi artefak-artefak Aceh dan berbagai barang milik Cut Nyak Dhien. Museum Cut Nyak Dhien kini berdiri di tempat aslinya di desa Lampisang. Desa Lampisang terletak di jalan Banda Aceh – Meulaboh di km 12 atau sekitar 6 kilometer ke arah barat Banda Aceh.

Lihat Juga:

Setelah suaminya Teuku Umar gugur dalam pertempuran tersebut, Cut Nyak Dhien saat itu sudah tua dan hanya berperang sendirian melawan Belanda tanpa suaminya. Cut Nyak Dhien akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Namun keberadaan Cut Nyak Dhien di Banda Aceh menjadikan semangat perjuangan masyarakat Aceh semakin gigih, sehingga kemudian ia diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.

Lihat juga:

Dalam rangka mengenang Cut Nyak Dhien, kini namanya diabadikan di Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya, Akademi Keperawatan Cut Nyak Dhien, Kapal Perang TNI Angkatan Laut KRI Cut Nyak Dhien dan juga namanya diabadikan dalam mata uang Indonesia 10.000 pada tahun 1998 dan juga di berbagai jalan kota di Indonesia.