Monumen Pesawat RI 001 Seulawah, Sejarah Pesawat Perintis Kemerdekaan Indonesia dari Aceh

Monumen Pesawat RI 001 Seulawah merupakan sebuah pesawat sumbangan masyarakat Aceh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam perjuangannya melawan Belanda pada masa itu. Pesawat ini menjadi cikal bakal Garuda Indonesia yang kini menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Monumen ini juga menggambarkan Aceh sebagai wilayah ibu kota.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada bulan Agustus 1945, sebenarnya kemerdekaan tidak berjalan mulus, namun Indonesia harus kembali bergulat dengan perang melawan Belanda. Untuk melawan serangan Belanda pada tahun 1948, Indonesia membutuhkan pesawat yang banyak untuk menembus blokade musuh. Karena hampir seluruh wilayah Indonesia dikuasai oleh Belanda kecuali Aceh pada waktu itu. pada waktu itu pemerintah Indonesia belum mampu membeli pesawat karena sedang berjuang dan kondisi keuangan negara pada waktu itu belum memungkinkan.

Lihat Juga:

Atas permintaan presiden pertama Indonesia yaitu Bapak Soekarno kepada masyarakat Aceh untuk menyumbangkan sebuah pesawat terbang, maka masyarakat Aceh pada saat itu terutama para pengusaha dan pedagang berinisiatif untuk menggalang dana tersebut dari seluruh lapisan masyarakat Aceh. Atas inisiatif tersebut, dana yang terkumpul untuk pembelian pesawat diserahkan kepada presiden Soekarno di Hotel Aceh. Nantinya pesawat tersebut dibeli dengan call sign RI 001 Seulawah.

Untuk mengenang masyarakat Aceh yang telah menyumbangkan pesawatnya untuk membantu Indonesia, pemerintah membangun kembali duplikat pesawat RI 001 Seulawah yang ditempatkan di pusat kota Banda Aceh tepatnya di Taman Blang Padang. Pesawat yang dibeli dengan sumbangan emas masyarakat Aceh tersebut adalah pesawat Douglas DC 3.

Lihat Juga:

Monumen Pesawat RI 001 Seulawah masih bisa dilihat di taman Blang Padang. Blang Padang sendiri terletak di Pusat Kota Banda Aceh. Kurang lebih 20 menit dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar.

Lihat Juga:

Monumen Pesawat RI 001 Seulawah terletak di sebelah utara alun-alun Blang Padang. Jika anda berjalan-jalan di sekitar Blang Padang maka anda akan melihat monumen ini bersama dengan monumen lainnya seperti Monumen Aceh Thanks to the World yang merupakan monumen ucapan syukur Aceh kepada Internasional yang membantu Aceh dalam Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca konflik dan tsunami Aceh pada bulan Desember 2004.

Monumen Aceh Thanks to the World, Monumen Terima Kasih Aceh Atas Bantuan Dunia atas Bencana Tsunami

Monumen Aceh Thanks to the World merupakan monumen ungkapan rasa terima kasih atas bantuan bantuan internasional atas bencana gempa bumi dan tsunami Aceh dari negara-negara dari seluruh dunia. Pasca bencana tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2004, hampir 80% kota Banda Aceh hancur dan juga menghancurkan kabupaten-kabupaten lain di Aceh yang terletak di pinggir laut. Pemerintah, lembaga sosial baik lokal maupun internasional serta banyak negara di dunia membantu masyarakat Aceh dalam proses rekonstruksi dan pemulihan pascabencana tsunami pada bulan Desember 2004.

Monumen Aceh Thanks to the World dibuat pemerintah sebagai ungkapan terima kasih kepada seluruh elemen baik internal maupun eksternal dan khususnya negara-negara di dunia yang telah membantu Aceh atas bencana tsunami yang memakan korban jiwa lebih dari dua ratus lima puluh ribu jiwa dan membuat setengah juta orang kehilangan tempat tinggal. Selagi berjalan-jalan di Blang Padang, Anda bisa melihat berbagai bendera negara di dunia yang dibuat diatas batu yang berbentuk seperti sebuah kapal serta tulisan “terima kasih dan damai” dalam berbagai bahasa. Ungkapan “terima kasih dan damai” dalam berbagai bahasa bertujuan untuk memotivasi dan dukungan Internasional untuk Aceh.

Lihat Juga:

Monumen Aceh Thanks to the World terletak di alun-alun Blang Padang, Banda Aceh. Sebuah taman besar di pusat kota Banda Aceh. Luasnya kurang lebih delapan hektar terletak tepat di jantung kota Banda Aceh. Monumen Aceh Thanks To The World dapat Anda lihat disekeliling Taman Blang Padang.

Blang Padang kini juga ramai dijadikan tempat olah raga sore oleh sebagian besar masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar untuk bermain sepak bola atau jogging. Saat Anda berjalan-jalan di sekitar Blang Padang atau saat jogging sore, Anda bisa melihat monumen Thanks To The World.

Lihat Juga:

Berwisata ke Monumen Aceh Thanks To The World bisa menjadi pilihan yang menyenangkan sekaligus mengenang dahsyatnya bencana alam gempa bumi dan tsunami Aceh pada bulan Desember 2004 lalu sekaligus menjadi wisata spiritual mengenang para korban tsunami saat itu.

Lihat Juga:

Selain itu di taman Blang Padang juga terdapat banyak tempat duduk untuk wisatawan yang disediakan oleh penjual makanan dan wisatawan dapat menemukan banyak makanan khas Aceh dan kuliner Indonesia seperti Mie Aceh dan makanan aceh lainnya.

Blang Padang, Alun-alun Jogging & Taman Bermain, Wisata Anak & Keluarga

Blang Padang merupakan sebuah Alun-alun dan juga salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Banda Aceh. Hampir seluruh masyarakat Aceh mengenal Blang Padang. Taman ini diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau dan kegiatan lain yang membutuhkan ruang terbuka di provinsi Aceh khususnya Kota Banda Aceh. Blang Padang merupakan hamparan rumput hijau dan pepohonan yang ditanam di sekitar Blang Padang yang menjadikan tempat ini sangat rindang. Taman ini luasnya kurang lebih delapan hektar terletak tepat di jantung kota Banda Aceh. Dahulu Blang Padang merupakan taman yang digunakan oleh Kerajaan Aceh Darussalam.

Saat ini Blang Padang sering digunakan oleh warga Banda Aceh untuk tempat bersantai, bermain sepak bola, basket, jogging dan juga tempat bermain anak-anak bersama keluarga. Pada hari libur kawasan rindang ini terlihat semakin ramai dan pada hari Minggu biasanya diadakan acara rutin Senam Jantung Sehat.

Lihat Juga:

Di tempat ini terdapat fasilitas umum seperti toilet, musala dan juga terdapat berbagai fasilitas olah raga seperti jogging track, lapangan voli, lapangan sepak bola dan lapangan basket serta tempat parkir yang luas. Terdapat juga taman bermain anak untuk keluarga.

Monumen Aceh Thanks To The World

Tersedia juga banyak kursi untuk pengunjung yang disediakan oleh penjual makanan di sini. Di Blang Padang kita bisa menikmati berbagai minuman segar seperti Es Kelapa, Sop Buah Segar dan berbagai minuman lainnya. Tersedia juga berbagai jajanan yang bisa dicoba seperti Batagor, Salad Buah, Mie Aceh, Bubur Ayam, Siomay dan masih banyak lagi.

Lihat Juga:

Di taman Blang Padang juga terdapat monumen Aceh Thanks To The World yang dibuat pemerintah sebagai ungkapan terima kasih kepada seluruh negara donor di dunia yang telah membantu Aceh atas bencana tsunami yang menewaskan lebih dari dua ratus lima puluh ribu orang dan membuat setengah juta orang kehilangan tempat tinggal.

Lihat Juga:

Di kawasan Blang Padang ini pengunjung juga dapat melihat monumen bersejarah bagi Indonesia dan Aceh, yaitu monumen Replika Pesawat Dakota DC-3 RI 001 Seulawah. Dakota RI-001 Seulawah merupakan pesawat angkut yang merupakan pesawat pertama milik Republik Indonesia. Pesawat ini dibeli dari sumbangan Rakyat Aceh. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah merupakan cikal bakal berdirinya maskapai penerbangan niaga pertama di Indonesia, Indonesian Airways atau Garuda Indonesia.

Alat Musik Dol, Menggali Kekayaan Budaya Aceh melalui Alat Musik Tradisional yang Memikat

Dol merupakan salah satu alat musik khas Aceh yang merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Aceh, sebuah provinsi yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera, adalah rumah bagi berbagai warisan budaya yang mempesona, termasuk dalam ranah musik tradisionalnya. Salah satu alat musik yang mencolok adalah Dol. Mari kita telaah lebih dalam tentang karakteristik yang membuat Dol begitu istimewa dalam budaya Aceh.

Asal Usul dan Sejarah Alat Musik Tradisional Dol

Dol, yang juga dikenal sebagai Talempong Dol, merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya Aceh. Alat musik ini biasanya terbuat dari logam, seperti tembaga atau besi, dan memiliki bentuk seperti mangkuk dangkal dengan bagian tengah yang ditekuk ke atas. Dol pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat Aceh sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam, dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan musik tradisional di wilayah tersebut sejak itu.

Lihat Juga:

Karakteristik Fisik

Salah satu ciri khas Dol adalah bentuknya yang unik dan material pembuatannya. Biasanya, Dol terbuat dari campuran logam yang dipukul untuk membentuk cangkang yang berbeda ukurannya, menciptakan nada yang berbeda. Alat musik ini seringkali dihiasi dengan motif artistik yang rumit dan mengesankan, mencerminkan keindahan seni dan kerajinan tradisional Aceh.

Lihat Juga:

Cara Memainkan

Dol dimainkan dengan cara dipukul menggunakan palu yang disebut ‘paluak’, yang biasanya terbuat dari kayu. Pemain menggunakan paluak untuk memukul bagian atas Dol dengan berbagai kekuatan dan teknik, menciptakan serangkaian nada yang indah dan harmonis. Beberapa Dol juga dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan, menambah dimensi ekspresivitas dalam permainan musik.

Lihat Juga:

Peran dalam Budaya Aceh

Dol memiliki peran yang penting dalam kehidupan musik dan budaya Aceh. Alat musik ini sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional Aceh, seperti pernikahan, festival budaya, dan upacara keagamaan. Kehadirannya tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan identitas budaya Aceh yang kaya.

Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:

Pentingnya Pelestarian

Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh global, pelestarian Dol dan musik tradisional Aceh secara keseluruhan menjadi semakin penting. Upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini harus dilakukan melalui pendidikan formal, promosi seni dan budaya, serta dukungan dari masyarakat lokal dan pemerintah. Hal ini penting agar Dol tetap menjadi bagian yang hidup dan berharga dari warisan budaya Aceh yang berharga.

Lihat Juga:

Dol adalah bukti gemilang dari kekayaan budaya Aceh yang patut disyukuri dan dilestarikan. Dengan sejarahnya yang kaya, karakteristik fisik yang unik, peran dalam budaya Aceh, dan pentingnya pelestarian, Dol tidak hanya menjadi alat musik tradisional, tetapi juga simbol kebanggaan dan identitas bagi masyarakat Aceh. Melalui pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap Dol, kita dapat memperkaya pengalaman kita tentang kekayaan budaya Indonesia yang mempesona.