Upacara adat Aceh menjadi salah satu tradisi yang terus dijalankan dan dilestarikan oleh masyarakat Aceh. Upacara adat tersebut telah menjadi tradisi Aceh turun-temurun. Aceh merupakan salah satu provinsi yang diwarnai dengan ajaran Islam. Namun pengaruh hindu sebelum datangnya Islam masih berpengaruh pada Budaya Aceh.
Bagi anda yang ingin berlibur ke Aceh dan Pulau Sabang dengan agenda wisata alam, sejarah, religi dan budaya, anda bisa memilih paket tour Sabang Aceh berikut:
Aceh memiliki budaya yang beragam seperti pakaian adat Aceh yang sangat unik, rumah adat Aceh dengan seni yang tinggi, alat musik tradisional yang beragam hingga upacara adat Aceh yang menarik untuk dilihat. Selain itu Tanah Rencong juga memiliki segudang makanan khas Aceh yang memiliki banyak cita rasa dan ragam minuman khas Aceh.
Upacara adat menjadi salah satu ciri khas daerah. Berikut upacara adat Aceh yang patut anda ketahui:
- 1. Upacara Kenduri Laot
Upacara kenduri laot adalah upacara adat Aceh yang juga memiliki arti kenduri laut. Yang dimaksud dari kenduri laot adalah upacara yang dilakukan oleh nelayan dalam waktu setahun sekali. Kegunaan dari upacara ini agar Allah SWT memberkahi serta memberikan kemudahan rezeki kepada nelayan Aceh berupa tangkapan ikan.
Upacara kenduri laot ini diadakan hampir disetiap daerah pesisir di Aceh. Kenduri laot tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh, karena ini merupakan adat yang telah melekat para nelayan di sana. Bahkan di era globalisasi seperti saat ini, masyarakat Aceh tetap bisa mempertahankan tradisi yang telah ada sejak zaman dulu ini.
Lihat Juga:
Dahulu, dalam pelaksanaan kenduri laot, para nelayan biasanya membuang kepala kerbau beserta tulang-tulangnya yang dibungkus dalam kain putih ke laut. Namun, praktik ini kini sudah tidak dilakukan lagi karena dianggap sebagai perbuatan syirik menurut kesepakatan tokoh ulama dan adat, karena dapat melecehkan ajaran agama Islam, mengingat Aceh merupakan provinsi dengan tingkat kesadaran agama yang tinggi.
Alasan mengapa kerbau dipilih sebagai bagian dari budaya dalam kenduri laot adalah karena binatang tersebut mampu “berkubang” di dalam air, dan warna hitam dipilih karena menjadi syarat dalam pelaksanaan kenduri. Dalam kenduri laot, setidaknya harus ada satu kerbau yang akan disembelih, mengingat hal tersebut sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh para pendahulu.
Lihat Juga:
- 2. Kenduri Pang Ulee
Kenduri Pang Ulee adalah upacara adat Aceh yang sama dengan Maulid Nabi. Tujuannya pun juga untuk melakukan penghormatan kepada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut penanggalan Aceh yang mengikuti penanggalan bulan Hijriyah, bulan pertama yang disebut Rabiul Awal dinamakan sebagai Buleun Maulod atau Bulan Maulid. Kemudian diikuti oleh bulan-bulan berikutnya yaitu Buleun Adoe Maulod dan Buleun Keumun Maulod. Oleh karenanya, tradisi ini dijalankan selama tiga bulan tersebut atau sesuai dengan bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Ula dalam penanggalan Hijriyah.
Kenduri Pang Ulee di Aceh merupakan perayaan yang berlangsung dengan khidmat dan meriah, melibatkan seluruh komunitas dalam persiapan dan pelaksanaannya. Tradisi ini menggambarkan kesatuan dan kebersamaan masyarakat Aceh dalam merayakan momen bersejarah dalam agama Islam.
Lihat Juga:
Pada acara Kenduri Pang Ulee, pemuda-pemuda Aceh bergotong royong untuk mempersiapkan panggung sebagai tempat ceramah maulid pada malam hari. Selain itu, mereka juga menyiapkan hidangan khusus. Yakni seperti daging dan kuah beulangong yang menjadi ciri khas dalam perayaan Kenduri Pang Ulee.
Pada hari perayaan, suasana Kenduri Pang Ulee di Aceh sangat kental dengan nuansa keagamaan dan kebersamaan. Ceramah maulid yang dilaksanakan pada malam hari di panggung yang telah disiapkan menjadi pusat perhatian. Di mana para ulama memberikan pengajaran agama dan kisah-kisah tentang kehidupan Nabi Muhammad. Sementara itu, di meunasah atau tempat ibadah setempat, warga berkumpul untuk berdzikir dan bersholawat sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad.
Lihat Juga:
- 3. Tulak Bala
Tulak Bala adalah upacara adat Aceh yang sudah tak asing lagi. Pada umumnya, Tulak Bala ini berlangsung di hari Rabu terakhir pada bulan Safar atau Hijriah. Ritualnya biasanya terselenggara mulai malam hingga siang hari.
Alasan kenapa melakukan ritual Tulak Bala di bulan Safar tak lain karena kepercayaan suku Aceh setempat mengenai beragam penyakit yang turun kala waktu tersebut. Dengan demikian, ritual ini bertujuan untuk mencegah sekaligus menghindari ancaman penyakit tersebut.
Lihat Juga:
Apalagi suku di Aceh juga meyakini bahwa Safar jadi bulan panas. Ritual ini pun dilakukan dengan membaca doa-doa bersamaan. Dalam penyebutannya sendiri, ritual ini juga terkenal dengan istilah Rabu Abeh.
Ketika mengadakan ritual ini, orang-orang akan berduyun-duyun menuju tepi pantai yang ada di Aceh. Di tempat tersebut, orang-orang duduk sembari makan bersama keluarga. Lebih tepatnya dengan bentuk kenduri.
Makan-makan dalam kenduri ini berasal dari bu kulah yang artinya ialah nasi di dalam bungkusan. Lalu juga ada eungkot punjot dengan arti lauk berupa ikan. Makanan ini sudah dibawa oleh masyarakat setempat dari rumahnya masing-masing. Ada juga yang membawa kue khas Aceh untuk cemilan.
Setelah makan kenduri, ritual berlanjut dengan mandi kembang sekaligus wangi-wangian. Orang-orang bersama keluarganya atau bisa juga kerabat dekat yang melakukannya.
Mandi bersama ini bisa menghilangkan aura negatif. Hingga kini pun masyarakat setempat masih meyakini dan melakukan ritual tersebut untuk terlindung dari malapetaka.
Lihat Juga:
- 4. Kenduri Blang
Kenduri Blang juga termasuk upacara adat Aceh yang curi perhatian. Mengenai pengertiannya, masyarakat Aceh meyakini bahwa upacara ini adalah ritual memohon doa kepada Allah SWT dengan tujuan tertentu.
Tujuannya untuk mendapatkan keberkahan dan hal-hal positif lainnya. Dengan tujuan tersebut, tidak melaksanakan Kenduri Blang dipercaya bisa mendapatkan hal negatif dan kerugian tersendiri.
Lihat Juga:
Untuk pelaksanaannya, upacara ini memiliki tiga tahapan kegiatan. Tahapan yang pertama yakni persiapan. Di tahapan pertama ini berupa menyiapkan makanan sesuai keperluan selamatan.
Pada umumnya, isinya berupa nasi takir, suwiran ayam ingkung, apem, ketan telur rebus, sayur kluwih, sayur gudhangan, jajanan pasar, kerupuk, hingga kolak.
Lalu untuk tahapan berikutnya ialah pembacaan doa. Biasanya hal tersebut dilakukan oleh orang yang dinilai tua dan tahu atau menguasainya. Selanjutnya memasuki tahapan ketiga yakni penutup.
Terkait pelaksanaan ritual ini, ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Salah satunya yakni menyambung silaturahmi. Ritual ini bisa memperkuat jalinan silaturahmi antar warga. Dengan begitu, sesama warga bisa saling menghargai, menghormati, dan tolong menolong.
Lebih dari itu, upacara adat ini juga bisa jadi ajang berbagi makanan. Karenanya, ritual ini bisa membantu orang yang membutuhkan. Hal ini jelas bisa meningkatkan kebersamaan.
Dengan nilai-nilai tersebut, Kenduri Blang masih eksis hingga sekarang. Masyarakat setempat percaya bahwa ritual ini mampu memberikan keberkahan.
Lihat Juga:
- 5. Upacara Perkawinan
Upacara perkawinan Aceh menjadi salah satu upacara adat Aceh berupa pernikahan adat Aceh yang cukup terkenal. Seperti yang kita tahu jika Indonesia terdiri dari berbagai suku adat dan budaya. Salah satunya prosesi pernikahan di mana setiap daerah memiliki tata cara yang berbeda. Aceh memiliki banyak ragam budaya, mulai dari Arab, Hindia, Eropa, dan Tionghoa.
Karena alasan inilah mengapa saat terjadi pernikahan, ada banyak ritual yang harus dilakukan. Tujuannya untuk unsur kekeluargaan, penghormatan pada Tuhan yang Maha Esa, dan sesama manusia. Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam prosesi pernikahan.
Lihat Juga:
Pertama yaitu Jak keumalen, di mana calon mempelai pria mencari informasi yang berkaitan dengan calon mempelai wanita. Zaman dulu tidak ada perkenalan yang cukup lama. Namun setiap wanita sudah ditentukan jodohnya oleh keluarga atau orang tua.
Sedangkan ritual kedua yaitu Jak Meu Lake Jok Theulangke. Di mana calon mempelai pria mengurus keluarganya agar datang ke calon pengantin wanita untuk melamar. Jika calon pengantin wanita menyetujuinya, maka akan dijawab dengan kalimat Insya Allah. Sedangkan jika menolaknya, pihak keluarga mempelai wanita pun akan menjawabnya dengan alasan yang baik.
Tahapan pernikahan ketiga yaitu Jak Ba Tanda. Pada tahapan ini, mempelai pria akan melamar langsung dan membawa seserahan. Dalam tahapan ini, kedua keluarga membicarakan tentang tanggal yang tepat untuk mereka menikah. Itulah salah satu budaya yang masih kental sebagai upacara adat pernikahan masyarakat Aceh.
Lihat Juga:
- 6. Peutron Aneuk
Peutron Aneuk merupakan salah satuupacara adat Aceh yang sudah dikenal sejak lama. Merupakan upacara daur hidup masyarakat Aceh terhadap bayi yang baru saja terlahir ke dunia.
Proses upacara adat ini sangat unik. Pertama, bayi di bawa keluar dari rumah. Setelah itu, kaki bayi akan dijejakkan ke tanah untuk pertama kalinya.
Selain dikenal dengan sebutan Peutron Aneuk, upacara adat ini juga memiliki beberapa julukan lain. Seperti Peutron Aneuk U Tanoh, Troen Bak Tanoeh, hingga Peutron Aneuk Mit.
Sebenarnya, upacara adat ini merupakan bagian dari unsur kebudayaan yang mendapatkan pengaruh Hindu. Namun, dalam penyelenggaraannya masyarakat Aceh tetap menyesuaikannya dengan syariat Islam.
Keluarga yang dikaruniai bayi akan menggelar Kenduri Peutron Aneuk. Biasanya, pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut.
Tuan rumah akan mengadakan pesta secara mewah maupun sederhana. Selain itu, juga ada pertunjukkan silat dan pemotongan batang pisang.
Silat dan penebangan pohon pisang tidak selalu diadakan dalam prosesi upacara. Kedua rangkaian acara ini hanya dilakukan jika kedua orang tua ataupun sanak keluarga bayi yang bernazar. Umumnya, nazar tersebut diucapkan sebelum bayi lahir.
Saat upacara berlangsung, keluarga dari pihak ayah akan membawa sejumlah alat dan kebutuhan bayi. Contohnya bedak, minyak bayi, dan lain sebagainya. Namun, keperluan bayi tersebut dapat disesuaikan dengan kemampuan dan perubahan zaman. Tak jarang pula pihak keluarga akan memberikan sejumlah uang hingga perhiasan.
Lihat Juga:
- 7. Troen U Laot
Troen U Laoet adalah upacara tradisional Aceh tradisi kenduri masyarakat Aceh untuk merayakan musim melaut. Upacara ini juga sering disebut sebagai upacara kendari laut. Tujuan melangsungkan upacara ini adalah untuk mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta sekaligus memohon agar mendapatkan hasil tangkapan laut yang melimpah. Troen U Laoet biasanya dilakukan oleh para nelayan dan mengundang tetangga terdekat untuk ikut hadir memeriahkan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam tradisi dan kebudayaannya. Masing-masing pulau terdapat ciri khas tersendiri yang menjadikan nusantara kaya tidak hanya berdasarkan sumber daya yang ada. Berbagai tradisi yang sarat akan makna merupakan sebuah ritual nenek moyang yang harus dilestarikan.
Pada saat melakukan prosesi upacara adat Troen U Laoet, biasanya diselingi dengan acara peusijuek. Acara Peusijuek merupakan prosesi adat untuk berbagai kegiatan adat yang berlangsung di Aceh. Mulai dari prosesi memulai usaha, menyelesaikan sebuah persengketaan, hingga banyak hal lainnya.
Proses Peusijuek adalah tradisi tepung tawar yang familiar dalam budaya Melayu. Sehingga yang biasanya melakukan tradisi ini adalah tokoh agama yang dituakan atau tetua adat setempat.
Guna melengkapi upacara Troen U Laoet, Prosesi Peusijuek tidak dapat ditinggalkan. Bagi para wisatawan yang ingin hadir untuk mengikuti khidmatnya upacara adat ini, bisa datang saat musim melaut tiba. Ritual ini merupakan tradisi untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan bersama sesuai dengan syariat Islam yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Aceh.
Lihat Juga:
- 55 Tempat Wisata di Aceh
- 50 Tempat Wisata di Banda Aceh
- 75 Tempat Wisata di Sabang
- 15 Tempat Wisata di Takengon
- 25 Tempat Wisata di Aceh Besar
- 8. Manoe Dara baroe
Manoe Dara Baroe adalah salah satu jenis upacara adat Aceh yang biasa dilakukan dalam prosesi pernikahan. Tentunya upacara adat ini memiliki hikmah dan filosofi tersendiri untuk calon pengantin dan masyarakat Aceh.
Adat sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah aturan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat di suatu daerah. Masyarakat Aceh masih mempertahankan dan menjunjung tinggi setiap adat atau tradisi yang ada, termasuk upacara adat ini.
Sedangkan, adat pernikahan merupakan sejumlah aturan yang meliputi seluruh proses pelaksanaan dan nilai dalam upacara pernikahan. Setiap tahapan dalam upacara adat ini diatur sedemikian rupa dengan aturan-aturan yang penuh makna.
Dara Baroe merupakan tahapan akhir dalam proses pernikahan. Biasanya, tahap ini dilaksanakan pada hari ketujuh atau beberapa hari setelah acara intat linto (antar pengantin pria). Sebaliknya, Manoe Dara Baroe atau juga disebut Manoe Pucok merupakan prosesi pengantaran mempelai wanita (Dara Baro) ke rumah mempelai pria oleh keluarganya.
Permulaan acara dilakukan dengan menghidangkan berbagai macam kue tradisional khas Aceh dan penukaran sirih dari kedua pihak mempelai. Pengantin wanita akan menggunakan baju adat Aceh lengkap dengan perhiasannya.
Pihak Linto baro (pengantin pria) akan menyambut kehadirannya sambil membawa Bate Ranup (cerana sirih) dan payung. Kemudian, pihak Linto baro mempersilakan rombongan Dara Baro untuk menyantap kenduri yang disediakan bersamaan dengan kedua mempelai dan dilanjutkan dengan prosesi setelahnya.
Selesai dengan seluruh prosesi, Dara Baro wajib menginap di rumah mertuanya selama kurang lebih tiga hari tiga malam. Setelah itu, pihak keluarganya akan menjemput kembali ke gampongnya.
Lihat Juga:
- Upacara Adat Bali
- Upacara Adat Papua
- Upacara Adat Sumatera Utara
- Upacara Adat Jawa
- Upacara Adat di Indonesia
Itulah beberapa upacara adat Aceh yang bisa anda saksikan di Aceh. Adat Aceh tersebut bisa menambah pengetahuan bagi anda yang ingin mengetahui adat dan budaya Aceh.