Monumen Aceh Thanks to the World, Monumen Terima Kasih Aceh Atas Bantuan Dunia atas Bencana Tsunami

Monumen Aceh Thanks to the World merupakan monumen ungkapan rasa terima kasih atas bantuan bantuan internasional atas bencana gempa bumi dan tsunami Aceh dari negara-negara dari seluruh dunia. Pasca bencana tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada bulan Desember 2004, hampir 80% kota Banda Aceh hancur dan juga menghancurkan kabupaten-kabupaten lain di Aceh yang terletak di pinggir laut. Pemerintah, lembaga sosial baik lokal maupun internasional serta banyak negara di dunia membantu masyarakat Aceh dalam proses rekonstruksi dan pemulihan pascabencana tsunami pada bulan Desember 2004.

Monumen Aceh Thanks to the World dibuat pemerintah sebagai ungkapan terima kasih kepada seluruh elemen baik internal maupun eksternal dan khususnya negara-negara di dunia yang telah membantu Aceh atas bencana tsunami yang memakan korban jiwa lebih dari dua ratus lima puluh ribu jiwa dan membuat setengah juta orang kehilangan tempat tinggal. Selagi berjalan-jalan di Blang Padang, Anda bisa melihat berbagai bendera negara di dunia yang dibuat diatas batu yang berbentuk seperti sebuah kapal serta tulisan “terima kasih dan damai” dalam berbagai bahasa. Ungkapan “terima kasih dan damai” dalam berbagai bahasa bertujuan untuk memotivasi dan dukungan Internasional untuk Aceh.

Lihat Juga:

Monumen Aceh Thanks to the World terletak di alun-alun Blang Padang, Banda Aceh. Sebuah taman besar di pusat kota Banda Aceh. Luasnya kurang lebih delapan hektar terletak tepat di jantung kota Banda Aceh. Monumen Aceh Thanks To The World dapat Anda lihat disekeliling Taman Blang Padang.

Blang Padang kini juga ramai dijadikan tempat olah raga sore oleh sebagian besar masyarakat Banda Aceh dan Aceh Besar untuk bermain sepak bola atau jogging. Saat Anda berjalan-jalan di sekitar Blang Padang atau saat jogging sore, Anda bisa melihat monumen Thanks To The World.

Lihat Juga:

Berwisata ke Monumen Aceh Thanks To The World bisa menjadi pilihan yang menyenangkan sekaligus mengenang dahsyatnya bencana alam gempa bumi dan tsunami Aceh pada bulan Desember 2004 lalu sekaligus menjadi wisata spiritual mengenang para korban tsunami saat itu.

Lihat Juga:

Selain itu di taman Blang Padang juga terdapat banyak tempat duduk untuk wisatawan yang disediakan oleh penjual makanan dan wisatawan dapat menemukan banyak makanan khas Aceh dan kuliner Indonesia seperti Mie Aceh dan makanan aceh lainnya.

Blang Padang, Alun-alun Jogging & Taman Bermain, Wisata Anak & Keluarga

Blang Padang merupakan sebuah Alun-alun dan juga salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Banda Aceh. Hampir seluruh masyarakat Aceh mengenal Blang Padang. Taman ini diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau dan kegiatan lain yang membutuhkan ruang terbuka di provinsi Aceh khususnya Kota Banda Aceh. Blang Padang merupakan hamparan rumput hijau dan pepohonan yang ditanam di sekitar Blang Padang yang menjadikan tempat ini sangat rindang. Taman ini luasnya kurang lebih delapan hektar terletak tepat di jantung kota Banda Aceh. Dahulu Blang Padang merupakan taman yang digunakan oleh Kerajaan Aceh Darussalam.

Saat ini Blang Padang sering digunakan oleh warga Banda Aceh untuk tempat bersantai, bermain sepak bola, basket, jogging dan juga tempat bermain anak-anak bersama keluarga. Pada hari libur kawasan rindang ini terlihat semakin ramai dan pada hari Minggu biasanya diadakan acara rutin Senam Jantung Sehat.

Lihat Juga:

Di tempat ini terdapat fasilitas umum seperti toilet, musala dan juga terdapat berbagai fasilitas olah raga seperti jogging track, lapangan voli, lapangan sepak bola dan lapangan basket serta tempat parkir yang luas. Terdapat juga taman bermain anak untuk keluarga.

Monumen Aceh Thanks To The World

Tersedia juga banyak kursi untuk pengunjung yang disediakan oleh penjual makanan di sini. Di Blang Padang kita bisa menikmati berbagai minuman segar seperti Es Kelapa, Sop Buah Segar dan berbagai minuman lainnya. Tersedia juga berbagai jajanan yang bisa dicoba seperti Batagor, Salad Buah, Mie Aceh, Bubur Ayam, Siomay dan masih banyak lagi.

Lihat Juga:

Di taman Blang Padang juga terdapat monumen Aceh Thanks To The World yang dibuat pemerintah sebagai ungkapan terima kasih kepada seluruh negara donor di dunia yang telah membantu Aceh atas bencana tsunami yang menewaskan lebih dari dua ratus lima puluh ribu orang dan membuat setengah juta orang kehilangan tempat tinggal.

Lihat Juga:

Di kawasan Blang Padang ini pengunjung juga dapat melihat monumen bersejarah bagi Indonesia dan Aceh, yaitu monumen Replika Pesawat Dakota DC-3 RI 001 Seulawah. Dakota RI-001 Seulawah merupakan pesawat angkut yang merupakan pesawat pertama milik Republik Indonesia. Pesawat ini dibeli dari sumbangan Rakyat Aceh. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah merupakan cikal bakal berdirinya maskapai penerbangan niaga pertama di Indonesia, Indonesian Airways atau Garuda Indonesia.

Alat Musik Dol, Menggali Kekayaan Budaya Aceh melalui Alat Musik Tradisional yang Memikat

Dol merupakan salah satu alat musik khas Aceh yang merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Aceh, sebuah provinsi yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera, adalah rumah bagi berbagai warisan budaya yang mempesona, termasuk dalam ranah musik tradisionalnya. Salah satu alat musik yang mencolok adalah Dol. Mari kita telaah lebih dalam tentang karakteristik yang membuat Dol begitu istimewa dalam budaya Aceh.

Asal Usul dan Sejarah Alat Musik Tradisional Dol

Dol, yang juga dikenal sebagai Talempong Dol, merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya Aceh. Alat musik ini biasanya terbuat dari logam, seperti tembaga atau besi, dan memiliki bentuk seperti mangkuk dangkal dengan bagian tengah yang ditekuk ke atas. Dol pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat Aceh sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam, dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan musik tradisional di wilayah tersebut sejak itu.

Lihat Juga:

Karakteristik Fisik

Salah satu ciri khas Dol adalah bentuknya yang unik dan material pembuatannya. Biasanya, Dol terbuat dari campuran logam yang dipukul untuk membentuk cangkang yang berbeda ukurannya, menciptakan nada yang berbeda. Alat musik ini seringkali dihiasi dengan motif artistik yang rumit dan mengesankan, mencerminkan keindahan seni dan kerajinan tradisional Aceh.

Lihat Juga:

Cara Memainkan

Dol dimainkan dengan cara dipukul menggunakan palu yang disebut ‘paluak’, yang biasanya terbuat dari kayu. Pemain menggunakan paluak untuk memukul bagian atas Dol dengan berbagai kekuatan dan teknik, menciptakan serangkaian nada yang indah dan harmonis. Beberapa Dol juga dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan, menambah dimensi ekspresivitas dalam permainan musik.

Lihat Juga:

Peran dalam Budaya Aceh

Dol memiliki peran yang penting dalam kehidupan musik dan budaya Aceh. Alat musik ini sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional Aceh, seperti pernikahan, festival budaya, dan upacara keagamaan. Kehadirannya tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan identitas budaya Aceh yang kaya.

Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:

Pentingnya Pelestarian

Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh global, pelestarian Dol dan musik tradisional Aceh secara keseluruhan menjadi semakin penting. Upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini harus dilakukan melalui pendidikan formal, promosi seni dan budaya, serta dukungan dari masyarakat lokal dan pemerintah. Hal ini penting agar Dol tetap menjadi bagian yang hidup dan berharga dari warisan budaya Aceh yang berharga.

Lihat Juga:

Dol adalah bukti gemilang dari kekayaan budaya Aceh yang patut disyukuri dan dilestarikan. Dengan sejarahnya yang kaya, karakteristik fisik yang unik, peran dalam budaya Aceh, dan pentingnya pelestarian, Dol tidak hanya menjadi alat musik tradisional, tetapi juga simbol kebanggaan dan identitas bagi masyarakat Aceh. Melalui pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap Dol, kita dapat memperkaya pengalaman kita tentang kekayaan budaya Indonesia yang mempesona.

Kecapi Olah, Alat Musik Tradisional Aceh yang Punya Banyak Julukan

Kecapi Olah merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh dengan banyak julukan. Selain terkenal dengan budaya dan tradisinya, ternyata Provinsi Aceh juga menyimpan banyak sekali alat musik tradisional Aceh yang tidak kalah menarik untuk dipelajari. Salah satunya yaitu Kecapi Olah, alat musik yang satu ini biasanya dimainkan dengan cara dipukul. Jika dibandingkan dengan alat musik Kecapi lain, Kecapi Olah ini memang cukup berbeda karena tidak dimainkan dengan cara dipetik. Umumnya, alat musik tradisional Aceh ini dipakai untuk mengiringi tarian di Aceh.

Mengenal Kecapi Oleh dengan Berbagai Julukan

Perlu dipahami bahwa alat musik tradisional Aceh ini mempunyai banyak sekali julukan. Jika masyarakat di daerah Alas menyebutnya sebagai Kecapi Olah, berbeda dengan masyarakat Gayo yang menyebutnya dengan “Teganing”. Selain itu, masyarakat Aceh secara umum mengenal alat musik ini dengan sebutan “Canang Trieng”. 

Lihat Juga:

Hampir semua daerah di Aceh mengenal Kecapi Oleh, namun masing-masing mempunyai pengertian serta fungsi yang berbeda-beda. Secara umum, fungsi dari Kecapi Olah ini adalah pengiring tarian tradisional. Selain itu, alat musik tradisional Aceh satu ini juga kerap dijadikan sebagai media hiburan bagi anak-anak perempuan yang sedang berkumpul. Umumnya mereka akan memainkan alat musik ini setelah menyelesaikan pekerjaan di ladang atau hanya sekadar untuk mengisi waktu luang.

Sejarah Alat Musik Tradisional Aceh

Meskipun tidak banyak penelitian yang dapat menjelaskan mengenai perkembangan alat musik tradisional Aceh. Namun banyak sumber yang mengungkapkan bahwa alat musik di Aceh pada awalnya dipakai untuk menyebarkan Agama Islam. Dulunya, alat musik Aceh tersebut dipakai untuk menyambut para raja dan juga bangsawan. Lalu berlanjut ketika masa peperangan, alat musik tradisional Aceh mulai digunakan untuk mengiringi para prajurit yang akan pergi ke medan perang.

Lihat Juga:

Oleh karena itu, tak heran jika alat musik yang ada di Aceh sangat beragam. Jadi untuk fungsi dan juga tujuannya sangat beragam. Dulu, alat musik tradisional tersebut hanya bisa dimainkan oleh golongan ulama. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa alat musik digunakan untuk membantu menyebarkan Agama Islam. Oleh karena itu, masyarakat biasa hanya bisa mendengarkan suara dari alat musik yang dimainkan saja.

Lihat Juga:

Seperti halnya alat musik Kecapi Olah yang dulunya digunakan sebagai penanda untuk masyarakat supaya berkumpul di pusat kota. Biasanya kegiatan berkumpul tersebut berkaitan dengan pemberian informasi dari raja atau penguasa.

Lihat Juga Alat Musik Tradisional Aceh Lain:

Selain itu, penggunaan alat musik ini juga bisa sebagai penanda adanya raja atau penguasa yang singgah di daerah tersebut. Tak jarang juga, Kecapi Olah dimainkan sebagai simbol akan dilaksanakannya pesta rakyat.

Lihat Juga:

Itulah penjelasan mengenai sejarah Kecapi Olah yang merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang memiliki banyak julukan. Semoga bermanfaat.