Kategori: Wisata Aceh
Celempong, Alat Musik Tradisional Aceh dengan Fungsi Sakral
Celempong merupakan sebuah alat musik tradisional Aceh yang asalnya dari daerah Kabupaten Tamiang. Diketahui Celempong sendiri sudah berusia lebih dari 100 tahun. Celempong sendiri juga sudah menjadi salah satu simbol kekayaan budaya dan warisan musik daerah ini. Maka dari itu, dibawah ini anda akan memahami asal-usul, bahan yang digunakan, peran dalam musik tradisional Aceh, serta bagaimana upaya pelestarian alat musik yang sangat berharga ini,
Asal-Usul
Celempong sendiri asalnya dari Aceh, provinsi yang kaya akan warisan budaya dan tradisi musiknya. Asal-usul Celempong dapat ditelusuri kembali ke zaman kejayaan Kesultanan Aceh, di mana alat musik ini digunakan dalam berbagai upacara adat Aceh, ritual keagamaan, dan perayaan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Celempong tetap menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat Aceh, membawa warisan budaya yang berharga dari generasi ke generasi.
Lihat Juga:
Bahan dari Celempong
Celempong terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah ditemui di Aceh, seperti kayu, bambu, dan kulit binatang. Celempong ini juga termasuk alat musik yang cukup sederhana, terdiri dari batang bambu yang dipahat dan diletakkan di atas sebuah rangka kayu atau bambu yang lebih besar. Setiap batang bambu memiliki panjang dan diameter yang berbeda, menghasilkan berbagai nada yang dapat dipadukan untuk menciptakan musik yang harmonis. Beberapa versi Celempong juga menggunakan kulit binatang yang ditarik di bagian bawah bambu untuk memperkuat dan memperindah suara yang dihasilkan.
Lihat Juga:
- 10 Adat Aceh
- 25 Oleh-oleh Khas Aceh
- 10 Tradisi Aceh
- 10 Budaya Aceh
- 12 Suku di Aceh
- 75 Tempat Wisata di Sabang
Peran dalam Musik Tradisional Aceh
Celempong memainkan peran yang sangat penting dalam alat musik tradisional Aceh. Alat musik ini sering digunakan sebagai pengiring dalam berbagai jenis pertunjukan musik, seperti dari tari Saman dan Ratoh Jaroe. Suara yang dihasilkan oleh Celempong memberikan warna dan ritme yang khas dalam setiap penampilan musik tradisional Aceh tersebut. Selain itu, Celempong juga biasanya dimainkan dalam upacara adat, perayaan masyarakat, dan acara keagamaan, menjadi bagian tidak terpisahkan dari identitas khas budaya Aceh.
Lihat Juga:
- Paket Tour Sabang
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Dolphin Trip Sabang
- Paket Wisata Aceh
- Paket Wisata Takengon
- Paket Wisata Danau Toba
- Paket Wisata Bali
- Paket Wisata Padang Bukittinggi
Pelestarian Celempong
Pelestarian dan perkembangan alat musik Celempong menjadi sangat penting untuk menjaga warisan budaya Aceh yang kaya. Berbagai upaya dapat dilakukan, mulai dari dokumentasi tradisi permainannya, pelatihan bagi generasi muda untuk mempelajari cara memainkannya, hingga promosi yang dapat mendukung para pembuat alat musik tradisional. Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya, anda dapat memastikan bahwa Celempong tetap hidup dan berkembang untuk dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:
- Serune Kalee
- Geundrang
- Rapa’i
- Arbab
- Bereguh
- Tambo
- Canang
- Dol
- Taktok Trieng
- Rebana Kompang
- Genggong
- Bangsi Alas
- Canang Ceureukeh
- Gegedem
- Memong
- Taganing
Menghargai Warisan Budaya
Alat musik Celempong adalah salah satu contoh nyata dari kekayaan budaya Aceh yang perlu dilestarikan dan dihargai. Melalui penghargaan dan penggunaan yang tepat terhadap alat musik ini, anda pun dapat memperdengarkan kebesaran budaya Aceh kepada dunia. Pemahaman lebih lanjut terhadap Celempong juga dapat meningkatkan kesadaran akan warisan budaya Indonesia secara keseluruhan.
Lihat Juga:
Celempong termasuk salah satu alat musik tradisional Aceh yang memiliki suara yang khas dan memukau. Jadi dengan asal-usul yang kaya, konstruksi yang unik, peran penting dalam musik tradisional Aceh, serta upaya pelestarian dan pengembangan yang terus dilakukan, Celempong menjadi bagian dari warisan budaya Aceh yang patut dibanggakan.
Canang, Alat Musik Pukul Tradisional dari Aceh
Canang merupakan alat musik tradisional Aceh. Pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan alat musik canang sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda yang berasal dari Aceh. Lantas apa itu alat musik canang? Informasi selengkapnya, simak di sini!
Apa itu Alat Musik Canang?
Perlu diketahui! Alat musik canang sendiri ada beberapa jenis, yakni canang kayu, canang Trieng, canang Gayo, dan canang Ceureukeh. Namun, di sini akan membahas lebih detail tentang canang kayu yang terkenal sebagai alat musik tradisional Aceh.
Lihat Juga:
Alat musik Canang kayu merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Aceh Singkil yang banyak digunakan untuk pengiring pertunjukkan tari tradisional ketika acara upacara adat atau suatu perayaan yang lain.
Alat musik ini hingga sekarang masih dilestarikan dan masih terus dipopulerkan oleh masyarakat Aceh, utamanya masyarakat Aceh Singkil. Canang kayu termasuk salah satu gambaran kebudayaan Aceh. Alat musik tradisional ini termasuk ciri khas serta identitas masyarakat Aceh Singkil.
Sejarah Alat Musik Canang Kayu
Asal-usul alat musik canang kayu secara detail memang belum diketahui. Namun, para sejarawan mengatakan jika canang kayu pada awalnya berguna sebagai alat musik untuk menghibur para petani.
Canang kayu seiring berjalannya waktu kemudian bergeser fungsinya menjadi alat musik pengiring pertunjukkan tari tradisional ketika acara upacara adat atau perayaan penting di kawasan Aceh Singkil.
Lihat Juga:
- 10 Adat Aceh
- 25 Oleh-oleh Khas Aceh
- 10 Tradisi Aceh
- 10 Budaya Aceh
- 12 Suku di Aceh
- 75 Tempat Wisata di Sabang
Bahan Pembuatan Alat Musik Canang Kayu
Alat musik canang kayu bahannya terbuat dari kayu pilihan, yakni kayu cuping serta kayu tarok atau biasa disebut sebagai kayu trep oleh masyarakat Aceh Singkil. Kayu ini mempunyai panjang sekitar 2-3 m, kemudian dipotong sepanjang 40 cm dan dibelah menjadi dua bagian.
Semua kayu yang digunakan untuk pembuatan canang kayu harus lewat proses seleksi ketat dan sangat teliti supaya bisa memperoleh nada harmonis yang menarik dan bagus. Bukan hanya itu, bagian alat pemukul canang kayu juga terbuat dari bahan dasar kayu yang diambil dari kayu pohon jambu.
Ketika berbagai kayu telah lewat seleksi, nanti ada 3 hingga 4 kayu yang disejajarkan dengan panjangnya yang sama. Masyarakat Aceh Singkil percaya bahwa para leluhur memainkan canang kayu dengan cara meletakkan canang kayu di atas kedua kaki.
Lihat Juga:
- Paket Tour Sabang
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Dolphin Trip Sabang
- Paket Wisata Aceh
- Paket Wisata Takengon
- Paket Wisata Danau Toba
- Paket Wisata Bali
- Paket Wisata Padang Bukittinggi
Cara Memainkan Alat Musik Canang Kayu
Alat musik canang kayu cara memainkannya dengan disusun di atas kotak kayu lalu dipukul agar mengeluarkan suara dengung. Suara tersebut bisa muncul, karena tekstur kayu yang keras. Canang kayu berfungsi sebagai melodi untuk mengiringi lagu-lagu tradisional masyarakat Aceh Singkil.
Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:
- Serune Kalee
- Geundrang
- Rapa’i
- Arbab
- Bereguh
- Tambo
- Kecapi Olah
- Celempong
- Taktok Trieng
- Rebana Kompang
- Genggong
- Bangsi Alas
- Dol
- Gegedem
- Memong
- Taganing
Alat musik ini dapat digunakan untuk mengiringi musik secara solo maupun diringinan alat musik lainnya, seperti gendang. Canang kayu dapat dimainkan anak-anak gadis sesudah selesai bekerja di sawah untuk mengisi waktu luang atau senggang.
Lihat Juga:
Itulah penjelasan alat musik tradisional Aceh canang kayu yang menarik untuk diketahui. Semoga membantu!
Bereguh, Alat Musik Tiup Tradisional Aceh dari Tanduk Kerbau
Bereguh merupakan sebuah instrumen alat musik tradisional Aceh yang terbuat dari tanduk hewan kerbau. Meski terkenal sebagai alat musik, namun instrumen ini juga digunakan sebagai alat komunikasi. Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu Bereguh, simak dalam pembahasan berikut ini!
Apa itu Bereguh?
Bereguh di Aceh banyak digunakan oleh dua maupun banyak orang yang terpisah jarak lumayan jauh. Alat ini cara memainkannya dengan ditiup dan dulunya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara. Alat ini juga digunakan oleh masyarakat di beberapa lokasi lain di Aceh.
Lihat Juga:
Bereguh memiliki nada dasar yang terbatas, biasanya variasi nada yang muncul bisa dihasilkan dari teknik yang peniup gunakan. Alat ini fungsi utamanya adalah untuk komunikasi saling memanggil serta bersaut-sautan pada jarak yang jauh, utamanya saat berada di dalam hutan.
Jadi, ketika seseorang meniup bereguh, maka orang lain yang mendengarkan tiupan bereguh dari jarak jauh dapat mengetahui dan memprediksi lokasi dan jarak seseorang yang mengeluarkan suara bereguh tersebut.
Lihat Juga:
- 10 Adat Aceh
- 25 Oleh-oleh Khas Aceh
- 10 Tradisi Aceh
- 10 Budaya Aceh
- 12 Suku di Aceh
- 75 Tempat Wisata di Sabang
Cara Menggunakan Bereguh
Alat komunikasi sekaligus alat musik tradisional Acehbereguh cara penggunaannya sangat mudah. Seseorang hanya perlu meniup bagian ujung bereguh yang bentuknya melengkung dan runcing. Nada yang dihasilkan mulai keras pelan, panjang pendek, serta bagus tidaknya suara tergantung orang yang meniup bereguh tersebut.
Dahulu kala banyak yang percaya jika bereguh berguna sebagai salah satu alat yang membantu dalam kegiatan berburu. Bereguh berguna sebagai media komunikasi seperti handphone sekarang ini.
Lihat Juga:
- Paket Tour Sabang
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Dolphin Trip Sabang
- Paket Tour Aceh
- Paket Tour Takengon
- Paket Wisata Medan
- Paket Tour Bali
- Paket Tour Padang Bukittinggi
Selain itu, bereguh ditiup dengan tujuan mencari bantuan kepada seseorang saat seseorang tersesat atau dalam bahaya. Tentunya seseorang telah memahami bagaimana nada meminta pertolongan karena tersesat, nada seseorang sedang terluka dan kesakitan, dan nada-nada yang lain.
Berbagai varian nada ini dipahami oleh masyarakat Aceh pada zaman dahulu. Untuk sekarang karena teknologi sudah semakin maju, maka penggunaan bereguh sebagai alat komunikasi juga berkurang bahkan sudah punah.
Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:
- Serune Kalee
- Geundrang
- Rapa’i
- Arbab
- Bebelan
- Tambo
- Canang
- Celempong
- Taktok Trieng
- Rebana Kompang
- Genggong
- Bangsi Alas
- Canang Ceureukeh
- Gegedem
- Memong
- Taganing
Masyarakat Aceh sekarang banyak menggunakan bereguh untuk barang hiasanya di rumah-rumah mereka. Produksi bereguh juga sangat terbatas dan hal inilah yang membuat alat musik sekaligus alat komunikasi tradisional Aceh ini lama-lama menjadi barang langka.
Cara Terbaik Merawat Benda Bersejarah
Bereguh yang sekarang mulai menjadi barang langka dan dijadikan hiasan di rumah, maka barang tersebut harus dirawat dengan baik. Terlebih bereguh adalah benda bersejarah yang dahulu telah membantu masyarakat Aceh dan sekitarnya. Adapun cara terbaik merawat benda bersejarah adalah:
- Memerhatikan Lokasi Penyimpanan
Anda harus memperhatikan lokasi penyimpanan yang tepat. Tujuannya agar bereguh bisa awet dan tidak mudah lapuk atau rusak. Orang-orang biasanya menyimpan dengan cara di tempelkan di dinding rumah ruang tamu.
- Membersihkan Debu atau Kotoran
Anda bisa membersihkan debu dan kotoran pada bereguh agar tetap awet dan tahan lama. Caranya dengan dilap kain yang sudah dibasahi dengan air. Pembersihkan dilakukan perlahan-lahan agar bagian bereguh bersihnya merata.
- Jauh dari Sinar Matahari
Untuk menjaga agar warnanya tidak mudah pudar, maka jauhkan dari sinar matahari. Dengan ini warna bereguh tetap awet dan estetikanya tidak berkurang.
Lihat Juga:
Demikianlah penjelasan tentang bereguh yang merupakan alat musik tradisional Acehsekaligus sebagai alat komunikasi zaman dahulu kala dari masyarakat Aceh. Semoga bermanfaat!
Bangsi Alas, Alat Musik Tradisional Aceh Tenggara yang Mirip Seruling
Bangsi Alas atau Bansi merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang dimainkan dengan cara ditiup. Sesuai dengan namanya, alat musik ini berkembang di daerah Alas, Aceh Tenggara. Untuk bahan pembuatannya sendiri berasal dari bambu, baik itu bambu poriang, batuang, tolang, ataupun soriak. Namun jika dilihat dengan kacamata tradisional, pembuatan alat musik ini sering dikaitkan dengan hal mistik, yakni saat ada orang meninggal di kampung tempat Bansi dibuat.
Jika ada seseorang yang meninggal dunia, nantinya alat musik Bansi yang sudah dibuat akan dihanyutkan ke sungai. Setelah itu, Bansi Alas yang sudah dihanyutkan akan diikuti sampai diambil anak-anak. Namun setelah diambil anak-anak, Bansi tersebut akan direbut oleh pembuatnya. Kemudian Bansi akan digunakan sebagai alat musik yang bisa menciptakan suara merdu.
Lihat Juga:
Mengenal Apa Itu Bangsi Alas
Jika dilihat secara fisik, Bansi ini memiliki bentuk seperti instrumen musik tiup yang mempunyai 6 lubang, 7 lubang, sampai dengan 8 lubang. Untuk ukurannya sendiri bisa mencapai 33,5 cm atau 36 cm dengan ukuran garis tengah yakni sekitar 2,5 cm hingga 3 cm. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa alat musik tradisional Aceh Tenggara ini dimainkan dengan cara ditiup.
Apabila pemainnya meniup dengan tenaga kuat, maka akan menghasilkan nada oktaf. Sedangkan jika ditiup dengan tekanan rendah, maka akan menghasilkan nada oktaf yang rendah. Seperti halnya alat musik Suling, lubang-lubang yang ada di Bansi juga berfungsi untuk mengeluarkan nada-nada. Kemudian untuk lubang pemecah nada dapat diatur menggunakan jari-jari tangan.
Lihat Juga:
- Paket Tour Sabang
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Dolphin Trip Sabang
- Paket Wisata Aceh
- Paket Wisata Takengon
- Paket Wisata Danau Toba
- Paket Wisata Bali
- Paket Wisata Padang
Hingga saat ini, sejarah atau asal-usul Bangsi Alas sebagai salah satu alat musik tradisional Aceh memang belum diketahui secara pasti. Namun banyak sumber yang mengungkapkan bahwa Bansi umumnya digunakan sebagai musik pengiring tarian Landok Alun, yakni tarian khas Desa Telangat Pagan yang menceritakan tentang suka cita petani yang mendapatkan lahan baru.
Lihat Juga:
- 10 Adat Aceh
- 25 Oleh-oleh Khas Aceh
- 10 Tradisi Aceh
- 10 Budaya Aceh
- 12 Suku di Aceh
- 75 Tempat Wisata di Sabang
Trik Memainkan Bansi Alas
Untuk Anda yang ingin mencoba memainkan alat musik tradisional Aceh ini, maka harus mempunyai keterampilan nafas yang panjang. Hal ini penting agar Anda bisa berlama-lama dalam membunyikannya, memahami nada dan lagu yang diinginkan, dan juga menyesuaikan irama musik pengiring.
Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:
- Serune Kalee
- Geundrang
- Rapa’i
- Arbab
- Bereguh
- Tambo
- Canang
- Celempong
- Taktok Trieng
- Rebana Kompang
- Genggong
- Bebelan
- Canang Ceureukeh
- Gegedem
- Memong
- Taganing
Oleh karena itu, para pemain Bangsi Alas biasanya harus mengetahui kapan saja mereka harus membunyikan alat musik ini dengan suara tinggi dan kapan saatnya menggunakan suara rendah. Selain itu, ada juga saatnya Bansi harus dihentikan karena pemainnya harus mendengarkan musik tertentu yang tidak dapat dipadukan dengan alat musik yang satu ini.
Lihat Juga:
Itulah penjelasan mengenai Bangsi Alas, salah satu alat musik tradisional Aceh yang wajib kita lestarikan. Jangan sampai alat musik tradisional Indonesia punah karena tidak ada generasi penerus yang mau melestarikannya.
Arbab, Alat Musik Tradisional Aceh untuk Pengiring Tarian dan Nyanyian
Arbab merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang tergolong sebagai alat musik chordophone yaitu alat musik dengan senar menghasilkan suara.Keragaman yang Indonesia miliki mulai dari suku, adat, bahasa, pariwisata, sampai kesenian yang salah satunya adalah alat musik tradisional. Alat musik tiap daerah mempunyai sejarah, fungsi, serta khas-nya sendiri.
Alat musik tradisional dari Aceh ini telah ada dari zaman Kerajaan Jeumpa Aceh, Kerajaan Aceh Darussalam, sampai pada zaman Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sampai sekarang, alat musik tradisional daerah Aceh yang berlaku di zaman endatu hingga saat ini salah satunya, yakni Arbab.
Lihat Juga:
Arbab merupakan alat musik tradisional berkembang di Pidie, Aceh Besar, dan juga Aceh Barat. Arbab terdiri 2 bagian, yakni instrumen induk serta penggesek. Bahan-bahan alat musik Arbab memakai bahan dari kulit kambing, tempurung kelapa, kayu, serta dawai. Dawai di alat musik Arbab dibuat dari benang hori, sementara dawai di penggesek terbuat dari ijuk pohon enau kuat, atau bulu ekor kuda.
Arbab termasuk ke dalam alat musik chordophone. Di masa dulu, Arbab dipakai untuk mengiringi banyak lagu tradisional daerah sekitar.
alat musik tradisional Aceh satu ini berbentuk seperti biola. Umumnya dipertunjukkan di acara keramaian rakyat, seperti pasar malam, hiburan rakyat, serta pesta warga sebagai hiburan bagi komunitas.
Biasanya Arbab dimainkan dengan Rapai. Arbab pun berperan sebagai media instrumen utama serta bawakan lagu.
Lihat Juga:
- Paket Tour Sabang
- Paket Tour Sabang 1 Hari
- Dolphin Trip Sabang
- Paket Tour Aceh
- Paket Tour Takengon
- Paket Wisata Medan
- Paket Tour Bali
- Paket Tour Padang
Diperkirakan bahwa alat musik tradisional ini kini tidak lagi pernah ditemukan, kemungkinannya sudah mulai punah karena terakhir bisa melihat pertunjukan alat musik Arbab di zaman pemerintahan Belanda serta Pendudukan Jepang.
Lihat Juga:
Sejarah Singkat Perkembangan Arbab
Arbab merupakan jenis alat musik gesek tradisional dari Aceh. Instrumen ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu jenis instrumen induk dinamakan Arbab dan penggesek yang disebut Go Arbab.
Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:
- Serune Kale
- Geundrang
- Rapa’i
- Bangsi Alas
- Bereguh
- Tambo
- Canang
- Celempong
- Taktok Trieng
- Rebana Kompang
- Genggong
- Bebelan
- Canang Ceureukeh
- Gegedem
- Memong
- Taganing
Arbab pun tergolong alat musik chordophone yang artinya instrumen yang sumber bunyi dari bagian dawai. Musik Arbab pun tercatat berkembang di sekitar Pidie, Aceh Besar, sampai sejumlah wilayah Aceh Barat.
Material dan Struktur Arbab
Arbab tersusun dari sejumlah bahan utama, yaitu kulit kambing bagus, tempurung kelapa yang keras, kayu, dan juga serat dawai. Sedangkan busurnya atau penggeseknya asalnya dari bahan kayu ataupun dari bahan rotan dan juga dari serat tumbuhan. Struktur Arbab mirip sekali dengan biola, yang mana tempurungnya berasal dari batok kelapa yang memiliki peran sebagai tabung yang tugasnya untuk menggemakan suara, sedangkan terdapat dua buah dawai merentang serta melintasi tempurung kelapa. Dawai itu yang akan bergetar dan bisa keluarkan bunyi saat digesek dengan Go Arhab. Pun sama dengan biola ataupun alat musik gitar, bayu kayu (2 buah) terpasang di ujung gagang bisa meregang dan mengulurkan dawai tersebut.
Lihat Juga:
Demikian pembahasan singkat mengenai alat musik Arbab. Jika ke Aceh jangan lupa mampir ke museum untuk melihat alat musik tradisional ini.