Alat musik tradisional Aceh merupakan salah satu daya tarik budaya yang digunakan untuk sebuah seni musik, pertunjukan hingga pengiring tarian Aceh. Alat musik Aceh tersendiri menjadi sebuah kebudayaan yang khas yang mencerminkan keacehan sehingga menjadi salah satu warisan budaya Aceh yang sudah ada sejak zaman dahulu dan dilestarikan hingga saat ini.
Aceh dikenal dengan keindahan alam dan budayanya. Bagi anda yang ingin berkunjung ke Aceh, anda bisa memilih paket tour Sabang Aceh atau juga paket wisata Aceh yang lain:
Bagi anda yang tertarik dengan beberapa aktivitas wisata, anda bisa memilih paket tour Aceh berikut:
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung Pulau Sumatera yang menawarkan beragam keindahan alam, wisata makanan khas Aceh yang nikmat, wisata sejarah, wisata bahari hingga wisata budaya yang begitu menarik. Aceh memiliki identitas yang kental dari kebudayaan yang salah satunya seni budaya Aceh. alat musik tradisional Aceh merupakan warisan budaya yang menarik untuk anda ketahui. Berikut macam-macam alat musik khas Aceh dan fungsinya:
- 1. Seurunee Kalee
Serune Kalee atau juga dikenal sebagai Serunai, merupakan alat musik tradisional Aceh yang ditiup, terbuat dari kayu, kuningan, dan tembaga. Bentuknya yang ramping dan berwarna hitam sekilas menyerupai seruling bambu, namun menghasilkan alunan melodi berbeda.
Serunai mempunyai tubuh ramping serta terbuat dari campuran material kuningan, kayu, serta tembaga. Bagian pangkalnya dibuat ramping untuk memudahkan dipegang. Sedangkan bagian ujungnya melebar menyerupai corong. Bentuk corong ini berfungsi sebagai resonator untuk menghasilkan suara yang lebih nyaring dan bernuansa.
Lihat Juga:
Tubuh Serunai dihiasi dengan 7 buah lubang pengatur nada yang presisi. Ini memungkinkan penciptanya menghasilkan melodi yang beragam. Tak hanya itu, terdapat pula lapis kuningan yang membalut tubuh alat musik tradisional Aceh ini, menambah kesan elegan dan kokoh.
Lebih menariknya lagi, 10 ikatan tembaga yang disebut klah atau ring melingkarinya. Klah ini tak hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga keutuhan Serunai, melindunginya dari retak atau pecah akibat benturan atau tekanan.
Serunai tak hanya menjadi pelengkap dalam pertunjukan seni budaya Aceh, tetapi juga hadir dalam momen-momen sakral. Alat musik ini sering dimainkan bersama gendang dan rapai untuk mengiringi upacara adat dan ritual keagamaan. Alunan merdunya turut memeriahkan tarian-tarian tradisional Aceh, seperti Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe. Sehingga, membangkitkan semangat dan makna di setiap gerakan.
Lihat Juga:
- 25 Oleh-oleh Khas Banda Aceh
- 20 Pusat Oleh-oleh Khas Aceh
- 10 Oleh-oleh Khas Takengon
- 10 Oleh-oleh Khas Simeulue
- 10 Oleh-oleh Khas Bireuen
- 2. Arbab
Di antara alat musik tradisional Aceh, terdapat alunan merdu nan syahdu dari alat musik gesek bernama Arbab. Alat musik ini berasal dari Aceh serta dapat juga ditemukan dengan jenis yang sama di tanah Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kordofon tradisional dari perpaduan material alam.
Seperti tempurung, labu pahit tua, bambu, kulit kambing, benang hori. Sentuhan gesekan bulu kuda atau ijuk enau pada senarnya menghasilkan melodi khas yang memikat telinga. Sehingga, mengantarkan pendengarnya menelusuri kisah dan budaya Aceh.
Lihat Juga:
Alat musik ini terdiri dari dua bagian utama, yakni instrumen induk dan penggeseknya. Dulu, alunan dari alat musik ini senantiasa menghiasi keramaian rakyat Aceh Besar, Pidie, juga Aceh Barat. Pasar malam menjadi salah satu saksi bisu keceriaan yang ditimbulkan oleh alunan merdunya. Alunan melodinya yang menenangkan dan penuh makna, mengiringi tarian dan nyanyian dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh.
Namun, seiring berjalannya waktu, alat musik ini kian jarang terdengar. Melodi indahnya seolah terkubur dalam ingatan. Kesenian ini terancam punah, di mana pertunjukan terakhirnya tercatat pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Faktor perubahan zaman, minimnya regenerasi pemain, dan kurangnya perhatian dari generasi muda menjadi penyebab utama.
Keberadaannya saat ini bagaikan mutiara terpendam yang perlu digali kembali kilaunya. Upaya pelestarian dan revitalisasi menjadi kunci agar alat musik tradisional ini tidak tenggelam ditelan zaman. Generasi muda perlu didorong untuk mengenal dan mempelajari nya, agar melodinya kembali menggema di Aceh dan kekayaan budaya bangsa ini tidak terputus.
Lihat Juga:
- 16 Makanan Khas Gayo
- 12 Makanan Khas Simeulue
- 35 Makanan Khas Banda Aceh
- 10 Makanan Khas Aceh Utara
- 15 Makanan Khas Aceh Selatan
- 3. Geundrang
Tiap wilayah di Indonesia mempunyai kebudayaan beragam, yang melambangkan kekayaan budaya daerah-daerah setempat. Dari budaya itu, maka tercipta beragam kegiatan di masyarakat, seperti Bahasa Daerah, musik, tari-tarian, serta upacara adat.
Aceh adalah salah satu daerah yang punya beragam tradisi, adat, serta kesenian. Beberapa jenis kesenian berkembang dan jadi ciri khas di daerah Aceh adalah keberadan dari alat musik tradisional Aceh, seperti Serune Kalee, Rapa-i, Canang, Geundrang, Saluang Aceh, Biola Aceh, serta Teganing.
Lihat Juga:
Geundrang adalah salah satu alat musik tradisional yang masyarakat Aceh miliki. Alat musik tradisional Aceh satu ini memiliki sumber bunyi berasal dari kulit hewan, dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan telapak tangan di satu sisi serta ditabuh dengan memakai stik penabuh atau gagang geundrang di sisi lainnya.
Alat musik tradisional Geundrang masih sering dipakai di pertunjukkan-pertunjukkan ataupun acara tradisi masyarakat Aceh. Dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa saat ini alat musik Geundrang masih bertahan di masyarakat Aceh.
Geundrang adalah alat musik tradisional membranofon. Hal itu karena geundrang memakai kulit hewan di dua sisi lubang kayu. Cara memainkan alat musik tradisional Aceh satu ini adalah dengan memukul dua sisi kulit dengan tangan serta gagang stik terbuat dari kayu.
Geundrang tak memiliki tangga nada, serta warna suara tergantung kencangnya tarikan kulit. Dapat dimainkan dengan posisi berdiri atau berjalan, duduk bersila, hingga disandang di bahu dengan strap (tali). Umumnya (right-handed), genderang dipukul memakai stik di tangan kanan, serta tangan kiri tanpa menggunakan stik atau tangan kosong.
Membuat Alat Musik Geundrang
Lubangi potongan kayu nangka memiliki bentuk silinder sesuai ukuran geundrang lalu menciptakan rongga menembus di kedua ujungnya. Di kedua ujung pangkal kayu, dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga diameter lebih pendek dari tengahnya. Di kulit sebelumnya sudah terpasang kerangka rotan, tempatkan masing-masing pangkalnya. Tali kulit memiliki peran sebagai pengikat kulit serta kayu geundrang. Berikutnya, tongkat pemukul alat musik tradisional Geundrang dibuat dari kayu dengan panjang 40 cm.
Cara Memainkan Alat Musik Tradisional Geundrang
Geundrang tak mempunyai tangga nada sehingga warna suara tergantung kencangnya tarikan kulit. Alat musik tradisional ini bisa dimainkan dengan berdiri, duduk bersila, ataupun disandang. Geundrang dipukul menggunakan stik di tangan kanan. Stik dipukul dengan ujung yang bengkok, sehingga hasilkan nada tajam yang singkat. Untuk hasilkan suara yang sedang, pakai bagian pinggir atau samping. Untuk hasilkan suara yang bass, pukul di kiri Geundrang dengan memakai tangan kosong. Suara yang gemerincing dihasilkan dengan bantuan pukulan di bagian geundrang diberi atau disemati kerincing.
Lihat Juga:
- 10 Adat Aceh
- 8 Pernikahan Adat Aceh
- 15 Permainan Tradisional Aceh
- 15 Alat Tradisional Aceh
- 15 Kesenian Tradisional Aceh
- 4. Rapai (Rapai Daboh, Rapai Pasee, Rapai Geurimpheng, Rapai Pulot)
Berbicara tentang budaya di Indonesia seakan tak ada habisnya, mengingat keragaman suku, budaya, bahasa, dan masih banyak lagi. Salah satunya alat musik tradisional yang ada di setiap daerah dan beragam jenisnya. Nah, kali ini kita akan membahas rapai, alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik yang satu ini pun masih terbagi dalam beberapa jenis.
Lihat Juga:
Alat musik tradisional Aceh yang satu ini mempunyai bentuk seperti gendang serta rebana. Umumnya, rapai mempunyai warna dasar hitam serta kuning muda. Menariknya, rapai terbuat dari kulit hewan ternak, yaitu kulit sapi dan kambing. Lalu, ditempel pada kayu pilihan yang telah dibentuk bundar. Tak lupa lempengan logam yang diberikan untuk melekatkan kulit. Eits, tetapi ada berbagai variasi dari alat musik ini, antara lain:
1. Rapai daboh
Di urutan pertama ada jenis rapai yang menjadi seni tari di abad 19. Rapai daboh ini sering dimainkan di acara adat masyarakat Aceh sampai populer di masyarakat. Untuk mata ‘daboh’ sendiri diambil dari bahasa Arab ‘dabbus’ yang artinya senjata serta besi runcing. Rapai daboh ditabuh secara serempak oleh beberapa orang, dilengkapi dengan satu orang yang membacakan doa dan melakukan atraksi.
2. Rapai Pasee
Untuk memainkan rapai yang satu ini dibutuhkan sekitar 15-30 orang. Umumnya, permainan rapai Pasee diiringi nyanyian berbau agama dan nasehat. Biasanya rapai Pasee menggunakan rapai dengan ukuran umum, tetapi digantung.
3. Rapai Pulot
Rapai yang satu ini berbeda dengan pertunjukan rapai lainnya. Jika biasanya pada pemain mengawali rapai dengan penampilan mereka dengan lagu dan iringan akrobatik kali ini sedikit berbeda. Permainan rapai Pulot tetap dimainkan secara berkelompok dan mengutamakan kekompakan. Uniknya, rapai Pulot menampilkan atraksi konfigurasi gerakan berlapis yang dilakukan oleh penabuh.
4. Rapai kisah
Tak berbeda dari rapai lainnya yang mengutamakan kekompakan para pemain serta dipimpin oleh seseorang yang mengiringi tabuhan dengan lagu. Menariknya, rapai kisah menampilkan lagu-lagu yang dibawakan sesuai dengan keinginan orang yang memesannya.
5. Rapai geurimpheng
Rapai ini sering dimainkan oleh 12 orang, pertama penabuh sebanyak 8 orang, sedangkan susahnya menjadi syeh, bak, canang, serta pangkep. Pertunjukan ini dimulai dengan para penabuh yang mengangkat tangan pada para penonton serta ada iringan dengan salam. Lagu yang digunakan pun berbagai agamis.
Itulah lima jenis rapai yang perlu Anda ketahui saat berada di Aceh, nih. Unik bukan keberagaman musik rapai di Aceh yang dijuluki sebagai Serambi Mekah. Nah, mengingat Aceh juga mengalami kulturasi dari Arab, tidak heran jika alat musik tradisional Aceh berbau agamis pastinya.
Lihat Juga:
- 5. Bangsi Alas
Setiap daerah di Indonesia mempunyai keberagaman, mulai dari bahasa, adat, suku, termasuk alat musiknya. Alat musik pun memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya bahkan beriringan dengan perubahan daerahnya. Ya, salah satunya alat musik tradisional Aceh yang menjadi saksi zaman Kerajaan Jeumpa Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam sampai zaman Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang sekarang. Salah satunya bangsi alas atau bansi alas.
Lihat Juga:
Alat musik yang satu ini bisa ditemukan di daerah Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Bangsi Alas sendiri adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. Fakta mengejutkannya, pembuatan alat musik satu ini dihubungkan dengan adanya seseorang yang meninggal di kampung atau desa tersebut. Berikut beberapa fakta tentang bansi alas!
Bangsi Alas dikaitkan dengan kematian
Saat seseorang meninggal dunia, bansi alas yang telah siap dibuat akan dihanyutkan di sungai. Kemudian sang pembuat akan terus mengikutinya sampai bangsi alas ditemukan anak-anak. Anehnya, begitu anak-anak mengambilnya, sang pembuat akan merebutnya kembali.
Bangsi alas yang diambil anak-anak, lalu dirampas kembali itulah yang nantinya akan digunakan sebagai alat musik bersuara merdu. Sedangkan bangsi lainnya dibungkus dengan perak atau suara yang merupakan milik orang kaya.
Digunakan sebagai iringan musik
Bangsi alas yang memiliki suara merdu sebagai alat musik tradisional juga sering dimanfaatkan untuk mengiringi tarian Landok Alun. Tari Landok Alun sendiri merupakan tarian khas dari Desa Telangat Pagan yang menceritakan kebahagiaan petani saat mendapatkan lahan baru dengan tanah yang baik. Tari tandok alun pun mempunyai tempo yang lembut atau lambat. Eits, tetapi bukan gerakan yang lambat, melainkan dalam ruang gerak tari yang perpindahannya tidak jauh dari satu posisi ke posisi lain.
Bentuk bangsi alas
Bansi alas merupakan alat musik asal Aceh yang berbentuk seruling bambu dengan lubang di depan, unik bukan? Selain itu, alat ini mempunyai panjang sekitar 41 cm serta diameter 2,8 cm. Untuk lubang di atasnya berjumlah tujuh dan semakin melebar. Fungsi dari lubang tersebut terdiri dari enam lubang nada serta satu lubang udara yang berasal di dekat tempat yang ditiup.
Ujung alat musik ini pun dibalut dengan buku bambu itu sendiri, dan ujung lainnya dibalut gabus. Tak lupa daun pandan yang melapisi bagian yang ditiup oleh gabus dengan memberi sedikit lebih melewati bambu. Dengan begitu, pemainnya bisa menempelkan bansi bibir serta memainkannya dengan cara meniupnya.
Itulah fakta menarik tentang bangsi alas yang menambah wawasan Anda tentang musik Nusantara. Tak hanya dihubungkan dengan kematian, tetapi juga menjadi pengiring tari Landok Alun yang merupakan wujud kebahagiaan. Terlebih alat musik yang mirip seruling ini sedikit unik, mengingat lubangnya berasa di depan bukan di atas. Penasaran untuk melihatnya langsung bukan?
Lihat Juga:
- 13 Bandara di Aceh
- 15 Mesjid di Aceh Terindah
- 10 Gunung di Aceh untuk hiking
- 15 Tempat Camping di Aceh
- 10 Tempat Camping di Takengon
- 6. Tambo
Tambo merupakan alat musik tradisional di Aceh. Alat musik ini terbuat dari batang pohon iboh, rotan dan kulit sapi.
Dengan bahan-bahan tersebut, alat musik ini berbentuk mirip tambur. Saat ingin memainkannya, pemain perlu memukul alat musik ini.
Ketika memukulnya, pemain bisa memanfaatkan sepasang alat pemukul. Hal inilah yang membuat suara atau bunyi dari alat musik tersebut terdengar begitu menggelegar.
Lihat Juga:
Mengenai kegunaannya, biasanya alat musik ini digunakan selama menjalankan upacara adat. Akan tetapi, fungsinya jauh berbeda dengan era dulu.
Pada zaman dahulu, alat musik ini berperan penting sebagai alat komunikasi. Hal ini karena saat alat musik tersebut dipukul, maka menandakan bahwa waktu sholat sudah tiba.
Tak berhenti di situ saja, alat musik yang juga berperan sebagai alat komunikasi ini rupanya bertujuan untuk mengumpulkan warga agar menuju ke meunasah. Hal ini tidak lain untuk membicarakan berbagai masalah yang ada di kampung.
Meski begitu, peranannya sebagai alat komunikasi semakin memudar. Terlebih lagi, saat ini sudah ada mikrofon yang bisa menggantikan perannya sebagai alat komunikasi.
Terlepas dari hal itu, alat musik tradisional Aceh ini menarik untuk diketahui secara lebih mendalam. Apalagi keberadaannya yang selalu terlihat jelas di berbagai upacara adat setempat.
Dengan memahaminya secara lebih dekat, tentu bisa tahu kekhasan, keunikan, maupun daya tarik yang melekat padanya. Alat musik ini memang benar-benar mengesankan.
Lihat Juga:
- 35 Pantai di Aceh Terindah
- 10 Tempat Pemandian Air Panas di Aceh
- 10 Spot Sunset di Aceh
- 15 Air Terjun di Aceh
- 15 Gua di Aceh
- 7. Bereguh
Bereguh adalah salah satu alat musik tradisional Aceh. Alat musik ini bisa pemain mainkan dengan cara ditiup. Lebih tepatnya meniup bagian ujung instrumen yang tampak melengkung dan meruncing.
Dalam memainkannya, rentang nada dari alat musik ini terbilang terbatas. Hal ini lantaran tentang nadanya tergantung dari teknik pemain saat meniup alat musik tersebut.
Lihat Juga:
Lalu untuk proses pembuatannya, alat musik ini menggunakan tanduk kerbau sebagai bahan baku utamanya. Bukan tanpa alasan kenapa tanduk kerbau jadi bahan baku utamanya. Alasannya ialah tanduk kerbau memiliki bentuk sekaligus tekstur yang sesuai untuk jadi alat musik.
Dengan bahan baku tersebut, alat musik unik ini sudah menyebar ke berbagai daerah yang ada di Aceh. Mulai dari Aceh Utara, Pidie, sampai dengan Aceh Besar.
Selain menunjang dunia musik, rupanya alat musik ini juga berperan penting sebagai sarana komunikasi. Di zaman dahulu, suku asli Aceh menggunakan alat musik ini saat berada di area hutan atau lingkungan yang tempatnya berjauhan.
Dengan meniup alat musik ini, maka suaranya bisa jadi tanda keberadaan seseorang. Orang yang mendengar alat musik tersebut jadi tahu lokasi peniupnya. Dengan terus mengikuti bunyinya, maka bisa saling bertemu.
Selain itu, banyak juga yang memanfaatkannya untuk memberitahukan keadaan tertentu. Mengenai keberadaannya saat ini terbilang hampir punah. Hal ini karena alat tersebut sudah jarang digunakan lagi.
Lihat Juga:
- 10 Pantai di Sabang
- 5 Pantai di Banda Aceh
- 5 Spot Snorkeling di Sabang
- 8 Café di Sabang
- 15 Tempat Makan di Sabang
- 8. Canang
Canang adalah salah satu alat musik tradisional Aceh. Instrumen musik ini sering digunakan dalam berbagai upacara daerah. Setiap wilayah di Indonesia tentu memiliki berbagai macam alat musik dan kebudayaan yang beragam. Canang merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul.
Bentuk alat musik canang adalah persegi panjang dan terdiri dari lebih dari satu unit. Alat musik ini dibuat dari bahan kuningan dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa untuk menghasilkan suara yang khas. Dalam berbagai acara adat khas Aceh, canang biasanya ditabuh untuk mengiringi jalannya prosesi acara.
Lihat Juga:
Musik tradisional merupakan warisan budaya yang kaya dan menjadi ikon suatu daerah. Alat musik ini memiliki peran penting dalam mengiringi tari-tarian daerah dan upacara, sehingga menempati posisi yang sangat penting di suatu wilayah.
Canang kayu, salah satu warisan budaya dari Aceh Singkil, terbuat dari kayu pilihan seperti pohon cuping dan kayu tarok. Kedua jenis kayu ini tidak boleh digantikan dengan jenis kayu lainnya. Para pengrajin memilih kayu berkualitas sesuai kebutuhan agar proses pembuatan Canang menghasilkan suara yang merdu.
Proses pembuatan canang melibatkan penyusunan bagian-bagian kayu yang dipilih dengan ukuran yang sama dan panjang setara, kemudian diletakkan pada kotak kayu. Alat penabuhnya harus dibuat dari kayu jambu pilihan. Canang dimainkan secara bergantian untuk menghasilkan harmonisasi suara yang merdu. Masyarakat setempat percaya bahwa leluhur mereka menabuh canang sambil berselonjor di lantai.
Lihat Juga:
- 40 Hotel di Sabang
- 45 Hotel di Aceh
- Hotel di Banda Aceh
- Hotel di Lhokseumawe
- Hotel di Langsa
- Hotel di Takengon
- Hotel di Meulaboh
- Hotel di Bireuen
- Hotel di Sigli
- 15 Penginapan di Pulau Banyak
- 9. Celempong
Celempong merupakan salah satu instrumen seni khas Aceh yang berasal dari Kabupaten Tamiang. Seringkali, alat musik ini digunakan untuk menyertai gerakan tarian tradisional Aceh dan berbagai acara adat yang diadakan. Kehadirannya yang telah berlangsung selama berabad-abad membuatnya menjadi salah satu instrumen seni paling terkenal di wilayah Aceh.
Celempong berasal dari wilayah Aceh Besar dan telah ada sejak zaman kerajaan Aceh Darussalam. Alat seni ini umumnya digunakan sebagai pengiring dalam tarian tradisional seperti Tari Seudati, Tari Inai, dan Likok Pulo. Selain itu, sering pula digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan. Hal ini menjadikannya sebagai simbol penting dari kekayaan dan keragaman budaya masyarakat Aceh.
Lihat Juga:
Instrumen seni tradisional ini dibuat dari bambu pilihan dengan kualitas suara yang unggul. Desainnya sangat sederhana, terdiri dari beberapa potongan bambu dengan berbagai ukuran yang disusun berderet. Cara memainkannya pun cukup mudah, hanya dengan memukul batang bambu menggunakan tongkat kecil. Dengan demikian, celempong mampu menghasilkan suara yang merdu dan khas.
Dulu, para gadis sering kali yang memainkan instrumen musik ini, tetapi sekarang kebanyakan dimainkan oleh para orang tua yang memiliki keahlian dalam memainkannya. Hal ini disebabkan karena celempong tidak hanya sekadar alat musik biasa, tetapi juga memiliki fungsi yang cukup sakral.
Celempong Aceh merupakan salah satu aset budaya yang sangat berharga, oleh karena itu, perlu dilestarikan dengan cara memperkenalkannya kepada generasi penerus bangsa. Tujuannya adalah agar alat musik tradisional ini dapat tetap berkembang dan hidup di masa yang akan datang.
Lihat Juga:
- Paket Wisata Medan
- Paket Tour Danau Toba
- Paket Tour Padang Bukittinggi
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Paket Tour Takengon
- 10. Taktok Trieng
Taktok Trieng adalah salah satu alat musik tradisional dari Aceh. Alat musik satu ini digunakan untuk berbagai acara kebudayaan masyarakat wilayah tersebut.
Alat Musik Taktok Trieng
Aceh adalah salah satu wilayah di Indonesia yang sangat menarik. Provinsi Aceh ini memiliki budaya tradisional yang patut dilestarikan.
Seperti misalnya alat musik satu ini. Alat musik tradisional pastinya termasuk ke dalam budaya Aceh yang sudah ada sejak bertahun-tahun lamanya.
Lihat Juga:
Umumnya, alat musik tradisional akan memiliki cerita khusus di baliknya. Penggunaan alat musik ini juga pasti berhubungan dengan budaya adat lainnya.
Untuk yang belum tahu, Taktok Trieng adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini ini berbahan dasar bambu.
Akan sangat mudah menjumpai alat musik ini di daerah Aceh Besar dan Kabupaten Aceh lainnya. Menurut daerah asalnya, alat musik pukul tradisional ini terbagi menjadi dua macam.
Jenis tersebut terbagi berdasarkan fungsinya.. Pertama adalah untuk Meunasah atau langgar-langgar, di balai pertemuan dan tempat lain. Alat musik ini wajar berada di tempat-tempat tersebut.
Selanjutnya ada fungsi untuk di sawah-sawah. Cara kerjanya adalah untuk mengusir burung atau serangga lainnya yang mengancam tanaman padi.
Dalam jenis kedua ini, biasanya Taktok Trieng berada di tengah sawah dan terhubung dengan tali sampai ke dangay. Dangau sendiri adalah gubuk tempat menunggu padi di sawah.
Alat musik ini sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan, penggunaannya sangat bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki budaya tersendiri di kehidupan mereka.
Hingga saat ini, Taktok Trieng cukup mudah untuk masyarakat temukan di berbagai daerah di Aceh. Waktunya generasi muda untuk melestarikan warisan budaya ini.
Lihat Juga:
- Paket Wisata Bali
- Paket Wisata Padang Bukittinggi
- Paket Tour Sabang 3 Hari 2 Malam
- Paket Tour Sabang 2 Hari 1 Malam
- Paket Wisata Aceh 5 Hari 4 Malam
- 11. Rebana Kompang
Rebana Kompang termasuk salah satu alat musik tradisional Aceh. Alat musik ini memiliki sejarah yang sangat menarik. Hingga sekarang, penggunaan instrumen musik tradisional ini masih sangat populer.
Tidak terlalu sulit untuk menemukan alat musik ini. Sebab, banyak masyarakat yang memainkannya di beberapa acara tertentu.
Lihat Juga:
Alat musik yang terkenal dengan sebutan kompang sebenarnya adalah alat musik tradisional yang terkenal di masyarakat Melayu. Masyarakat Aceh telah menggunakan alat musik ini sejak lama.
Kompang termasuk ke dalam golongan alat musik membranophone dan ada di kelompok alat musik gendang. Alat musik tradisional ini bahkan diajarkan di dalam dunia pendidikan dan masih tetap berkembang.
Ternyata, awalnya Kompang adalah alat musik yang berasal dari Arab. Namun, akhirnya alat musik ini masuk ke Aceh dan wilayah melayu lain sehingga menjadi musik tradisi.
Musik tradisi sendiri adalah musik yang lahir dan berkembang di wilayah atau daerah tertentu. Musik tradisi ini sangat penting karena menampilkan ciri budaya masyarakat daerah setempat.
Adapun bahan pembuatan kompang adalah kulit yang biasanya berasal dari kambing betina, kerbau, atau kulit sintetis. Fungsinya tentu saja untuk memeriahkan upacara adat, seperti pernikahan, penyambutan tamu, hingga khitanan.
Alat musik ini juga banyak digunakan dalam pembukaan dan penutupan MTQ. Jadi, memang Kompang sudah sangat dekat di kehidupan masyarakat.
Meski menjadi alat musik tradisional, tetapi rebana kompang tetap memiliki banyak peminat. Bahkan, masih banyak sekali anak muda Aceh yang sengaja mempelajari cara memainkan alat musik ini.
- 12. Kecapi Olah
Kecapi olah adalah salah satu alat musik tradisional Aceh yang memiliki keunikan tersendiri. Alat musik ini berbeda dengan kecapi dari daerah lain seperti Jawa Barat yang dimainkan dengan cara dipetik. Kecapi olah dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul panjang yang ujungnya diberi bantalan. Alat musik ini, yang juga dikenal sebagai canang, memiliki bentuk yang berbeda dari kecapi pada umumnya karena menyerupai gong kecil.
Kecapi olah terdiri dari dua alat berbentuk gong kecil yang berdampingan dan terbuat dari kuningan. Ketika dipukul dengan pemukul khusus, alat musik ini menghasilkan suara khas yang menarik dan menghibur.
Alat musik khas Aceh ini sering digunakan untuk mengiringi tarian tradisional bersama dengan alat musik lainnya. Selain itu, kecapi olah juga sering menjadi hiburan bagi anak-anak saat berkumpul atau dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah, serta sebagai kegiatan pengisi waktu luang.
Canang merupakan alat musik yang umum dijumpai di berbagai kelompok masyarakat, termasuk masyarakat Aceh, Alas, Gayo, dan Tamiang. Di masyarakat Aceh, canang sering disebut sebagai canang trieng, sementara di Alas dikenal sebagai kecapi oleh. Orang Gayo mengenalnya sebagai Teganing, dan di Tamiang disebut kecapi.
Meskipun memiliki sejumlah nama panggilan yang berbeda, bentuk, fungsi, dan cara memainkan alat musik tradisional ini tetap serupa di berbagai daerah. Keberadaannya menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat setempat dan sering digunakan dalam berbagai acara tradisional serta sebagai hiburan dalam kegiatan sehari-hari.
- 13. Genggong
Genggong adalah salah satu alat musik tradisional Aceh yang termasuk ke dalam jenis musik instrumen idiofon. Alat musik yang satu ini juga mirip dengan instrumen Saga-saga yang mana merupakan jenis instrumen yang berdiri sendiri. Bahkan ada yang menganggap bahwa Genggong adalah evolusi dari instrumen Saga-saga.
Namun jika ditinjau kembali dari segi peralatan yang digunakan untuk membuat alat musik Genggong, maka bisa kita simpulkan alat musik ini ditemukan ketika sudah mengenal besi. Sebab, sebagian besar alat musik tradisional Aceh ini terbuat dari besi. Tak heran kalau suara yang dihasilkan sangat lembut dengan nada yang cukup kuat jika dibandingkan dengan alat musik Saga-saga.
Namun untuk nada aslinya sendiri, alat musik Genggong sangat bergantung dari napas pemainnya. Nadanya tidak bisa diubah dan yang menentukan suara nadanya adalah pemainnya. Alat musik tradisional ini dimainkan di antara dua bibir lalu dirapatkan pada gigi. Kemudian digetarkan dengan cara menghirup udara serta bibir yang bergerak komat-kamit untuk menciptakan nada.
Asal-Usul Alat Musik Genggong
Genggong sendiri berasal dari dua kata, yakni geng dan gong. Kata geng di sini berasal dari ge atau gae dan gong berasal dari penganggon. Sehingga jika disimpulkan, genggong bisa diartikan sebagai hasil karya yang digunakan untuk menghibur diri.
Tak hanya itu saja, geng dan juga gong bisa diartikan sebagai geng atau kelompok dan gong yang merujuk pada bunyi. Jadi, genggong adalah sekelompok masyarakat yang memainkan sebuah alat musik untuk menghasilkan bunyi-bunyian dan dimainkan dengan cara yang mirip dengan barungan gong.
Terciptanya alat musik ini terinspirasi dari suara katak yang terdengar sangat riang sambil bersahut-sahutan. Sehingga suara yang muncul dari alat musik ini hampir mirip dengan suara katak.
Cara Memainkan Alat Musik Genggong
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu alat musik tradisional Aceh ini dimainkan dengan meletakkannya di antara mulut tapi tidak ditiup. Mulut hanya memiliki peran sebagai penyangga saja. Lalu tali yang ada di salah satu ujung Genggong ditarik kemudian diulur ke arah kanan dengan kuat, sehingga tali tersebut akan bergetar. Getaran itulah yang nantinya akan menghasilkan bunyi-bunyian.
Oleh karena itu, Genggong ini digolongkan dengan musik idiofon karena sumber bunyinya berasa dari tubuh alat musik itu sendiri. Alat musik tradisional Aceh ini dapat dimainkan sendiri ataupun bersama-sama. Bunyi nada dari alat musik ini dipercaya bisa membawa pengaruh untuk orang-orang yang mendengarkannya. Karena bunyi yang dihasilkan dinilai terdengar sangat sakral.
Itulah penjelasan mengenai asal-usul alat musik tradisional Aceh yakni Genggong beserta fungsi dan cara memainkannya. Semoga bermanfaat.
- 14. Bangsi
Bangsi merupakan salah satu alat musik khas Aceh yang sudah ada sejak lama dan juga dikenal dengan nama bansi alas atau bangsi. Alat musik tradisional satu ini tumbuh dan berkembang di kawasan Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.
Bangsi memiliki bentuk menyerupai alat musik seruling seperti di daerah lainnya yang terbuat dari bambu tradisional. Sama seperti seruling pada umumnya, ukuran bansi juga tidak terlalu besar dengan diameter hanya sekitar 2,8 cm serta panjangnya sekitar 41 cm.
Alat musik Aceh tersebut memiliki total 7 lubang pada bagian atasnya untuk menciptakan suara yang menarik dan unik. Menariknya setiap lubang pada bansi ukurannya tidaklah sama, tetapi semakin ke ujung ukuran setiap lubang semakin melebar.
Satu lubang berada di dekat tempat yang akan ditiup sedangkan enam lubang lainnya berada di sepanjang badan bansi dan berfungsi sebagai lubang nada. Bagian ujung bansi tertutup buku bambu sedangkan ujung lainnya ditutup menggunakan gabus.
Penampilan alat musik ini sangat menarik karena biasanya memiliki ukiran yang unik dan khas. Biasanya Bansi digunakan untuk mengiringi tarian Landok Alun yang merupakan tarian khas Desa Telaga Pagan. Tarian tradisional ini mengisahkan kegembiraan petani saat mendapatkan lahan baru yang subur. Gerakan tarian ini sangat lembut dan pelan sehingga gerakan penarinya pun tidak akan berpindah jauh dar satu titik ke titik lainnya serta ada semacam pola lantai.
- 15. Bebelan
Bebelan adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Aceh. Mereka merupakan sejenis instrumen tiup yang terbuat dari batang bambu. Secara sekilas memang mirip seperti seruling khas Sunda, tetapi bentuknya lebih besar.
Meski masih termasuk ke dalam kelompok serunai atau hobo, namun bentuk bebelan cenderung lebih unik. Pada salah satu ujungnya ada sayatan (delah) sebagai tempat meniup udara. Sementara ujung lainnya terdapat pelindung lubang berukuran sedang menyerupai corong.
Usut punya usut, pelindung lubang berbentuk corong tersebut memiliki fungsi sebagai pembesar udara. Mereka terbuat dari lilitkan daun kelapa atau bisa juga pandan (serako). Berkat keberadaanya, bebelan mampu menghasilkan suara yang lebih dalam dan kaya.
Setiap bebelan memiliki 5 lubang berukuran kecil berbentuk segitiga di bagian bawah. Ketika kita meniupnya, maka setiap lubang tersebut akan menghasilkan bunyi yang berbeda-beda. Dengan permainan yang tepat, mereka mampu menggambarkan harmoni yang mengundang.
Pada zaman dahulu, bebelan bukan hanya sekedar alat musik. Tetapi juga menjadi bagian keberagaman budaya Aceh. Alat musik ini sering masyarakat mainkan dalam berbagai acara adat, upacara, hingga perayaan tradisional.
Tak jarang suara merdu bebelan mengiringi langkah-langkah tari tradisional Aceh. Sehingga menambah keindahan dan semangat pada setiap gerakannya. Bahkan, di beberapa kalangan, bebelan juga digunakan untuk mengiringi upacara keagamaan, seperti shalawat.
- 16. Dol
Dol merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari Aceh. Alat musik tradisional ini memiliki bentuk seperti bedug atau perkusi. Namun bedanya, sisi atas maupun bawahnya tertutup rapat. Sehingga membuat suara yang keluar dari dol cenderung berbeda dengan bedug.
Secara umum, dol terbuat dari bonggol kayu kelapa tua dan utuh, yang bagian tengahnya dilubangi. Alasan menggunakan bonggol kelapa karena bobotnya yang ringan, namun memiliki daya tahan luar biasa.
Setelah pembuatan lubang selesai, sisi atas serta bawah dol kemudian ditutup dengan kulit hewan. Biasanya berasal dari kulit sapi atau domba yang tahan robek. Tak lupa menambahkan pernis atau cat supaya tampilan dol semakin menarik. Umumnya perlu waktu sekitar 3 minggu untuk membuatnya.
Cara memainkan alat musik khas Aceh setinggi 80 cm ini cukup dengan memukulnya menggunakan pemukul khusus. Pemukul tersebut dapat terbuat dari material serupa dengan panjang 30 cm serta diameter kurang lebih 5 cm.
Pada zaman dahulu, alat musik dol banyak masyarakat gunakan untuk mengiringi upacara adat Tabuik. Sebuah festival budaya tahunan yang berlangsung setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram. Ini sebagai peringatan atas wafatnya cucu Rasulullah, hasan dan husein.
Ketika festival berlangsung, akan ada momen arak-arakan. Nah, dol digunakan untuk mengiringi arak-arakan tersebut supaya acaranya berjalan semakin meriah.
- 17. Canang Ceureukeh
Canang Ceureukeh merupakan alat musik tradisional dari Lhokseumawe, Aceh. Namun keberadaan alat musik yang satu ini hampir punah dan sedikit peminatnya. Pada mulanya, alat musik ini dimainkan dengan fungsi untuk menjaga padi di sawah ketika musim panen datang. Alat musik ini dapat menjaga area persawahan saat musim panen dari serangan binatang buas. Kebanyakan dimainkan oleh para wanita, remaja dan anak-anak untuk membantu orang tuanya bekerja di sawah.
Alat musik ritmis dan melodis ini berbentuk bilah dengan jumlah empat bilah dari bahan kayu. Cara untuk memainkannya adalah dengan dipukul menggunakan kayu atau setik.
Pada dasarnya, canang ceureukeh merupakan alat musik yang dapat dimainkan sendiri. Karena tidak terikat alat musik yang lain. Apabila dimainkan beberapa orang, maka pola tabuhannya untuk setiap ritme sama.
Dari segi bentuk, alat musik ini mengalami perkembangan. Bahkan cara memainkannya pun oleh para pelaku seni dan seniman diolah menjadi satu garapan musik. Banyak yang menyandingkannya dengan alat musik tradisional Aceh yang lain seperti geundrang, rapa’i dan serune kale. Dalam penggabungan dengan alat musik lain, yakni menggabungkan ritem dan melodi.
Alat musik yang satu ini sudah masuk sebagai WBTB. Dengan demikian, eksistensi dari canang ceureukeh ini harapannya bisa dipertahankan. Sehingga generasi muda pun dapat menambah pengetahuan terhadap alat musik tradisional di Aceh dan warisan tersebut tidak akan terlupakan oleh budaya dan waktu.
- 18. Gegedem
Gegedem adalah alat musik tradisional dari dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Alat musik ini ditetapkan menjadi WBTB atau Warisan Budaya Tak Benda oleh Dirjen Kemendikbud RI. Penyerahan sertifikat secara langsung oleh Gubernur Aceh yang diwakili oleh Almunizza Kamal, S.STP, M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Penerimaan oleh Harun Manzola, SE, MM., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh Tengah di Hermes Hotel Banda Aceh bulan Mei 2024.
Gegedem merupakan alat musik jenis membranophone yang cara memainkannya adalah dengan dipukul. Alat musik ini dimainkan untuk acara seperti penyambutan tamu, acara pernikahan, pesta rakyat, dan berbagai acara kebudayaan.
Alat musik sebagai identitas masyarakat Gayo ini biasanya dimainkan dengan alat musik seperti Memong, Canang dan Gong. Gegedem ini adalah sejenis gendang yang menyerupai rebana. Terbuat dari kulit hewan, misalnya saja kulit kerbau dan kambing. Selain kulit hewan, bahan pembuatan alat musik ini adalah kayu dan rotan.
Gegedem menjadi alat musik tradisional pertama yang pemerintah akui sebagai WBTB. Kehidupan berbudaya dan tradisi seperti pelestarian gegedem penting dijaga untuk mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaan tersebut. Masyarakat mayoritas suku Gayo di Aceh Tengah sering memainkan alat musik tradisional tersebut dalam pesta adat pernikahan dan acara kebudayaan karena warisan budaya ini masih melekat kental di tengah lapisan masyarakat.
- 19. Memong
Pada alat musik tradisional Aceh khususnya Memong memegang peranan penting sebagai salah satu instrumen musik yang memberi warna pada berbagai acara adat dan keagamaan. Secara bentuk, Memong mirip dengan Canang, tetapi ukurannya lebih besar dan terbuat dari kuningan, memberikan nuansa yang khas dan berbeda dalam pertunjukan musik tradisional Gayo.
Kehadiran alat musik ini dalam konteks musik Gayo Aceh tidak bisa dipisahkan dari instrumen lainnya seperti Canang dan Gong. Ketiganya sering digunakan bersamaan untuk menciptakan harmoni yang indah dan memikat dalam berbagai acara penting seperti upacara adat, perayaan keagamaan, dan acara sosial masyarakat Gayo.
Memong, dengan ukuran yang lebih besar dan bahan pembuatannya yang berbeda, memberikan dimensi suara yang berbeda pula dalam ansambel musik tradisional Gayo.
Proses pembuatannya juga melibatkan keterampilan dan keahlian khusus. Pengrajin biasanya menggunakan bahan kuningan yang diproses secara hati-hati untuk menciptakan instrumen yang berkualitas.
Langkah-langkah pembuatannya meliputi pemilihan bahan yang tepat, pembentukan dengan presisi, dan penyelesaian yang teliti untuk mencapai hasil akhir yang memuaskan. Selain itu, proses pembuatannya juga mencakup tahap-tahap seperti pengecatan dan pengukiran untuk memberikan sentuhan estetika yang indah pada instrumen ini.
Keberadaan Memong di masyarakat Aceh tak sekadar sebagai instrumen musik semata, melainkan juga melambangkan kekayaan budaya dan identitas mereka. Lebih dari sekadar menghasilkan nada merdu, Memong mengandung makna yang mendalam bagi mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, Memong menjadi pengiring setia dalam tarian tradisional atau ikut serta dalam upacara adat yang suci, menjembatani antara masa kini dengan warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang. Dengan setiap bunyi yang dihasilkannya, alat musik mengajak kita untuk merenungkan keindahan dan kearifan lokal yang telah diteruskan dari generasi ke generasi.
Dengan begitu, kehadiran Memong tidak hanya menyatukan komunitas Gayo secara musikal, tetapi juga menghidupkan kembali kebanggaan akan warisan budaya yang kaya dan berharga.
Pentingnya pelestarian Memong sebagai bagian dari warisan budaya masyarakat Gayo menjadi sorotan penting dalam upaya menjaga keberagaman budaya Indonesia. Melalui berbagai program pelestarian dan promosi kesenian tradisional, kita dapat memastikan bahwa alat musik tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi dan globalisasi.
Langkah-langkah seperti pelatihan bagi pengrajin alat musik, lokakarya pembuatan instrumen tradisional, dan pendokumentasian warisan budaya dapat membantu melestarikan keberadaan alat musik untuk generasi mendatang.
Dengan memahami kedalaman dan keindahan Memong, kita dapat lebih menghargai keberagaman budaya Indonesia dan memperkuat rasa bangga terhadap warisan budaya nenek moyang kita.
Memong bukan hanya sebuah alat musik, tetapi juga sebuah cermin dari kehidupan dan kebudayaan masyarakat Gayo yang kaya akan nilai-nilai dan kearifan lokalnya. Dalam setiap bunyi yang dihasilkan, alat musik ini mengajak kita untuk merenungkan dan menghormati warisan budaya yang telah diberikan oleh para leluhur kita.
- 20. Taganing
Taganing merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang terbilang unik. Alat musik tradisional ini menggunakan bahan dasar bambu yang bisa menghasilkan bunyi merdu. Bunyi merdu dari alat musik khas Aceh berbahan bambu tersebut bisa membuat para pendengar terkesima. Panjang dari alat musik ini yaitu sekitar 1 sampai 1,10 m.
Alat musik ini harus terbuat dari ruas bambu yang cukup panjang dan memiliki diameter yang besar serta tua. Bentuknya menyerupai kecapi, namun memiliki tambahan tiga bagian kulit yang dicungkil dan diganjal dengan potongan bambu kecil. Cungkilan kulit tersebut menyerupai tiga senar dan menghasilkan irama ketika dipukul. Untuk memainkannya, menggunakan alat pemukul yang juga terbuat dari bambu.
Dulu, para gadis sering menggunakan alat musik ini untuk mengisi waktu senggang mereka. Biasanya, mereka memainkannya sambil menjaga jemuran padi agar tidak diserang oleh merpati atau ayam. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, sudah jarang terlihat gadis-gadis yang memainkan alat musik ini sambil menunggu jemuran padi di kampung. Kehadiran alat musik dari bambu perlu dilestarikan karena mulai terlupakan. Ini adalah bagian penting dari warisan budaya kita yang perlu dijaga agar tidak punah.
Sayangnya banyak anak zaman sekarang yang kurang mengenal alat musik ini atau cara menggunakannya. Padahal, penggunaannya sangat mudah dan cocok untuk mengiringi tarian khas Gayo. Dengan memainkannya, akan tercipta irama yang indah dan merdu. Siapapun yang mendengarnya pasti akan terpikat oleh keindahannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus melestarikan dan mengenalkan alat musik ini kepada generasi muda agar warisan budaya kita tetap hidup dan berkembang.
Baca Juga:
- 55 Tempat Wisata di Aceh
- 50 Tempat Wisata di Banda Aceh
- 25 Tempat Wisata di Aceh Besar
- 20 Tempat Wisata di Tapaktuan
- 25 Tempat Wisata di Pulau Banyak
- 25 Tempat Wisata di Simeulue
- 10 Tempat Wisata di Pulau Aceh
- 20 Tempat Wisata di Meulaboh
Itulah macam-macam alat musik tradisional Aceh yang khas dan patut anda ketahui untuk mengenal budaya dan kesenian Aceh. Bagi anda yang ingin melihat beberapa alat musik khas Aceh tersebut, anda bisa melihat di Museum Negeri Aceh. bagi anda yang memilik paket liburan ke Aceh, anda akan dibawa berkunjung ke museum ini, atau anda juga bisa rental mobil Aceh jika anda ingin berkunjung sendiri.