20 Minuman Khas Aceh yang patut anda coba

Minuman khas Aceh sangat beragam sehingga sangat cocok untuk dinikmati ketika anda berlibur ke tanah Rencong. Aceh tidak hanya memiliki segudang makanan khas Aceh yang nikmat tetapi juga minumannya yang sangat unik dan menyegarkan. Selain itu anda dapat menikmati minuman tradisional Aceh dan mencoba kue khas Aceh sebagai pelengkap minuman anda.

Supaya liburan anda semakin asik, anda bisa memilih paket tour Sabang Aceh dengan ditemani oleh pemandu yang ramah berikut:

Anda juga bisa melihat paket tour Aceh secara lengkap di halaman kami berikut:

Aceh merupakan salah satu destinasi wisata menarik di Indonesia. Tidak hanya wisata dan budayanya yang mengesankan, Aceh juga memiliki sejumlah minuman khas yang patut anda coba ketika berkunjung ke Aceh. Berikut deretan minuman khas Aceh yang bisa anda coba:

  • 1. Kopi Aceh

Kopi Aceh merupakan salah satu minuman khas Aceh yang diproses dari kopi gayo atau kopi dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Selanjudnya kopi ini diolah sedemikian rupa dan disajikan sebagai kopi saring yang umum anda temukan di kedai kopi Aceh.

Sebagai informasi, kopi Gayo merupakan salah satu minuman khas Aceh dan merupakan varietas kopi Arabika dari dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Jenis kopi ini, merupakan komoditi unggulan Indonesia dan mendapatkan Fair Trade Certified dari Organisasi Internasional Fair Trade di tahun 27 Mei 2010 silam. Tidak hanya itu saja, kopi ini bahkan menerima sertifikat IG, yakni Indikasi Geografik yang turut diserahkan oleh Kemenkumham RI.

Lihat Juga:

Berbicara mengenai kopi Aceh sendiri, umumnya memiliki beberapa jenis yang mungkin selama ini tidak banyak diketahui oleh orang – orang. Adapun berbagai jenis dari kopi Gayo yang perlu Anda ketahui dan pahami, di antaranya yakni sebagai berikut.

  • Bergendal : jenis kopi Gayo dengan varian Arabika yang berasal dari Bahasa Belanda dan memiliki artian (berg = gunung, dal = lembah). Memiliki cita rasa seperti buah – buahan yang terasa spicy dan beraroma herbal dengan tingkat keasaman rendah. 
  • Rambung : memiliki biji berukuran paling besar dibandingkan dengan kopi Arabika lainnya di Tanah Gayo. Bisa dikatakan, jika jenis kopi satu ini tumbuh dengan cepat sehingga menjadikan petani ini membutuhkan lebih banyak lahan dalam membudidayakannya.
  • Sidikalang : biasanya, jenis kopi Sidikalang satu ini sering dibudidayakan oleh petani di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Adapun untuk masa tumbuh dari tanaman kopi satu ini terbilang cukup panjang dan membutuhkan perawatan yang tepat.
  • Lini Ethiopia : merupakan varian kopi khas Aceh yang terbilang cukup unik dengan menawarkan rasa yang berbeda – beda. Adanya perbedaan rasa tersebut, umumnya tergantung dari tempat penanaman kopinya dan ini termasuk jenis kopi varietas Arabika.
  • Timtim Arabusta : jenis kopi khas Aceh yang merupakan hasil persilangan dari kopi Arabika dan Robusta dan ditanam di daerah Timor Timur, kemudian dikembangkan di dataran tinggi Aceh pada tahun 1980-an. Kemudian, kopi Timtim Arabusta inilah yang kemudian dibudidayakan oleh petani setempat. 

Termasuk ke dalam minuman khas Aceh, menjadikan kopi Gayo cukup banyak diminati oleh kalangan masyarakat. Terlebih dengan banyaknya varian jenisnya, menjadikan seseorang bisa dengan mudah menentukan pilihan yang disukainya. 

Lihat Juga:

  • 2. Bandrek
Bandrek

Tidak hanya bisa ditemukan di daerah Sunda saja, kini seseorang bisa menemukan minuman Mandrek yang merupakan minuman khas Aceh. Ya, minuman satu ini umumnya sangat cocok dinikmati oleh seseorang ketika musim hujan / musim dingin tiba. Dengan mengonsumsi minuman ini, maka dipastikan tubuh yang tadinya terasa dingin akan hangat serta dapat mengembalikan mood yang semula buruk. 

Pada dasarnya, Bandrek sendiri dibuat dengan menggunakan komposisi bahan utama tertentu yang sangat mudah ditemukan di dapur. Yaitu berupa bahan rempah – rempah jahe, gula aren dan juga serai. Meskipun demikian, khusus di daerah Aceh sendiri tentunya minuman ini memiliki versi yang berbeda – beda dengan tetap mempertahankan sensasi kenikmatan di dalamnya. 

Lihat Juga:

Untuk Anda yang mungkin ingin membuat minuman khas dari Aceh satu ini, maka bisa membuatnya sendiri di rumah. Dalam pembuatan minuman Mandrek tersebut, Anda cukup menyiapkan beberapa bahan tertentu. Yaitu mulai dari air (750 ml), jahe bakar (100 gram), gula pasir (5 sdm), serai (2 batang), cengkih (5 buah), kapulaga (5 buah), bunga lawang (2 buah), kayu manis (5 cm), daun pandan (2 lembar), merica bubuk (sejumput), teh celup (2 kantong), garam (1/4 sdt), susu kental manis (secukupnya) dan kacang tanah sangrai. 

Setelah semua bahan sudah disiapkan, maka Anda tinggal membuat minuman Mandrek tersebut dengan mengikuti langkah – langkah mudah berikut ini.

  • Masukkan semua bahan yang disiapkan ke dalam panci, kecuali susu kental manis dan teh celup.
  • Kemudian, rebus semua bahan tersebut sampai benar – benar mendidih dan jangan lupa untuk mengoreksi rasa. Apabila nantinya dirasa kurang manis, maka bisa ditambahkan dengan gula pasir sesuai dengan selera.
  • Jika sudah, selanjutnya Anda seduh teh dengan air rempah yang sudah direbus tadi. Lalu tambahkan dengan susu kental manis secukupnya sambil diberi taburan kacang tanah sangrai di atasnya, dan sajikan selagi masih hangat. 

Dengan cita rasa khas yang dimiliki, menjadikan Mandrek begitu diminati oleh masyarakat. Jika Anda tertarik membuat minuman khas Aceh tersebut, maka bisa mencoba membuatnya di rumah sekarang juga!

Lihat Juga:

  • 3. Kopi Sanger

Apabila kita berbicara mengenai aneka minuman khas Aceh yang bisa dinikmati, maka jangan pernah melupakan kopi nikmat Sanger. Ya, kopi satu ini merupakan kopi khas daerah Banda Aceh yang hadir dengan memadukan komposisi bahan antara kopi dan susu dengan perbandingan 3 : 1. Sehingga tidak heran, jika Sanger menjadi salah satu kopi khas Aceh yang wajib seseorang cicipi ketika berkunjung ke daerah tersebut.

Penamaan kopi Sanger merupakan sebuah keunikan tersendiri yang membuat banyak orang bertanya – tanya mengenai arti dari nama tersebut. Diketahui, istilah Sanger sendiri berasal dari sebuah singkatan khusus yakni “sama – sama ngerti”. Berkaitan dengan hal tersebut, sang pemilik warung kopi diminta untuk mengerti kondisi kantong para mahasiswa yang terbilang minim, sehingga meminta dibuatkan kopi susu dengan harga yang murah meriah.

Lihat Juga:

Di daerah Aceh sendiri, kopi Sanger satu ini dijual dengan harga sangat terjangkau, yaitu sekitar Rp 8 ribuan saja untuk per gelasnya. Kendati demikian, Anda perlu tahu bahwa nama Sanger hingga kini masih menjadi misteri bagi kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan, banyak sekali sumber yang menyebut jika nama Sanger zaman dulunya justri berawal dari istilah “Sanggeng” lantaran takarannya yang sedikit dibandingkan dengan kopi pada umumnya. 

Sementara itu mengenai cita rasa dari kopi khas Aceh Sanger ini tidak kalah menarik dan nikmat dari kopi Gayo. Adapun hal mencolok yang bisa Anda rasakan ketika pertama kali melihat sajian kopi ini yaitu adanya tampilan kopi dengan buih – buih putih di atasnya. Hal ini seakan – akan menunjukkan, bahwa kopi tersebut merupakan sajian cappuccino khas dari daerah Aceh.

Dan jika dari aromanya sendiri, kopi Sanger menawarkan wangi yang terbilang cukup menyerbak sejak butiran kopi tersebut disiram dengan air panas dalam saringan kain. Sehingga, hal inilah yang dapat menghasilkan sajian rasa cukup unik dan mirip dengan kopi susu pada umumnya. Akan tetapi, untuk jenis kopi ini terbilang masih tetap kuat. 

Jadi jika Anda nantinya memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Aceh, tidak ada salahnya untuk mencicipi salah satu jenis minuman khas Aceh tersebut. Yang mana, hingga kini kopi Sanger begitu diminati oleh kalangan masyarakat. 

Lihat Juga:

  • 4. Kopi Nira
Kopi Nira

Bagi sebagian orang mungkin belum terlalu mengenal Kopi Nira, yang mana merupakan salah satu minuman khas Aceh. Hal ini wajar, dikarenakan kebanyakan orang lebih sering mengenal minuman daerah Aceh berupa kopi Gayo yang memang memiliki cita rasa nikmat dan harganya memang cenderung mahal. Akan tetapi, di pembahasan kali ini kita akan mengulas lebih mendalam terkait kopi khas Aceh Nira satu ini yang belakangan ini cukup menarik perhatian orang – orang. 

Kopi Nira, umumnya menjadi salah satu jenis minuman yang akhir – akhir ini tengah menjadi tren tersendiri di wilayah Aceh. Bahkan, di beberapa daerah juga turut mengenalkan kopi khas bercita rasa nikmat tersebut untuk kalangan masyarakat. Yaitu seperti wilayah sekitaran Banda Aceh, Kota Langsa, Aceh Timur sampai dengan Kota Lhokseumawe sekalipun, sehingga tidak mengherankan jika minuman ini menjadi populer di kalangan masyarakat.

Lihat Juga:

Diketahui, kopi Nira sendiri merupakan salah satu minuman khas dari Banda Aceh yang mana proses pembuatannya dilakukan dengan mencampur air nira. Rata – rata, kebanyakan para pecinta kopi satu ini merupakan kaum pria. Dengan cita rasa yang tidak begitu terasa campuran air nira-nya, menjadikan kopi ini paling cocok dan nikmat ketika dinikmati dengan campuran es batu, sehingga mampu menyegarkan tenggorokan.

Adapun mengenai harga dari kopi Nira di Aceh terbilang cukup terjangkau dan ramah kantong. Dimana untuk ukuran per gelasnya sendiri, seseorang hanya perlu membelinya dengan harga sekitar Rp 10 ribuan saja. Sementara jika ingin membeli air nira-nya saja, maka perlu membayar harga Rp 3 ribu (ukuran gelas kecil) dan Rp 5 ribu (ukuran gelas besar).

Menariknya lagi dari kopi Nira adalah, jenis kopi ini bisa dinikmati tanpa perlu tambahan seduhan gula. Pasalnya, campuran nira pada kopi ini sudah memberikan cita rasa manis yang terasa pas untuk lidah para penggemar kopi. Jadi, tidak heran jika kenikmatan sajian kopi Nira yang merupakan minuman khas Aceh, menjadi salah satu keistimewaan tersendiri, sehingga membuat orang – orang tertarik untuk mencoba mencicipinya.  

Lihat Juga:

  • 5. Kopi Gayo

Kopi Gayo dikenal sebagai salah satu jenis minuman khas Aceh, yang mana hingga sekarang masih banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Terlebih lagi, kopi Gayo satu ini juga memiliki banyak sekali keunggulan yang mana menjadi bahan pertimbangan bagi para penikmat kopi. Bahkan karena keunggulan yang ditawarkan tersebut, menjadikan varian kopi khas Aceh ini memiliki harga yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan lainnya.

Lihat Juga:

Umumnya, kopi Gayo memiliki karakteristik yang terbilang cukup unik dan banyak diminati oleh semua orang. Adapun jika dibandingkan dengan kopi lain, jenis kopi Gayo ini terbilang cukup unggulan lantaran memiliki sejumlah faktor penunjang diantaranya yakni sebagai berikut. 

  • Dikenal sebagai varietas kopi berkualitas terbaik, dikarenakan para petani di dataran tinggi Gayo menanam kopi dengan kualitas yang pastinya terbaik. Yaitu berupa varietas Gayo 1 dan Gayo 2 serta P88. Ketiga varietas kopi tersebut, tentunya sudah diakui sebagai jenis varietas kopi unggulan yang ada di Indonesia.
  • Tempat penanamannya dilakukan di dataran tinggi yang ideal dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk kondisi tanah untuk menanam kopi Gayo, yaitu jenis tanah berbukit – bukit. Sehingga, hal inilah yang dapat mengoptimalkan proses produksi organik kopi Gayo untuk menghasilkan cita rasa begitu khas.
  • Proses pengolahan kopi dilakukan dengan proses pengolahan basah yang dilakukan oleh para petani kopi Gayo. Baik itu dari mulai proses sortasi, pengupasan, fermentasi, pengeringan dan lain – lain. Dengan demikian, maka cita rasa kopi yang dihasilkan akan terasa lebih nikmat dan begitu diminati oleh para penggemarnya. 
  • Sistem penanaman kopi Gayo dilakukan secara organik, yang mana turut memperhatikan berbagai aspek. Oleh karena itulah, tidak mengherankan apabila kopi satu ini menawarkan banyak sekali keunggulan tersendiri dibandingkan dengan jenis varietas kopi lainnya. Terlebih lagi, kopi jenis ini menjadi komoditi paling laris di pasaran internasional. 

Dengan menawarkan banyaknya keunggulan tersebut, tidak heran jika kopi varian Gayo yang mana minuman khas Aceh ini cenderung memiliki harga yang cukup mahal dibandingkan dengan yang lainnya. 

Lihat Juga:

  • 6. Teh Tarik
Teh Tarik

Ketika mendengar nama teh tarik, pasti dibenak kebanyakan orang akan langsung tertuju pada minuman khas Aceh yang memiliki cita rasa manis dan lezat di dalamnya. Tidak hanya di Aceh saja, minuman satu ini juga bisa dengan mudah seseorang temukan di Negeri Jiran, Malaysia yang tentunya memiliki cita rasa tidak jauh berbeda dari Aceh. Meski demikian, Anda perlu tahu bahwa keduanya umumnya memiliki komposisi bahan yang cenderung sama untuk menghasilkan cita rasa nikmat dan lezat bagi penikmatnya.

Dalam hal ini dikatakan, bahwa teh tarik merupakan salah satu jenis minuman khas dari daerah Aceh yang sudah tersebar luas ke berbagai daerah di Indonesia. Diketahui, bahwa minuman khas satu ini dibuat dengan menggunakan campuran bahan – bahan yang sangat mudah didapatkan di pasaran. Yaitu mulai dari bahan teh, gula pasir dan juga susu kental manis yang nantinya digabungkan menjadi satu, sehingga menciptakan teh bercita rasa manis dan khas di dalamnya. 

Lihat Juga:

Bahkan ketika pertama kali menikmati sajian minuman tersebut, dipastikan Anda akan langsung jatuh cinta dengan cita rasa manis dan menyegarkan yang ditawarkan di dalamnya. Sementara itu jika dilihat dari proses pembuatannya sendiri, minuman khas satu ini umumnya dibuat dengan cara yang terbilang sangat mudah dan bisa Anda coba di rumah. Yakni dengan cukup menuangkan saja semua bahan – bahan yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemudian masukkan ke dalam gelas.

Baru setelah itu, Anda tinggal menuangkan kembali ke gelas lain sembari dibolak – balik seolah – olah sedang melakukan aksi tarik menarik pada teh tarik tersebut. Nantinya, Anda akan melihat adanya busa / krema yang mampu memberikan sensasi lembut pada teh tarik yang sudah dibuat tersebut. Karena cita rasa yang dihasilkan inilah, menjadikan banyak orang tertarik untuk menikmati sajian teh tarik yang manis dan menyegarkan ini di kala musim dingin tiba.

Untuk Anda di rumah yang ingin membuat minuman khas Aceh satu ini, maka tinggal membeli saja bahan – bahan yang ada di pasaran dan langsung praktikkan saja proses pembuatannya di dapur. 

Lihat Juga:

  • 7. Ie Seureubet
Ie Seureubet

Tidak hanya terkenal sebagai daerah penghasil kopi Gayo yang nikmat saja, Aceh juga menawarkan sajian minuman khas Aceh lainnya, yaitu berupa Ie Seuruebet. Bagi sebagian orang atau mungkin Anda di rumah mungkin merasa kurang familiar dengan nama minuman dari daerah Aceh satu ini. Terlebih lagi, namanya juga terbilang cukup susah untuk diucapkan, sehingga perlu mengenal lebih mendalam terkait minuman satu ini sebelum mencicipinya ketika berkunjung ke daerah tersebut.

Ie Seuruebet, umumnya merupakan salah satu jenis minuman yang terbilang cukup unik dan menarik untuk dicicipi oleh seseorang ketika berkunjung ke daerah Aceh. Alasan kenapa minuman ini terbilang unik dan menarik, yaitu karena proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan bahan rempah – rempah pilihan. Seperti di antaranya yaitu rempah kayu manis, jahe, lada, cengkeh, pandan sampai dengan gula merah sebagai pemanis alami minuman tersebut.

Lihat Juga:

Hal menarik yang perlu Anda ketahui dari Ie Seuruebet sendiri, yakni ini bukan hanya sekadar minuman biasa saja. Akan tetapi, minuman khas dari daerah Aceh tersebut juga memiliki kandungan antioksidan cukup tinggi. Sehingga tidak heran, jika ketika seseorang mengonsumsi minuman tersebut, maka akan memperoleh banyak sekali manfaat penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

Adapun manfaat yang bisa Anda peroleh ketika mengonsumsi minuman Ie Seureubet dari Aceh satu ini, yaitu dapat membantu meningkatkan sistem imunitas / kekebalan tubuh. Selain itu, minuman satu ini juga dapat membantu Anda dalam memulihkan tenaga setelah seharian beraktivitas di dalam maupun di luar rumah. Jadi disini dikatakan, bahwa penggunaan minuman tersebut tidak hanya sekadar untuk memberikan sensasi nikmat dan segar saja bagi para penikmatnya, akan tetapi juga memberikan banyak manfaat dalam menunjang kesehatan tubuh.

Sementara itu mengenai penyajian Ie Seureubet sendiri, biasanya sangat cocok jika disajikan ketika masih dalam kondisi hangat. Ini dikarenakan, minuman tersebut bisa dijadikan sebagai minuman penghangat badan ketika cuaca sedang hujan / dingin. Sehingga, Anda bisa menjadikan minuman khas Aceh tersebut sebagai opsi terbaik dalam membantu menghangatkan tubuh ketika cuaca sedang dingin.

Lihat Juga:

  • 8. Ie Boh Timon
Ie Boh Timon

Wah, siapa yang tahan dengan kesegaran dari Ie Boh Timon, minuman khas Aceh yang kombinasinya berupa es timun serut berwarna hijau. Saat Anda pertama kali mencicipi minuman serat sehat ini tentunya akan langsung tertuju pada insting peluntur lemak dan pelepas panas dalam. Dan faktanya Ie Boh Timon memberikan rasa nyaman tersebut. 

Manfaat Minuman Segar Ie Boh Timon

Minuman dengan dasar bahan mentimun ini awalnya diragukan karena timun masuk dalam kategori sayuran lalapan yang enak dimakan bersama sambal. Ie Boh Timon mengandung serat tinggi dan vitamin air untuk mengontrol kadar gula darah dan kolesterol tubuh. Dengan adanya manfaat tersebut dipastikan sajian minuman tersebut cocok untuk menu berat seperti daging dan jeroan. 

Lihat Juga:

Kendati demikian, sebaiknya Anda sajikan Ie Boh Timon jangan terlalu banyak suplai gula karena jika terlalu manis dapat memicu kadar gula darah semakin tinggi (bagi penderita diabetes). 

Bahan Dasar Ie Boh Timon

Bahan dasar pembuatan Ie Boh Timon berasal dari mentimun, biji selasih, sirup melon dan sirup gula putih, dan jeruk nipis. Semua bahan tersebut nantinya disatukan dalam satu gelas besar ukuran 300 ml. Cara membuatnya sangat mudah yakni dengan menyerut mentimun kemudian dimasukkan ke dalam gelas, lalu Anda rendam biji selasih dengan air hangat dan sisihkan. Setelah semua siap maka tinggal masukkan sirup gula dan melon dengan serutan mentimun dan biji selasih. Jangan lupa pakai es batu air matang agar Anda tidak merasa pusing ya?

Ie Boh Timon adalah minuman khas Aceh yang bagus untuk kesehatan yang menanggulangi rasa haus berlebihan. Timun sendiri mengandung banyak air belum lagi ketambahan dengan air es. Jadi, Anda yang saat puasa meminum Ie Boh Timon akan lebih berenergi karena tubuh terhidrasi dengan sangat baik. Minuman ini akan Anda temukan banyak di sajian hidangan pesta besar yang menunya berat. Ie Boh Timon kini menjadi sajian minuman yang banyak dicari kalangan remaja dan dewasa sebagai minuman pelepas dahaga efektif. 

Lihat Juga:

  • 9. Susu Jahe
Jahe Susu

Susu jahe, minuman herbal pelaku pengusir masuk angin yang sangat ampuh membuat Anda lekas kentut dan melegakan organ pencernaan dan pernafasan. Susu jahe yang seperti apakah yang tokcer manjur?

Susu jahe yang mengandung bahan alami jahe emprit dan susu sapi non gula tinggi buatan yang dipercaya cepat dan cocok sebagai pengusir masuk angin. 

Pembuatan Susu Jahe Rumahan

Anda bias menyediakan jahe emprit atau jahe merah kemudian keringkan total dan cuci hingga tanahnya bersih. Bakarlah jahe yang jumlahnya 3 ruas jari tengah Anda tersebut dengan api kecil, gunanya untuk mengeluarkan atsiri aroma jahe dan membuat minyak jahenya keluar. Lanjutkan memakai susu krimer atau susu bubuk sebagai kombinasi penambah stamina. Dianjurkan jika susu yang dipakai adalah susu sapi asli ya yang masih ada langit-langit lemaknya. Mengapa?

Susu alami sapi lebih banyak mengandung protein dan vitamin untuk mendongkrak stamina. Anda dapat juga memakai gula batu agar esensi jahe pedas dan manisnya pas. Jahe yang telah dibakar kemudian digeprek dan dimasak dengan air mendidih, kemudian masukkan susu sapi murni mentah untuk dididihkan agar semua kandungannya tercampur. 

Agar Susu Jahe Cocok Untuk Tubuh

Tahukah Anda jika susu jahe merupakan salah satu minuman khas Aceh ada yang cocok dan tidak untuk tubuh?

Hal ini dikarenakan sifat jahe yang pedas dan sedikit asam di lambung ya, untuk itu Anda yang memiliki gangguan lambung sebaiknya memakai jahe dengan kadar minim dan lebih diperbanyak susu. Saat musim hujan dan pancaroba, jahe susu lebih dibutuhkan tubuh untuk tetap merasa hangat. Sehingga, Anda tidak merasa terlalu dingin sekali ketika di suhu musim penghujan. 

Kandungan susu jahe sachet 25 gram terdapat lemak 1,5 gram, energi 100 kkal, protein 1 gram, karbo 22 gram. Bagi Anda yang tidak memiliki gangguan lambung, susu jahe begitu manjur untuk mengeluarkan angin. Tak lama Anda mengkonsumsi susu jahe, area tenggorokan akan terasa hangat dan tubuh mulai berkeringat. Yuk kembali ke alami dengan susu jahe emprit!

  • 10. Boh Manok Weng
Boh Manok Weng

Boh Manok Weng, nama yang sangat aneh di telinga tapi sangat kental di telinga orang Aceh. Mengapa?

Karena minuman ini ramai dipesan saat Anda mulai merasa kecapean dan mulai lemas tak bertenaga. Daripada Anda membeli obat kimia pendongkrak stamina lebih baik membuat Boh Manok Weng di rumah. 

Ketika Anda datang ke Aceh dan mendengar menu Boh Manok Weng tentunya ada rasa penasaran menu makanan atau minuman apakah ini ya?

Boh Manok Weng adalah sebuah menu minuman sehat herbal untuk Anda yang ingin menggugah stamina tanpa takut efek samping. Boh Manok Weng terbuat dari telur ayam kampung yang dikocok dengan mixer kemudian dicampur dengan teh atau kopi. Jika diterjemahkan satu per satu arti dari boh manok adalah telur ayam, sedangkan weng adalah diputar atau kocok. Apabila Anda mengkombinasikan dengan kopi dan kunir telur ayamnya maka terjadi lattenya Aceh. 

Anda dapat menemukan Boh Manok Weng di Kota Sigli, Pidie yang ada di kedai Gampong Lameue, Kecamatan Sakti, Pidie, Aceh. Perjalanan dari kota sigli menuju kedai ini lumayan jauh ya sekitar 20 menitan. Anda dapat sekalian menikmati kuliner lain di sana. Boh Manok Weng yang dijual di kedai tersebut memberikan rasa semangat tumbuh kembali. Selain itu, juga terdapat di kota-kota lain di Aceh seperti Banda Aceh.

Manfaat Boh Manok Weng 

Keunikan Boh Manok Weng buatan Aceh adalah tidak mengandung bau dan rasa amis lho!

Manfaat sehatnya akan Anda rasakan ketika 1 jam setelah minum Boh Manok Weng, tubuh yang lungkrah, lemes dan kaku bisa terasa sehat dan bertenaga lagi. Buih boh manoknya sangat kental sehingga Anda tidak merasa eneg dan tetap enak dengan tingkat kemanisan yang pas. 

Jadi, Boh Manok Weng minuman khas Aceh ada 2 jenis yakni campuran telur ayam dan teh atau telur ayam dan kopi. Semua menu minuman tersebut pastinya akan membuat Anda tercengang karena efeknya begitu terasa di tubuh. Harga Boh Manok Weng 1 gelasnya cukup murah kisaran Rp. 15 ribu saja. 

  • 11. Kupi Khop

Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia yang memiliki aneka kekayaan termasuk minuman khas. Salah satu minuman khas Aceh yang wajib dicicipi adalah kupi khop. Anda bisa menikmati kupi khop di Aceh pertama kali, tepatnya di warung yang terletak di pinggir jalan Gunung Geurutee. Selain itu ada pula beberapa tempat lainnya yang turut menyajikan kupi khop sebagai sajian minuman paling laris. 

Kupi khop, minuman kopi khas Meulaboh, Aceh Barat, bukan sekadar sebuah minuman, tetapi juga sebuah warisan budaya yang telah mengalir dalam kehidupan masyarakat setempat selama bertahun-tahun. Dalam setiap tegukan kopi yang dinikmati dari gelas terbalik di atas piring kecil, terdapat cerita tentang keuletan dan ketangguhan para nelayan di daerah tersebut. Dalam sejarahnya, cara penyajian yang unik ini tidak hanya lahir dari kebutuhan akan kehangatan, tetapi juga merupakan simbol dari semangat bertahan hidup di tengah tantangan alam yang keras.

Kupi khop, yang menggunakan biji kopi robusta dengan butiran kasar, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir pantai barat Aceh. Selain menjadi penyemangat, cara penyajian ini juga menjadi solusi praktis untuk menjaga agar kopi tetap hangat meski harus menunggu lama sebelum diminum oleh para nelayan yang sibuk dengan pekerjaan mereka di laut. Dalam setiap sedutan kopi yang dinikmati, terdapat aroma kental kehidupan pesisir yang kaya akan cerita dan kearifan lokal.

Kisah tentang kupi khop tidak hanya terbatas pada rasa dan aroma, tetapi juga pada makna yang terkandung di dalamnya. Kopi yang disajikan dalam keadaan terbalik ini menjadi pengingat akan nilai-nilai kebersamaan, ketahanan, dan keberanian para nelayan Aceh Barat dalam mengarungi gelombang kehidupan. Dalam setiap gelas kopi khop yang diminum, terdapat rasa haru dan rindu akan masa lalu yang keras namun penuh makna, menjadikannya lebih dari sekadar minuman, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat setempat.

Tak heran ada banyak wisatawan yang memilih untuk minum kupi khop guna menikmati aroma kopi khas pesisir Aceh. Minuman ini pula yang berhasil menarik wisatawan untuk kembali menyambangi Aceh sebagai tempat liburan favorit. 

  • 12. U Muda Teutot
U Muda Teutot

U muda teutot merupakan salah satu minuman khas Aceh yang wajib dicoba. Minuman ini terbuat dari air kelapa yang sudah lebih dulu dibakar. Jadi, u muda teutot adalah bahasa Aceh yang artinya kelapa bakar. Biasanya air kelapa terasa menyegarkan jika disajikan dalam kondisi dingin, maka berbeda dengan kelapa bakar. Minuman ini semakin menyehatkan ketika dipadu dengan rempah-rempah sehingga banyak diincar, terutama oleh wisatawan. 

Kelapa bakar, minuman khas Aceh yang melambangkan kelezatan dan kesegaran tropis, memiliki cerita unik di balik proses pembuatannya. Saat bulan Ramadhan tiba, aroma harum kelapa yang terbakar memenuhi udara, memanggil selera orang-orang untuk menikmati minuman yang istimewa ini.

Proses pembuatan u muda teutot dimulai dengan memilih kelapa muda yang berkualitas. Kemudian, kelapa tersebut dibakar secara hati-hati di atas tumpukan kayu bakar, memungkinkan rasa gurih dari daging buah kelapa itu sendiri untuk muncul lebih kaya dan nikmat. Setelah melalui proses pemanggangan yang teliti, kulit luar kelapa gosong, dan daging buahnya matang, memberikan rasa yang unik dan tak tertandingi.

Setelah kelapa bakar selesai dibakar, tahap berikutnya adalah mencuci dan mengupasnya menggunakan air laut, meyakinkan bahwa rasa asin yang ringan dari air laut menyatu dengan air kelapa, menambah kompleksitas citarasa yang khas. Proses ini juga diyakini meningkatkan nilai gizi dan manfaat kesehatan dari minuman ini.

Air kelapa bakar tidak hanya menyegarkan tenggorokan yang kering setelah seharian berpuasa, tetapi juga dipercaya memiliki beragam manfaat kesehatan. Dari mengganti elektrolit yang hilang hingga meningkatkan daya tahan tubuh, minuman ini menjadi pilihan yang populer di kalangan masyarakat Aceh, terutama saat berbuka puasa.

Tersedia di pinggir jalan atau di kedai-kedai kecil di Aceh, harga u muda teutot atau kelapa bakar cukup terjangkau, mulai dari Rp 10.000 berbeda-beda setiap kedainya. Sehingga siapa pun bisa menikmati kelezatan dan manfaat kesehatannya. Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Aceh saat bulan Ramadhan, jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan kenikmatan dari minuman khas Aceh yang satu ini.

  • 13. Ie Limun Bireuen
Ie Limon Bireuen

Ie Limun Bireun merupakan salah satu minuman legendaris yang diproduksi sekitar tahun 1990-an di Bireuen, Aceh. Dahulu minuman ini sangat popular dikalangan anak muda. Limun ini merupakan salah satu produk lokal yaitu minuman berkarbonasi yang memiliki beberapa varian rasa.

Selain menjadi minuman yang terkenal pada masanya, minuman ini juga sering dijadikan sebagai bahan untuk campuran obat sakit kepala ataupun obat demam. Minuman khas Aceh ini juga dikenal dengan nama Ie Raminet.

  • 14. Ie Seureh
Ie Seureh

le Seureh adalah salah satu minuman khas Acehyang memiliki keunikan tersendiri. Minuman ini terbuat dari berbagai rempah-rempah khas yang memberikan cita rasa dan aroma yang istimewa. Minuman ini menawarkan sensasi rasa yang sedikit pedas namun menyegarkan. Aromanya yang khas berasal dari rempah-rempah yang digunakan, seperti jahe yang memberikan rasa pedas hangat, dan kayu manis yang menambah aroma manis yang menenangkan.

Untuk membuat le Seureh, diperlukan beberapa bahan yang mudah ditemukan di pasaran. Berikut ini adalah resep dan cara penyajiannya:

Bahan-bahan:

  • 250 ml air
  • 40 gram jahe
  • 37 gram gula merah
  • 1 sendok makan gula pasir
  • 2 butir cengkeh
  • 3 cm kayu manis
  • 1 lembar daun pandan
  • Garam sejumput

Cara Membuat:

  • Persiapan Bahan

Pertama, bakar jahe di atas api kompor hingga kulitnya sedikit menghitam. Proses pembakaran ini akan mengeluarkan aroma khas jahe dan membuat rasa minuman lebih kaya.

  • Merebus Bahan

Masukkan semua bahan ke dalam panci, mulai dari jahe yang sudah dibakar, gula merah, gula pasir, cengkeh, kayu manis, dan daun pandan yang telah disimpulkan. Tambahkan air ke dalam panci.

  • Proses Pemasakan

Panaskan panci di atas kompor dengan api sedang. Biarkan semua bahan mendidih bersama air hingga mengeluarkan aroma wangi dari rempah-rempah. Pastikan semua gula larut dan semua rempah meresap ke dalam air.

  • Penyelesaian

Setelah mendidih, tambahkan sejumput garam untuk menyeimbangkan rasa manis dari gula. Angkat panci dari kompor dan saring minuman untuk memisahkan ampas rempah-rempah.

  • Penyajian

le Seureh siap disajikan. Minuman ini paling nikmat disajikan dalam keadaan hangat, cocok untuk diminum pada saat cuaca dingin atau saat tubuh membutuhkan kehangatan.

Selain memberikan rasa yang lezat dan menghangatkan, Minuman ini juga memiliki beberapa manfaat kesehatan. Jahe, salah satu bahan utamanya, dikenal mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membantu pencernaan, dan memiliki sifat anti-inflamasi. Kayu manis juga memiliki banyak manfaat, termasuk membantu mengatur kadar gula darah dan memiliki sifat antioksidan.

Minuman tradisional ini tidak hanya sekadar minuman penghangat, tetapi juga bagian dari budaya dan tradisi kuliner Aceh. le Seureh sering disajikan pada acara-acara khusus dan pertemuan keluarga, menjadi simbol keramahan dan kebersamaan masyarakat Aceh.

  • 15. Teh Tarik Kayumanis
Teh Tarik Kayu Manis

Musim hujan memang waktu yang paling tepat untuk menikmati minuman hangat yang bisa mengusir rasa dingin. Salah satu resep yang sangat layak dicoba adalah teh tarik kayu manis. Minuman khas Aceh ini tidak hanya enak dan menghangatkan, tetapi juga merupakan bagian dari kekayaan budaya Aceh yang patut kita lestarikan.

Teh tarik kayu manis dikenal karena rasanya yang manis dengan sentuhan aroma kayu manis yang khas. Kayu manis memiliki berbagai manfaat kesehatan yang membuat minuman ini tidak hanya lezat tetapi juga bermanfaat bagi tubuh. 

Beberapa manfaat kayu manis yang digunakan dalam teh tarik ini antara lain membantu menurunkan berat badan, mengendalikan kadar gula darah, mencegah infeksi mulut dan gigi, serta menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Manfaat kesehatan tersebut menjadikan teh tarik kayu manis sebagai pilihan minuman yang tidak hanya enak tetapi juga baik untuk kesehatan. Kayu manis, sebagai salah satu bahan utama, mengandung senyawa aktif yang dapat meningkatkan metabolisme, membantu mengatur kadar gula darah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik untuk kesehatan mulut. 

Selain itu, kayu manis juga mengandung antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel akibat radikal bebas, sehingga mengurangi risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung.

Bagi mereka yang ingin mencoba membuat teh tarik kayu manis di rumah, berikut adalah resep yang bisa diikuti. Proses pembuatannya cukup sederhana dan bahan-bahannya mudah didapatkan.

Bahan:

  • 2 kantong teh celup
  • 2 sendok makan susu kental manis putih
  • 2 sendok makan gula pasir
  • 500 ml air mineral
  • 1 batang kecil kayu manis

Cara membuat:

1. Persiapan Panci

Siapkan panci dan masukkan teh celup, air mineral, dan batang kayu manis ke dalamnya.

2. Proses Perebusan

Nyalakan kompor dan masak campuran tersebut hingga mendidih. Biarkan hingga air berubah warna menjadi coklat pekat, menunjukkan bahwa teh dan kayu manis telah menyatu sempurna dengan air.

3. Menambahkan Susu dan Gula

Setelah air berubah warna, masukkan susu kental manis ke dalam panci. Tambahkan juga gula pasir dan aduk hingga semua bahan larut dan tercampur rata.

4. Penyajian

Teh tarik kayu manis siap disajikan. Minuman ini paling nikmat diminum dalam keadaan hangat, terutama saat cuaca dingin atau hujan.

Dengan cita rasa yang khas dan berbagai manfaat kesehatannya, the tarik kayu manis merupakan minuman yang sangat cocok dinikmati kapan saja. Selain itu, minuman ini juga membawa nilai budaya yang tinggi, mengingat asal-usulnya dari Aceh, sebuah daerah dengan warisan kuliner yang kaya.

  • 16. U Jelly
U Jelly

Aceh, provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia, dikenal dengan kekayaan budaya dan kulinernya yang khas. Salah satu minuman khas Acehyang tradisional yang patut diperkenalkan adalah U Jelly. Nama yang unik ini mengacu pada hidangan yang tidak hanya kaya rasa, tetapi juga penuh dengan nilai budaya dan sejarah masyarakat Aceh.

Minuman ini merupakan salah satu masakan tradisional yang telah ada sejak lama di Aceh. Hidangan ini sering disajikan pada acara-acara khusus seperti kenduri, pernikahan, dan perayaan adat. 

Nama “U Jelly” sendiri berasal dari bahasa Aceh, di mana “U” berarti “santan” dan “Jelly” mengacu pada tekstur agar-agar. Secara harfiah, U Jelly bisa diartikan sebagai hidangan berbahan dasar santan dengan tekstur jelly atau agar-agar.

Bahan utama dalam pembuatan U Jelly adalah santan kental, gula, agar-agar, dan pewarna alami seperti daun pandan atau kunyit untuk memberikan warna dan aroma yang khas. Berikut adalah bahan-bahan dan cara pembuatannya:

Bahan:

  • 500 ml santan kental
  • 200 gram gula pasir
  • 10 gram agar-agar bubuk
  • Pewarna alami (daun pandan atau kunyit)
  • Sejumput garam

Cara Membuat:

1. Persiapan Bahan

Pertama, siapkan semua bahan yang diperlukan. Jika menggunakan daun pandan atau kunyit, haluskan dan peras untuk mendapatkan ekstraknya.

2. Mencampur Bahan

Campurkan santan kental dengan gula pasir dan agar-agar bubuk. Aduk hingga semua bahan tercampur rata.

3. Pewarnaan dan Pemanasan

Tambahkan ekstrak daun pandan atau kunyit ke dalam campuran santan untuk memberikan warna dan aroma. Panaskan campuran di atas api sedang sambil terus diaduk hingga mendidih.

4. Pembentukan Jelly

Setelah mendidih, tuangkan campuran ke dalam cetakan dan biarkan hingga dingin dan mengeras. Setelah mengeras, potong-potong sesuai selera.

5. Penyajian

U Jelly siap disajikan. Hidangan ini bisa disajikan sebagai penutup atau camilan pada berbagai acara.

Keunikan U Jelly terletak pada kombinasi rasa manis dan gurih yang harmonis. Tekstur agar-agar yang kenyal dengan aroma khas santan dan pewarna alami memberikan pengalaman rasa yang berbeda dan memikat. Hidangan ini tidak hanya lezat tetapi juga menyegarkan, terutama saat disajikan dalam keadaan dingin.

Selain kelezatan nya, U Jelly juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Hidangan ini merupakan salah satu simbol kekayaan kuliner Aceh yang harus dilestarikan. U Jelly menggambarkan kreativitas masyarakat Aceh dalam mengolah bahan-bahan sederhana menjadi hidangan yang istimewa dan penuh makna.

  • 17. Kupi Kurma
Kopi Kurma

Bagi Anda penikmat kopi, pasti pernah mencoba mengkonsumsi aneka macam sajian kopi. Tapi pernahkah Anda mencoba kopi kurma! Kopi Kurma atau es kopi kurma adalah salah satu menu minuman favorit  bagi warga Aceh terutama ketika berbuka puasa tiba.  

Khasiat kopi kurma    

Es kopi kurma ini pertama kali diracik oleh seorang pengusaha muda asal Aceh yang mencoba menciptakan minuman segar dan juga menyehatkan. Seperti diketahui bersama, kopi kaya akan berbagai khasiat untuk tubuh, seperti adanya karbohidrat, protein dan juga sedikit lemak. Selain itu kopi juga mengandung magnesium, kafein dan juga senyawa bahan kimia tumbuhan lainnya, seperti polifenol dan juga diterpen. Ketika dikonsumsi, kopi membantu meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi, memperbaiki suasana hati, bahkan mampu menurunkan resiko depresi.

Demikian juga dengan kurma. Buah yang satu ini juga kaya akan kandungan nutrisi, seperti protein,  karbohidrat, serat, gula alami, kalium, kalium, zat besi dan juga zinc. Ada juga kandungan vitamin B,  vitamin K, asam folat, mangan, dan juga aneka jenis antioksidan. Ketika dikonsumsi, kurma dapat membantu mengatasi konstipasi, gangguan pencernaan, masalah jantung, anemia, disfungsi seksual, diare, bahkan mampu membantu meningkatkan kesehatan otak.   

Cara membuat kupi kurma   

Untuk membuat minuman khas Aceh yang satu ini ternyata tidak terlalu sulit. Yang perlu Anda lakukan hanyalah :   

  1. Rebus air hingga mendidih, kemudian masukkan kopi arabika bubuk, aduk hingga larut sempurna.
  2. Pisahkan buah kurma dengan bijinya, lalu blender hingga halus menggunakan air.
  3. Masukkan kopi bubuk ke dalam gelas, yang berisi air rendaman air kopi panas, masukkan juga kurma yang sudah diblender, lalu aduk hingga rata.  
  4. Anda dapat menyajikan kopi tersebut secara langsung (cara hangat) atau menuangkan es batu, untuk sajian dingin.

Kombinasi beberapa bahan tersebut, terbukti mampu menambah stamina tubuh Anda, serta mampu meningkatkan daya tahan tubuh setelah seharian berpuasa.  

Selain cocok buat sajian untuk berbuka, kopi kurma juga cocok dikonsumsi ketika malam hari, atau ketika siang hari. Dingin atau panas, Anda dapat mengkonsumsinya sesuai selera.    

  • 18. Es Rujak Aceh

Salah satu makanan atau minuman yang paling diburu ketika matahari sedang terik adalah es atau juga rujak. Di Indonesia sendiri, rujak ada di hampir semua daerah, masing masing mempunyai ciri khas yang berbeda. Tidak ketinggalan Aceh. Adalah es rujak Aceh salah satu menu favorit bagi warga Aceh, yang pastinya pas dikonsumsi di siang hari yang panas.  

Tentang es rujak Aceh

Seperti biasanya ada berbagai macam jenis buah yang digunakan untuk membuat es rujak Aceh. Namun yang membedakan antara es rujak Aceh dengan rujak dari daerah lainnya, yaitu digunakanya buah kweni sebagai salah satu bahan bumbu rujak. Rujak Aceh sebetulnya memiliki dua varian, rujak potong dengan bumbu yang khas ataupun rujak serut sebagai minuman. Rujak tersebut bisa anda dapatkan diberbagai daerah di Aceh seperti Rujak Sabang dan Rujak Blang Bintang. Anda juga bisa menjadapatkan rujak di Tugu Kilometer Nol Sabang.

Bumbu kuah yang kental, ditambah sensasi pedas dan segar, pastinya membuat siapa saja menyukai sajian khas yang satu ini.  Untuk masalah harga, tidak perlu cemas, dipasaran sendiri, harga 1 porsi es rujak Aceh hanya sekitar Rp 12.000 saja.  

Di Aceh sendiri, ada banyak penjual es rujak Aceh, apalagi ketika menjelang berbuka, Anda akan menemukan penjual tersebut secara lebih mudah. Karena ini adalah salah  satu menu wajib, bagi warga Aceh untuk berbuka puasa.

Resep es rujak Aceh

Adapun cara membuat makanan atau minuman khas Aceh yang satu ini tidak sulit. Yang perlu Anda lakukan adalah mempersiapkan bahan bahan berikut :

  • Bahan

1 buah nanas, kupas dan potong-potong

2 buah mangga kweni, kupas dan potong-potong

200  mentimun, parut kasar

200 g bengkuang, kupas dan potong-potong

300  jeruk bali

  • Bumbu rujak

400 ml air mineral

3 buah mangga kweni matang, kupas dan buang bijinya

8 buah cabai rawit merah rebus

6 sdm gula aren

3 sdm air asam jawa

½ sdt garam

  • Cara membuat

Bumbu rujak: haluskan semua bahan bumbu rujak. Anda dapat menggunakan blender atau bisa juga dengan cara diulek.

Masukkan semua bahan buah yang sudah dipotong potong ke dalam mangkuk besar. Lalu tuang bumbu rujak ke atasnya, aduk rata dan sajikan. 

Agar rasanya makin nikmat, Anda dapat menambahkan es rujak Aceh ini dengan es batu. Atau Anda dapat menyimpan rujak tersebut di dalam lemari pendingin, sajikan ketika rujak buah sudah dingin. Sensasi rasa segar, pedas, dan dingin, pastinya menambah selera Anda. 

  • 19. Kopi Pala
Kopi Pala

Aceh adalah tempat yang menawarkan banyak pengalaman baru terutama di bidang kuliner. Banyak jenis makanan dan minuman unik yang hanya bisa ditemukan di sini yang perlu Anda coba jika berkunjung. Salah satunya adalah varian kopi dengan rasa unik yaitu kopi pala.

Berasal Dari Banyaknya Warung Kopi

Ketika Anda berkunjung ke Aceh, maka salah satu hal paling jelas yang akan terlihat adalah banyaknya warung kopi di sana. Oleh karena itu, para pemilik warung harus pintar-pintar mencari cara untuk menciptakan varian kopi baru supaya warung kopi mereka tetap laris.

Dari variasi-variasi yang diciptakan, ada yang gagal namun ada juga yang berhasil dan memikat hati para penikmat kopi dan salah satunya adalah kopi pala. Berawal dari warung-warung kecil, sekarang kopi pala sudah populer di banyak wilayah di Aceh dan bahkan sudah populer sebagai salah satu oleh-oleh wajib ketika berkunjung ke Aceh.

Pertama di Indonesia

Varian kopi pala ini dipercaya sebagai yang pertama di Indonesia dan Aceh adalah daerah pertama yang menciptakannya. Kopi pala adalah kopi yang menggunakan bubuk kopi Arabika, kemudian dicampurkan menggunakan ekstrak buah pala. 

Perpaduan antara kopi dan pala ini menjadi resep sempurna untuk menciptakan minuman khas Aceh karena warung kopi yang banyak dijumpai, serta pala yang juga banyak tumbuh di Aceh terutama Aceh selatan. Keduanya adalah produk asli Aceh dan sekarang kopi pala sudah identic dengan Tanah Rencong itu sendiri.

Perlu diketahui bahwa buah pala yang digunakan adalah ekstraknya saja. Ekstrak pala ini akan lebih nikmat dan cocok dicampur dengan kopi setelah melalui proses fermentasi. Semakin lama proses fermentasinya, maka hasil ekstrak yang didapatkan pun juga akan semakin bagus.

Itu dia semua yang perlu Anda tahu tentang kopi pala, minuman khas Aceh yang harus Anda coba ketika pergi ke Aceh. Jangan lupa juga membawanya sebagai oleh-oleh untuk orang-orang tersayang di hidup Anda. 

  • 20. Durian Kupi Luwak
Kopi Durian Luwak

Berada di penghujung Sumatera dan di mulut Samudra Hindia, Aceh sudah lama menjadi tempat bercampurnya berbagai kebudayaan. Terutama ketika pedagang dari Arab, India, dari penjuru Asia telah mulai menyambangi daerah ini sejak beberapa abad lalu. Hal ini membuat suku dan budaya Aceh mempunyai kekhasan tersendiri. Banyak jenis makanan dan minuman yang tercipta dari pencampuran ini, dan salah satunya adalah durian kopi luwak.

Varian yang Sangat Unik

Ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi ketika Anda berkunjung ke Aceh seperti Museum Tsunami, Masjid Raya Baiturrahman, atau Pantan Terong. Namun ketika malam hari datang, saatnya mencoba berbagai jenis kuliner yang ditawarkan oleh provinsi ini dan salah satunya adalah menikmati durian kopi luwak.

Sebagai bagian dari khasan kuliner dan minuman khas Aceh, varian kopi juga mempunyai andalannya sendiri. Sesuai namanya, kopi ini adalah kopi yang terbuat dari kopi luwak. Mungkin terdengar biasa saja, namun kemudian ada durian yang membuatnya unik dan berbeda dari jenis kopi lainnya.

Ketika Anda memesan secangkir durian kopi luwak, maka Anda akan mendapati sebutir buah durian bersama dengan kopi Anda. Durian tersebut bisa ditaruh di piring kecil yang mengalasi cangkir kopi, di piring terpisah, bahkan ada yang menyajikannya dengan memasukkan butir buah durian tersebut ke dalam cangkir kopi.

Sensasi yang Berbeda

Durian kopi luwak ini sangat cocok dinikmati ketika malam hari karena suasana dingin dan ditemani dengan kopi hangat plus durian akan membuat malam Anda sangat syahdu. Sensasi berbeda juga akan didapatkan karena durian tidak biasanya disantap bersamaan dengan kopi.

Anda bisa mencampur daging buah durian pada kopi, lalu mengaduknya dan meminumnya langsung secara bersamaan. Namun Anda juga bisa memakan buah durian dan meminum kopi secara terpisah. Bagaimana Anda menikmatinya adalah tergantung selera Anda masing-masing, atau bagaimana warung kopi yang Anda datangi menyajikannya.

Itu dia dua alasan utama mengapa Anda sangat perlu mencoba varian unik khas yaitu durian kopi luwak ketika Anda berkunjung ke Aceh. 

Baca Juga:

Setelah anda mengetahui minuman khas Aceh diatas, mungkin anda tertarik untuk mencoba salah satu atau beberapa minuman tradisional Aceh diatas. Mari berkunjung ke Aceh dan nikmati beragam minuman dan kuliner menarik di Aceh. anda bisa memasan paket wisata Aceh ataupun rental mobil Aceh untuk kemudahan perjalanan anda.

8 Pakaian Adat Aceh, Baju Tradisional Suku Aceh, Gayo, Alas, Singkil, Kluet, Tamiang & Simeulue

Pakaian adat Aceh merupakan salah satu baju tradisional suku Aceh yang merupakan salah satu suku yang dominan di Aceh. selain baju adat Aceh, terdapat juga beragam pakaian adat Aceh yang berasal dari suku di Aceh seperti pakaian adat Gayo, pakaian adat Alas, pakaian adat Singkil, Pakaian adat Kluet, pakaian adat Simeulue dan masih banyak baju tradisional Aceh lainnya. Nama pakaian adat Aceh yang paling terkenal adalah pakaian adat Ulee Balang dengan beragam aksesoris baik untuk pria maupun wanita.

Baju adat Aceh menunjukkan keistimewaan tersendiri dimana terdapat ciri khas Budaya Aceh dan adat Aceh. pakaian adat Aceh sering dipakai pada upacara adat Aceh seperti peringatan hari besar, perkawinan adat Aceh dan lain sebagainya. Pada pakaian Aceh ini terdapat beragam aksesoris yang dipakai seperti rencong yang merupakan senjata tradisional Aceh, meukeutop, patam dhoe, mekesah dan lain sebagainya.

Aceh terletak di ujung paling barat Indonesia dengan beragam keistimewaan. Selain itu, Aceh juga memiliki segudang wisata alam, budaya, hingga makanan khas Aceh. anda berencana ingin mengekplorasi keindahan Aceh, anda bisa melihat paket tour Aceh Sabang berikut:

Bagi anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang baju adat Aceh, berikut daftar pakaian adat Aceh dan aksesorisnya:

  • 1. Pakaian Ulee Balang

Indonesia terkenal akan keanekaragaman budaya dan adatnya. Hal ini membuat adanya banyak pakaian tradisional dari setiap daerah di Indonesia. Salah satunya adalah pakaian ulee balang dari Aceh. Pakaian ini mendapatkan pengaruh dari Islam dan Melayu sehingga tampilan pakaian adat ini sangat tertutup. Pakaian adat ini sering digunakan dalam acara pernikahan dan tarian tradisional. Ada beberapa hal unik yang bisa dikulik dari pakaian adat ini.

  1. Ada Sejak Zaman Kerajaan

Pakaian Ulee Balang ini dulunya hanya dipakai oleh keluarga kerajaan, yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini sangat berkuasa di Aceh pada abad 13. Nama pakaian ini merupakan sebutan kepala pemerintah di kerajaan Aceh di tingkat kota dan kabupaten. Pakaian ini sangat kental dengan nuansa kerajaan di zaman dulu. Namun, saat ini pakaian ini bisa dikenakan oleh seluruh masyarakat Aceh dan Indonesia.

Lihat Juga:

  • Bernama Adat Linto Baro Untuk Ulee Balang Pria

Pakaian Ulee Balang terdiri dari pakaian adat pria dan wanita. Pakaian adat Aceh untuk kaum pria disebut Linto Baro. Pakaian adat ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas, tengah, serta bawah. Bagian atas ini merupakan penutup kepala yang berbentuk lonjong disebut meukeutop. Bagian tengahnya biasanya berupa baju tertutup. Bagian bawahnya biasanya disebut sebagai celana sileuweu berwarna hitam dari kain katun tenun.

  • Bernama Adat Daro Baro untuk Ulee Balang Wanita

Setelah Anda mengetahui Ulee Balang untuk pria, saatnya mengulas untuk busana wanitanya. Busana ini disebut Daro Baro. Bentuk pakaian adat ini menyerupai baju kurung atau gamis dengan sentuhan Arab, China, dan Melayu. Model pakaian adat ini tertutup dan longgar. Bahan pakaian ini biasanya terbuat dari benang sutera dengan motif benang emas.

  • Memiliki Filosofi Tersendiri

Pakaian adat Ulee Balang dari Aceh ini ternyata mempunyai filosofi dan makna tersendiri. Anda tak hanya memakai pakaian adat biasa tetapi juga bisa belajar filosofinya. Baju ini memiliki motif tumbuh-tumbuhan untuk dekorasinya yang berarti kebersamaan, kesuburan, dan pertumbuhan. Tak hanya itu, bagian mahkota pakaian adat ini juga berwarna-warni dari warna merah, hijau, kuning, hitam, dan putih. Setiap warna di meukeutop mempunyai filosofi tersendiri.

  • Dilengkapi dengan Aksesoris Agar Telihat Sempurna

Pakaian adat dari Aceh ini bisa dikenakan oleh pria dan wanita. Penampilannya akan terlihat sempurna dengan tambahan aksesoris. Tambahan ini membuat tampilan lebih berwibawa, elegan, dan menawan. Anda bisa menambahkan beberapa aksesoris pelengkap bila memakai pakaian Ulee Balang seperti meukeutop, ija lamgugap yang merupakan songket sutera, rencong, patam dhoe mahkota dengan kaligrafi lafadz Allah, subang yang merupakan anting-anting, dan taloe tokoe bieung meuih yang berupa kalung emas.

Lihat Juga:

  • Meukeutop

Meukeutop merupakan kopiah atau penutup kepala khas Aceh. Penutup kepala ini biasanya dipakai bersamaan dengan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Topi ini digunakan dalam berbagai acara resmi dengan pakaian adat. Ada beberapa hal menarik terkait penutup kepala ini. Inilah ulasan menarik tentang kopiah Meukeutop.

  1. Sebagai Aksesoris Pelengkap Ulee Balang

Kopiah meukeutop ini adalah salah satu ikon dari Provinsi Aceh khususnya Kabupaten Aceh Barat. Penutup kepala tradisional ini biasanya digunakan sebagai aksesoris pelengkap pakaian adat bagi kaum pria. Kopiah ini biasanya digunakan saat menghadiri acara adat, upacara, ataupun seremonial lain. Pemakaian kopiah ini sudah seperti hal wajib bagi siapapun yang memakai pakaian adat Aceh agar terlihat menawan.

Lihat Juga:

  • Hanya Satu Jenis Model

Bila Anda melihat kopiah meukeutop ini, pastinya Anda bertanya dalam hati terkait modelnya. Kesannya model kopiah ini sama satu dengan lainnya. Bentuk dasar kopiah ini memang samadan hanya satu jenis saja. Modelnya tak bisa diubah karena sudah sangat paten. Kopiah ini mempunyai warna dasar kuning dan merah. Kainnya dirajut jadi satu sehingga membentuk lingkaran. Pinggiran kopiah ini mempunyai motif anyaman dengan kombinasi warna kuning, merah, hijau, dan hitam.

  • Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Belanda

Kopiah Meukeutop ini adalah salah satu aksesoris tradisional khas dan ikon dari Aceh. Kopiah ini digunakan sebagai penutup kepala pakaian adat Aceh untuk menghadiri berbagai upacara adat. Kopiah ini ternyata sudah ada sejak lama yaitu sejak zaman kolonial Belanda. Dulunya kopiah ini disebut Tungkop karena berasal dari daerah Tungkop di Kabupaten Pidie. Pada zaman dahulu, kopiah ini hanya digunakan oleh para Sultan, Raja, dan ulama. Kopiah ini mempunyai ciri khas berbentuk lonjong, tinggi, dan berhiaskan lilitan kain sutera. Tak heran jika tampilan kopiah ini sangat mewah dan elegan.

  • Terdapat Tulisan Hijaiyah

Kopiah Meukeutop ini memiliki kombinasi motif dan warna. Motif anyaman dengan kombinasi warna hijau, hitam, kuning, dan merah ini terlihat menarik. Di bagian tengah kopiah ini memiliki lingkaran hijau dan hitam. Bila Anda melihat secara seksama, kopiah ini mempunyai tulisan hijaiyah Lam di bagian lingkaran kepala bawah. Kopiah ini ternyata memiliki 4 bagian dengan filosofinya sendiri.

  • Masuk Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Kopiah Meukeutop ini memiliki berbagai kombinasi warna dengan filosofinya sendiri. Misalnya merah adalah kepahlawanan, hijau agama, hitam mewakili ketegasan, kuning merupakan simbol negara, dan putih berarti suci. Ternyata kopiah ini masuk sebagai daftar Warisan Budaya Tak Benda di tahun 2021 yang berarti kopiah ini sangat ikonik. Bahkan kopiah ini juga dibangun sebagai tugu wisata di daerah Meulaboh, Aceh Barat saking ikoniknya.

Lihat Juga:

  • Sileuweu

Pakaian adat Aceh disebut Ulee Balang. Pakaian ini memiliki beberapa bagian mulai dari bagian atas, tengah, dan bawah. Tak hanya itu saja, pakaian ini biasanya dikenakan oleh kaum pria dan wanita dengan sebutan berbeda. Salah satu bagian pakaian adat Aceh untuk pria adalah celana Sileuweu yang merupakan bagian bawahan untuk pakaian tradisional tersebut. Sebelum Anda memilih celana adat ini, ada beberapa hal yang harus diketahui.

  1. Bawahan Untuk Baju Adat Meukeusah

Pakaian adat Aceh memang bermacam-macam dengan kombinasi warna yang menarik. Ada satu bagian bawah pakaian adat Aceh yang bisa digunakan untuk melengkapi penampilan Anda. Pakaian ini bernama celana Sileuweu yang merupakan bawahan untuk pakaian adat Meukeusah. Celana ini sangat cocok sekali dikombinasikan dengan baju adat tersebut. Celana tersebut memiliki warna dasar hitam dengan bahan katun sehingga tidak membuat gerah.

Lihat Juga:

  • Bentuk Melebar

Celana Sileuweu ini adalah komponen bawahan dari pakaian adat Aceh untuk pria yang disebut Linto Baro. Warnanya hitam ternyata cocok dikombinasikan dengan model yang unik. Bentuk celana ini melebar ke bagian bawah. Tentu saja dengan model melebar membuat penampilan terkesan gagah dan menawan. Celana ini sering kali disebut sebagai celana cekak Musang untuk digunakan kaum pria. Celana ini digunakan untuk menghadiri acara seremonial dan upacara adat di Aceh.

  • Sulaman Emas

Celana Sileuweu ini ternyata mempunyai hiasan sulaman emas  yang menarik di bagian bawah celananya. Sulaman ini membuat tampilan celana adat ini terlihat mewah dan menarik dipadukan dengan atasan adat Aceh yang sangat khas. Celana ini sangat cocok dikombinasikan dengan sarung songket sutera seperti Ija Songket, Ija Lamgugap, ataupun Ija Krong. Ketiga sarung songket itu biasanya diikatkan di bagian pinggang dengan panjang sarung di atas lutut.

  • Simbol Ketegasan

Tak hanya itu saja, ada hal lain yang harus diketahui terkait celana Sileuweu. Celana ini memiliki makna dan filosofi khusus yang membuat para pria bangga memakainya. Celana ini ternyata mempunyai makna ketegasan dan juga sebagai simbol kemakmuran di zaman kerajaan dulu. Celana berbahan dasar katun ini juga menjadi inspirasi celana khas di daerah Melayu. Simbol ketegasan ini akan terlihat lebih nyata bila Anda menambahkan sarung songket yang diikat di pinggang. Celana adat ini sangat ikonik dan dipakai oleh kaum pria di Aceh.

Celana Sileuweu ini bisa dipadukan dengan aksesoris yang tepat agar terlihat menarik. Selain kain songket sutera, maka Anda bisa memadukan dengan rencong. Apa itu rencong? Rencong adalah senjata khas dan tradisional Aceh. Senjata ini bisa diselipkan di bagian belakang celana adat ini untuk melengkapi penampilan kaum pria di acara seremonial.

  • Rencong
Senjata tradisional Aceh

Aceh adalah daerah paling utara dari salah satu pulau terbesar di Indonesia dan dunia yaitu Sumatera. Aceh memiliki beberapa nama panggilan dan salah satunya adalah tanah rencong. Layaknya banyak daerah lain di Indonesia, Aceh juga memiliki senjata khasnya sendiri yang disebut dengan rencong yang kemudian menjadi julukan daerah tersebut.

Bagaimana sejarah rencong sehingga bisa menjadi begitu tidak terpisahkan dengan identitas Aceh?

Simbol Keberanian

Jika keris senjata tajam khas Jawa biasanya disematkan di pinggang bagian belakang, tidak begitu dengan rencong. Ketika keris disimpan dalam konteks untuk disembunyikan, rencong disematkan di pinggang bagian depan, menunjukkan kesan keberanian dan kesiapan bertempur sampai titik darah penghabisan baik pria maupun wanita.

Lihat Juga:

Sejarah rencong sendiri tidak begitu jelas, terdapat cerita rakyat yang dianggap sebagai asal usul rencong. Cerita tersebut tentang bagaimana pada zaman dahulu ada seekor burung yang selalu mengganggu warga Aceh. Sang raja waktu itu pun berdoa kepada Tuhan untuk memberikan petunjuk tentang membuat senjata yang bisa membunuh burung tersebut, dan rencong yang menyerupai tulisan bismillah dalam aksara Arab pun muncul.

Namun untuk sejarah asli rencong terdapat dua versi yaitu rencong dibuat pada abad ke 16 pada masa pemerintahan Sultan Al Kahar yang dekat dengan Khalifah Ottoman Turki dan meminta bantuan untuk melawan orang Portugis. Sedangkan versi kedua adalah rencong dibuat oleh seorang tokoh bernama Pocut Muhammad yang memerintahkan pembuatan rencong karena persediaan baja yang banyak.

Walaupun rencong adalah senjata dan pakaian khas Aceh, namun terdapat tingkatan berbeda tergantung pada siapa yang sedang menggunakan senjata ini. Jika pemegangnya adalah Sultan atau Raja, bilah pisau rencong akan terbuat dari emas dan sarungnya terbuat dari gading. Sedangkan untuk masyarakat biasa, belati akan terbuat dari kuningan dan sarungnya terbuat dari tanduk kerbau.

Jenis-jenis Rencong

Tidak hanya material pisau dan sarung yang berbeda tergantung pemegangnya, rencong juga memiliki berbagai jenis yang berbeda. Yang pertama adalah rencong meucugek di mana pada gagang rencong tersebut terdapat sebuah cugek atau meucugek yang dalam istilah lokal Aceh memiliki arti perekat atau panahan.

Jenis kedua bernama rencong pudoi yang berarti rencong yang masih belum sempurna dan kekurangan dari rencong ini bisa dilihat pada gagangnya. Selanjutny ada rencong meupucok yang pucuk gagangnya terbuat dari emas atau gading. Pangkal gagang juga dihiasi emas bahkan permata.

Jenis rencong selanjutnya adalah rencong hulu puntong dengan belati yang ditempa dengan logam. Kepala rencong juga dibuat dari tanduk kerbau atau kayu. Terakhir adalah rencong meukure yang memiliki hiasan-hiasan yang unik yaitu lipan, ular atau bunga.

Lihat Juga:

  • Cekak Musang

Melayu baik bahasa maupun pakaian adatnya adalah kesamaan paling mencolok dari Malaysia dan Indonesia, terutama Sumatera bagian timur yaitu Riau baik daratan maupun kepulauan. Salah satu yang khas dari budaya Melayu yang bisa dengan mudah ditemukan adalah baju kurung Cekak Musang yang memiliki banyak serba-serbi.

Apa Itu Cekak Musang?

Cekak Musang adalah sebuah pakaian khas Melayu untuk kaum pria yang memiliki bagian kerah cukup tinggi yaitu sekitar 2,5 cm. Baju ini juga memiliki ukuran yang panjang, dan ketika dipakai biasanya dibarengi dengan pesak dan kekek. Pakaian ini juga memiliki tiga buah saku yaitu satu di sisi kiri dada, dan dua di sekitar perut sebelah kiri dan kanan.

Lihat Juga:

Asal-usul Cekak Musang

Pakaian adat ini berasal dari daerah Johor di Malaysia, lebih cepatnya daerah bernama Lingga. Sedangkan sejarahnya, baju kurung ini tergolong masih baru yaitu mulai diperkenalkan sekitar tahun 1930 sampai 1940-an. Ketika melihat desain baju ini, terlihat seperti sebuah pakaian yang mirip dengan gamis laki-laki namun kemudian ukurannya dikurangi sehingga menjadi lebih pendek yaitu setinggi pinggang.

Untuk penggunaannya, baju kurung Cekak Musang ini digunakan pada umumnya ketika acara adat Melayu maupun ketika hari besar Islam seperti Idul Fitri. Pemakaian baju kurung ini biasanya dibarengi dengan celana yang berwarna sama dengan baju atasan, lengkap dengan kain bermotif. Tidak hanya itu, biasanya pemakaian pakaian ini juga dilengkapi dengan songkok hitam.

Beberapa Jenis Cekak Musang

Selain di Riau, Cekak Musang juga populer di Aceh dan sering dianggap sebagai pakaian khas Aceh. Terdapat berbagai jenis pakaian adat Melayu ini yang bisa membuat pemakainya tidak bosan. Jenis pertama adalah Cekak Musang polos yang sangat simpel yaitu hanya baju kurung dan celana dengan warna sama, tanpa kain atau sarung.

Selanjutnya ada baju Cekak Musang dengan pemakaian kain songket yang akan digunakan untuk menutupi bagian atas celana yang digunakan dari pinggang sampai ke area lutut. Perlu diketahui, warna baju kurung atasan dan celana masih sama, hanya kain songket bermotif akan menjadi pemanis yang membuatnya berbeda.

Jenis selanjutnya adalah baju Cekak Musang dengan panjang lengan yang tidak penuh yaitu hanya seperempat saja. Kain songket atau sarung juga digunakan, namun warna celana yang digunakan akan berbeda dengan warna baju atasan.

Itu dia asal-usul pakaian adat Melayu Cekak Musang beserta berbagai jenis berbeda yang bisa digunakan setiap acara adat atau hari raya. Cekak Musang adalah pakaian kombinasi antara adat melayu dan agama Islam yang sangat elegan dan nyaman digunakan dalam waktu lama.

Lihat Juga:

  • Baju Meukesah

Indonesia adalah negara dengan berbagai jenis suku bangsa yang memiliki berbagai hasil budaya yang berbeda mulai dari bahasa sampai pakaian adat, termasuk Aceh atau yang juga biasa disebut Tanah Rencong. Untuk pakaian pria, biasanya baju meukesah akan menjadi bagian atasan. Berikut berbagai elemen dalam pakaian Linto Baro untuk pria Aceh.

Baju Meukesah

Pakaian Linto Baro akan dimulai dengan atasan berupa baju meukesah yang berbentuk seperti blazer atau beskap. Pakaian ini sudah digunakan oleh para pria Aceh untuk acara-acara tertentu sejak zaman kerajaan Perlak maupun Samudra Pasai. Pada umumnya baju meukesah ini akan berwarna hitam dan terbuat dari bahan kapas maupun sutra.

Lihat Juga:

Warna hitam digunakan karena melambangkan kebesaran yang harus dimiliki oleh seorang pria. Pada baju meukesah akan dapat ditemukan sulaman-sulaman benang dengan warna emas yang terdapat pada bagian leher sampai dada kemudian juga ujung lengan. Biasanya motif yang digunakan didasarkan pada bunga atau sulur daun.

Celana Sileuweu dan Kain Sarung

Untuk bagian celana, baju meukesah akan dilengkapi dengan celana sileuweu yang juga berwarna hitam dan dibuat dari bahan katun. Bentuk celana ini melebar ke bawah dan juga dihiasi sulaman berwarna emas. Kemudian, sarung yang dibuat dari songket akan digunakan di bagian depan celana dari pinggang sampai lutut yang akan semakin menunjukkan wibawa pemakainya.

Meukeutop

Elemen selanjutnya dalam pakaian khas Aceh adalah meukeutop yang akan dipakai di kepala penggunanya. Jika dilihat sekilas, meukeutop ini sangat mirip dengan penutup kepala yang digunakan para lelaki pada masa kekaisaran Ottoman di Turki. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu, Aceh dan Ottoman memiliki hubungan yang sangat dekat.

Meukeutop ini dibuat dari kain tenun yang kemudian disulam, biasanya akan berwarna hijau, merah, hitam atau kuning. Pada bagian atas penutup kepala ini, akan terdapat sebuah tampoek yang dibuat dari bahan emas bahkan kadang juga dilengkapi dengan permata.

Rencong

Yang diperlukan selanjutnya untuk melengkapi pakaian adat Aceh ini adalah tentu saja senjata khasnya yaitu rencong. Jika di Jawa keris diposisikan di belakang, di Aceh rencong akan diposisikan di bagian depan sebagai lambang kesiapan para pria Aceh untuk bertempur. Bagian gagang juga akan dirancang supaya muncul keluar untuk semakin menegaskan kesiapan tersebut.

Dimulai dari baju meukeusah, celana sileuweu atau cekak musang, sarung songket, mekeutop sebagai penutup kepala, kemudian rencong dan pakaian adat Aceh pun komplit. Pakaian Linto Baro ini biasanya digunakan oleh para pria untuk acara-acara besar seperti acara pernikahan, sedangkan untuk wanita, nama pakaian adatnya adalah Daro Baro.

Lihat Juga:

  • Baju Dara Baro

Baju Dara Baro adalah salah satu pakaian khas Aceh yang biasanya dipakai oleh perempuan Aceh ketika melangsungkan pernikahan. Pakaian adat yang satu ini terdiri dari baju kurung, penutup kepala, celana, serta berbagai macam aksesoris yang membuat tampilannya semakin cantik. Seperti halnya pakaian khas Aceh lainnya, Dara Baro juga dilengkapi dengan berbagai macam perhiasan supaya perempuan yang menggunakannya terlihat lebih mempesona.

Lihat Juga:

Bagaimana Pakaian Khas Aceh, Baju Dara Baro saat Digunakan?

Baju Dara Baro sendiri mempunyai dominan warna yang cukup beragam, seperti misalnya ungu, merah, hijau, atau kuning. Lalu, apa saja aksesoris yang digunakan bersama dengan pakaian khas Aceh yang satu ini? Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:

1. Baju Kurung

Baju kurung ini adalah atasan yang nantinya akan digunakan oleh perempuan Aceh ketika memakai pakaian khas Aceh yang satu ini. Adapun bahan dasar dari baju kurung ini yaitu hampir mirip dengan baju adat Aceh lain seperti baju Meukeusah, yaitu kain tenun yang terbuat dari bahan sutra dengan sulaman emas yang bermotif indah.

Baju kurung ini adalah perpaduan dari budaya Melayu, China, dan Islam. Kerah pada bagian baju kurung hampir serupa dengan pakaian perempuan dari China. Bentuk dari gaunnya sendiri cukup panjang sampai pinggul, menutup tubuh, dan tidak memperlihatkan bentuk tubuh perempuan. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan budaya Melayu dan juga Islam.

2. Celana Cekak Musang

Celana yang satu ini adalah setelan bawahan dari baju kurung. Biasanya, celana ini dipakai oleh para pria dan juga perempuan Aceh. Mulai dari bentuk ataupun bahannya sama, tapi warnanya cukup beragam, tidak hanya hitam seperti yang digunakan oleh pria.

3. Sarung

Supaya pinggul perempuan lebih tertutup, maka para perempuan Aceh akan menggunakan sarung sebagai lapisan luar dari celana cekak musang. Sarung yang satu ini biasanya terbuat dari kain songket yang diikat dengan ikat pinggang yang berbahan perak ataupun emas (biasanya disebut sebagai Taloe Kiieng Patah Sikureung)

3. Patam Dhoe

Pakaian khas Aceh tentunya akan menyesuaikan dengan nilai-nilai agama Islam. Dengan begitu, semua desainnya juga akan disesuaikan agar tetap menutup aurat perempuan. Hal tersebut tidak terlepas dari penutup kepala yang disebut sebagai Patam Dhoe. Penutup kepala yang satu ini merupakan perhiasan yang berupa mahkota yang didesain supaya bisa menutup kepala perempuan. Sebelum menggunakan aksesoris ini, perempuan Aceh dianjurkan untuk menggunakan jilbab terlebih dulu.

4. Keureusang

Keureusang atau yang biasa disebut bros ini digunakan dengan cara disematkan pada permukaan gaun. Pakaian khas Aceh ini tergolong barang yang mewah karena terbuat dari emas. Umumnya aksesoris ini digunakan bersama dengan baju Dara Baro agar tampilan perempuan Aceh semakin glamor dan mewah.

Itulah penjelasan mengenai pakaian khas Aceh baju Dara Baro dan beberapa aksesoris pelengkapnya. Semoga bermanfaat.

Lihat Juga:

  • Patam Dhoe

Patam Dhoe merupakan salah satu aksesoris pada pakaian khas Aceh yang terbuat dari perak ataupun emas. Bentuk dari perhiasan ini mirip seperti mahkota namun terbagi atas tiga bagian dan dihubungkan menggunakan sistem engsel. Untuk bagian tengah atas terdapat ukiran piligran motif tumbal dan 5 buah permata sailan yang berwarna merah jambu. Kemudian pada bagian kiri dan juga kanan masing-masing terdapat lima pohon dengan daun serta bunga motif hati. Berikutnya, ada ukiran kaligrafi yang dilingkari dengan ukiran motif bola kecil dan juga bunga.

Lihat Juga:

Filosofi Pakaian Khas Aceh: Patam Dhoe

Pada dasarnya, pakaian khas Aceh selalu menyesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, hampir semua desain yang digunakan pasti menutup perempuan. Hal tersebut tidak terlepas dari penutup kepala seperti Patam Dhoe. Penutup kepala yang satu ini merupakan perhiasan atau aksesoris yang berupa mahkota dan diciptakan untuk menutupi aurat kepala perempuan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa Patam Dhoe ini didesain dengan motif kaligrafi yang bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad SAW. Biasanya masyarakat Aceh menyebut kombinasi lafadz dan juga kaligrafi tersebut dengan sebutan Bungoh Kalimah. Mahkota ini umumnya dipakai sebagai tanda bahwa perempuan tersebut sudah menikah dan suaminya mempunyai tanggung jawab atas istrinya

Selain Patam Dhoe, pakaian khas Aceh perempuan yang juga dilengkapi dengan berbagai macam perhiasan seperti:

1. Perhiasan

Kepala dan juga bagian tubuh perempuan Aceh lainnya juga nantinya akan dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris unik seperti anting, gelang, dan juga kalung. Mulai dari Patam Dhoe yang diletakkan pada dahi, terbuat dari emas 24 karat. Kemudian ditambah lagi dengan Serkonia putih 5 butir, beratnya sendiri mencapai 160 gram. Setelah itu, rasanya tidak lengkap bila pengantin perempuan tidak menggunakan Gleung Goki atau gelang kaki yang terbuat dari tembaga berlapis perak.

2. Keureusang

Keureusang atau bros ini adalah salah satu perhiasan yang panjangnya mencapai 10 centimeter dengan lebar 7,5 centimeter. Perhiasan yang satu ini nantinya akan disematkan pada gaun dan biasanya terbuat dari emas dengan tambahan berlain.

3. Untai Peuniti

Untai Peuniti merupakan salah satu perhiasan unik yang digunakan untuk mempercantik pakaian khas Aceh. Biasanya aksesoris ini terbuat dari emas dengan 3 motif berbeda. Motif dari Untai Peuniti ini dibuat menggunakan ukiran yang ditenun dengan pola pakis atau kuncup bunga. Kemudian, pada bagian tengahnya ada motif boh eungkot atau titik kecil seperti telur ikan. Motif yang satu ini terinspirasi dari rumah khas Aceh, sehingga bentuknya sangat unik dan menarik.

Itulah beberapa penjelasan mengenai aksesoris Patam Dhoe yang ada pada pakaian khas Aceh. Semoga bermanfaat.

Lihat Juga:

  • Piring Dhoe

Piring Dhoe adalah salah satu perhiasan tradisional yang biasanya digunakan untuk menunjang penampilan perempuan Aceh. Perhiasan ini akan digunakan bersama dengan Dara Baro, yakni pakaian khas Aceh untuk perempuan. Seperti yang kita tahu bahwa perhiasan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang wajib dilestarikan. Salah satunya adalah Piring Dhoe yang menjadi warisan nenek moyang yang berhasil mengolah emas ataupun logam sejak masa kebudayaan perunggu.

Deretan Perhiasan Tradisional pada Pakaian Khas Aceh

Perhiasan tradisional yang digunakan oleh pengantin perempuan di pakaian khas Aceh memang cukup beragam. Misalnya saja Piring Dhoe sebagai hiasan kepala yang terbuat dari emas ataupun perak. Bentuknya sendiri seperti mahkota.

Lihat Juga:

Selain Piring Dhoe, berikut ini adalah deretan perhiasan tradisional yang biasanya digunakan untuk menunjang penampilan perempuan saat menggunakan pakaian khas Aceh, diantaranya yaitu:

1. Anting atau Subang Aceh

Subang Aceh ini merupakan perhiasan tradisional yang terbuat dari emas yang berhiaskan permata. Untuk diameternya biasanya mencapai 6 centimeter dan bentuknya mirip seperti bunga matahari yang berkelopak runcing.

2. Kalung

Kalung ini biasanya disebut dengan Taloe Takue Bieng Meuih. Perhiasan yang satu ini terbuat dari emas dan mempunyai enam buah keping yang berbentuk hati. Selain itu, ada juga satu buah keping lagi yang berbentuk seperti kepiting. Kalung yang satu ini umumnya digunakan untuk menunjang penampilan pengantin perempuan saat menggunakan pakaian khas Aceh.

3. Bros

Bros atau yang sering disebut Keureusang ini memiliki bentuk seperti hati yang panjangnya 10 centimeter dengan lebar 7,5 centimeter. Perhiasan tradisional yang satu ini merupakan barang yang cukup mewah karena terbuat dari emas yang berlapis intan dengan jumlah mencapai 102 butir.

Selain itu, ada juga hiasan dengan nama Simplah yang disematkan pada bagian dada dan umumnya terbuat dari emas atau perak sepuh emas. Simplah sendiri terdiri dari 26 buah lempengan kecil yang berbentuk segi enam. Kemudian ada juga lempengan besar dengan bentuk segi delapan.

Setiap lempengan tersebut akan dihiasi oleh serpihan permata yang berwarna merah. Lalu lempengan kecil yang berjumlah 26 tersebut nantinya akan disusun menjadi 4 kelopak bunga yang dirangkai menggunakan rantai emas.

4. Hiasan Kepala

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hiasan kepala yang biasanya digunakan oleh pengantin perempuan adalah Piring Dhoe dan juga Culok Ok. Piring Dhoe sendiri memiliki bentuk seperti mahkota, sedangkan Culok Ok berbentuk seperti tusuk konde yang terdiri dari empat jenis. Mulai dari bungong keupula atau bunga tanjung, lalu ada ulat sangkadu, bintang pecah, dan juga bungong sunteng.

Itulah penjelasan mengenai deretan perhiasan tradisional yang digunakan untuk menunjang penampilan perempuan ketika menggunakan pakaian khas Aceh. Semoga bermanfaat.

Lihat Juga:

  • Subang Aceh

Subang Aceh merupakan salah satu perhiasan khas Aceh yang masih eksis sampai sekarang. Bentuknya begitu unik, menarik, dan sangat indah dipandang. Aceh memang banyak dikenal memiliki berbagai jenis pernak-pernik perhiasan tradisional yang umumnya digunakan pada suatu acara tertentu.

Tiap perhiasan khas Aceh tersebut memiliki ragam keunikannya tersendiri. Mari simak lebih dalam mengenai salah satu perhiasan khas dari Aceh ini supaya dapat memberikan wawasan dan ilmu yang lebih luas khususnya tentang kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia yang sangat luas dan begitu beraneka ragam ini.

Lihat Juga:

Perhiasan Anting-Anting Khas dari Aceh

Subang Aceh adalah perhiasan berupa anting-anting tradisional yang khas dari Aceh dan perhiasan ini berbentuk mirip seperti bunga matahari. Subang sebagai perhiasan anting-anting ini dibuat dari emas dan juga perak. Memiliki ukuran diameter sekitar 6 cm, dan anting ini ujung kelopaknya berbentuk runcing. Adapun letak keunikan perhiasan berupa anting-anting khas Aceh ini ada di bagian atas lempengan yang berbentuk bunga matahari, yaitu disebut dengan “Sigeudo Subang”.

Selain anting ini, ada juga berbagai perhiasan tradisional khas lainnya dari Aceh. Perhiasan tersebut antara lain yaitu Peuniti, Ayeum Gumbak, Keureusang, Culok Ok (Tusuk Konde), Patam Dhoe, dan lain-lain. Kebanyakan perhiasan tradisional tersebut terbuat dari emas. Dari sini bisa memperluas wawasan Anda tentang ragam perhiasan khas indonesia contohnya khas Aceh, dan juga bisa meningkatkan rasa toleransi terhadap keberagaman suku dan budaya di Indonesia.

Sekilas Tentang Perhiasan Tradisional Aceh yang Bernilai Tinggi

Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang sangat kental dengan budayanya. Terdapat sejumlah keragaman budaya dengan berbagai makna mendalam. Aceh memiliki banyak pakaian khas atau baju adat tradisional serta perhiasan-perhiasan tradisional yang sangat bernilai tinggi. Terlihat dari perhiasan seperti anting tadi, yaitu banyaknya perhiasan khas dari Aceh yang terbuat dari emas.

Keanekaragaman perhiasan khas Aceh yang terbuat dari emas tersebut tak terlepas dari faktor kondisi geografisnya. Sekedar informasi, Aceh atau Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sebuah daerah yang letaknya berada di Pulau Sumatera. Pulau ini dikenal sejak dulu sebagai pulau penghasil emas, bahkan sudah sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Kekayaan emas di pulau ini menjadikan banyak pengrajin merasa “termotivasi” untuk bisa menghasilkan berbagai perhiasan bernilai tinggi.

Sejak zaman dahulu kala, para pengrajin perhiasan di sini membuat perhiasan tersebut dengan penuh kehati-hatian dan mengerjakannya dengan sangat rapi, sehingga kualitasnya betul-betul tinggi. Tak sedikit kolektor-kolektor perhiasan di berbagai belahan dunia ingin memburu perhiasan khas Aceh buatan zaman dahulu yang bernilai sangat tinggi tersebut.

Itulah sekilas tentang perhiasan tradisional khas dari Aceh, yaitu Subang Aceh. Semoga artikel ini dapat memotivasi untuk terus saling menghargai keanekaragaman suku bangsa dan juga budaya di Indonesia.

Lihat Juga:

  • Kain Songket Aceh

Kain Songket Aceh adalah suatu kerajinan tangan yang dibuat dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan alat tenun (bukan mesin). Dengan alat tersebut, penenun bisa menggerakkannya menggunakan kaki dan juga tangan. Keberadaan songket Aceh sekarang ini tak terlepas dari peranan masyarakat di Aceh yang sudah mewariskan tradisi menenun secara turun-temurun khususnya pada pembuatan songket Aceh.

Lihat Juga:

Tak hanya memiliki corak dan motif yang cantik, kain songket juga memiliki sejarahnya tersendiri. Simak selengkapnya berikut ini tentang sekilas sejarah dari songket Aceh, dan motif kain songket Aceh.

Sejarah Songket Aceh

Sebenarnya, budaya menenun pada masyarakat Aceh ini memang sudah ada sejak zaman dahulu kala bahkan sejak zaman penjajahan, diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Namun, salah satu penenun yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia usaha tenun songket Aceh ini adalah Nyak Mu.

Nyak Mu telah menjaga serta mewariskan tradisi penciptaan tenun songket Aceh ini dari nenek dan nenek buyutnya terdahulu ke generasi yang lebih muda, tidak hanya diturunkan kepada anak cucunya saja, tetapi Nyak Mu juga wariskan ke banyak perempuan di Aceh. Dari sejak pertama mendirikan usaha kain tenun songket Aceh pada zaman dulu, Nyak Mu sudah berhasil menjadi guru yang mengajarkan tradisi tersebut kepada banyak sekali perempuan Aceh yang datang dari berbagai daerah di Aceh.

Setelah Nyak Mu, anak dari Nyak Mu lah yang gantian mewariskannya. Nyak Mu ialah sosok yang melegenda yang telah berperan penting memperkenalkan kerajinan tenun songket Aceh ini ke seluruh pelosok di Indonesia. Dulu, karakteristik tenun songket Aceh dilihat dari warnanya, masih didominasi warna daerah yakni didominasi warna kuning, hijau dan merah. Warna warna tersebut memiliki simbol yang dianggap bisa mewakili unsur masyarakat Aceh zaman dahulu.

Namun, seiring berjalannya waktu tren mode terus berkembang. Kini kain songket Aceh sudah banyak hadir dalam berbagai warna yang lebih bervariasi.

Motif Motif Songket Aceh

Anda bisa menemukan kain songket dari Aceh dengan motif yang bervariasi serta harga kain songket Aceh yang bervariasi pula. Motif yang ada pada kain ini tentunya bukan semata-mata untuk hiasan saja, tetapi juga punya makna filosofis yang begitu mendalam. Diantara semua motif songket Aceh, ada salah satu motif yang paling populer yaitu dinamakan motif Bungong.

Ada motif motif lainnya yang juga menarik, antara lain yaitu motif buah, motif bunga, awan, dan lain sebagainya. Salah satu contoh motif buah adalah motif buah delima.

Selain itu, sebenarnya masih ada banyak lagi jenis motif pada kain tenun atau kain songket Aceh yang memiliki makna filosofis. Seiring berkembangnya zaman, telah mulai bermunculan banyak perpaduan warna songket yang indah.

Lihat Juga:

  • 2. Pakaian Adat Gayo

Pakaian Adat Gayo yang dinamakan Kerawang Gayo merupakan suatu pakaian adat tradisional yang berasal dari suku Gayo, Aceh. Pakaian ini dikenakan pada saat suatu acara tertentu yang tentunya tidak sembarangan. Pada saat mengenakan pakaian Kerawang Gayo, biasanya juga ditambah dengan penggunaan aksesoris atau perhiasannya. Perlu diketahui, bahwa pakaian ini ada beberapa macamnya, simak pembahasan tentang pakaian Kerawang Gayo berikut ini.

Jenis dan Ciri Khas Busana Adat Gayo

Pada dasarnya, pakaian adat Gayo Aceh ini merupakan pakaian adat pengantin. Dulunya banyak sekali digunakan oleh para masyarakat suku Aceh Gayo dan hingga sekarang ini masih ada dan masih bertahan.

Pakaian adat suku Gayo di Aceh terbagi jadi dua jenis, yaitu Aman Mayok dan Ineun Mayok. Pakaian Aman Mayok khusus digunakan untuk para laki-laki Aceh Gayo, sedangkan Ineun Mayok secara khusus dibuat untuk para perempuan Aceh Gayo.

Pakaian untuk pengantin laki-laki yaitu Aman Mayok memiliki aksen Bulang Pengkah yang mana itu fungsinya adalah sebagai tempat menancapnya sunting. Pakaiannya disertai dengan berbagai perlengkapan yaitu seperti ponok (semacam keris), genit rante, sejumlah gelang di lengan, cincin, dan lain-lain.

Sementara itu, jenis pakaian yang khusus untuk mempelai wanita (Ineun Mayok) didesain secara Islami mengingat kuatnya pengaruh agama Islam di dalam budaya Aceh. Setelan baju yang khusus wanita ini terdiri dari atasan yaitu baju, bawahan yaitu celana, lalu ada sarung pawak, serta ikat pinggang khusus. Pada wanita juga bisa ditambahkan perhiasan ataupun aksesori.

Ciri khas pakaian adat Gayo adalah pada warna termasuk warna kain latarnya, serta pada bentuk motifnya. Adapun warna warna yang biasanya digunakan untuk jadi warna motif hias baju Kerawang Gayo adalah warna hitam, merah, kuning, atau putih. Lalu motif motif yang ada pada baju ini ada banyak, beberapa diantaranya yaitu ada motif Bunge kipes, Puter tali, Sesirung, Tulenni Iken, Gegaping, Bunge panah, Mun berangkat, Ulen, Mata itik, Pucuk rebung, dan lain-lain.

Penggunaan Busana Adat Gayo

Mengingat ini adalah pakaian adat pengantin, maka pemakaiannya adalah pada saat melangsungkan acara pernikahan adat Gayo (Kerje Mungerje) yang mana nantinya pakaian ini akan dikenakan oleh kedua pengantinnya. Selain itu, pakaian Adat Gayo juga biasanya dikenakan pada acara tarian adat, upacara menyambut tamu, hingga upacara Petaweren atau tepung tawar, yaitu semacam upacara tradisional.

Pakaian adat Gayo yang bernama Kerawang Gayo tak hanya bisa memikat dengan keindahannya secara visual, tetapi juga bisa memikat hati dengan berbagai makna filosofis mendalam yang ada pada tiap motif dan juga warnanya tersebut. Itu dia jenis, ciri khas serta penggunaan baju adat Gayo yang perlu anda ketahui.

  • 3. Pakaian Adat Singkil

Provinsi Aceh memiliki keanekaragaman budaya di berbagai daerahnya, salah satunya yaitu pakaian adat Singkil khas dari Aceh Singkil. Suku Singkil turut serta dalam meramaikan kebudayaan di Aceh yaitu melalui benda seni yang berupa pakaian/busana adat yang sangat memukau tersebut.

Selain busana adat Singkil, daerah Aceh Singkil juga memiliki berbagai sesuatu yang “khas” lainnya yang tentunya sayang sekali jika dilewatkan ketika Anda berlibur ke Aceh Singkil, yaitu oleh-olehnya. Anda mungkin penasaran tentang baju adat Singkil serta beragam oleh-oleh khas Aceh Singkil, berikut ini pembahasannya.

Busana Adat Singkil

Pakaian adat Singkil dari Aceh Singkil merupakan pakaian yang umumnya dipakai pada saat berlangsungnya acara tertentu. Misalnya yaitu pada saat acara pesta pernikahan, serta kerap dipakai di acara penting pemerintahan di sana. Siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki bisa tampil dengan elegan dan menawan ketika mengenakan baju ini pada suatu acara resmi tersebut.

Baju adat Singkil yang untuk perempuan biasanya sangat khas. Helai bajunya memiliki warna merah yang cenderung terang, serta tidak berkerah. Lalu, pada bagian depannya terdapat hiasan berwarna keemasan yang menjuntai. Selain warna merah, ada juga yang bajunya berwarna hitam.

Sedangkan busana adat Singkil yang untuk laki-laki juga disertai dengan berbagai hiasan-hiasannya, namun hiasannya tersebut tidak terlalu ramai. Itulah sekilas tentang pakaian adat Singkil.

Beberapa Oleh-Oleh Khas Aceh Singkil

Jangan salah, di Aceh Singkil terdapat beragam buah tangan yang unik-unik, lho. Ketika berkunjung ke sini, sebaiknya Anda tak melewatkan untuk membeli oleh-oleh khas dari Aceh Singkil. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi oleh-oleh yang khas dari Aceh Singkil.

Rekomendasi oleh-oleh yang pertama yaitu Lokan Krispi. Biasanya lokan atau kerang laut diolah jadi beragam sajian yang lezat, dimasak dengan cara dijadikan sate atau dipanggang. Tetapi, kini berbagai pelaku UMKM punya cara baru supaya Lokan bisa dibawa pulang oleh para wisatawan, contohnya yaitu dijadikan Lokan Krispi yang tersedia dalam versi kering dan bisa tahan lama.

Selain Lokan Krispi, ada juga Kerupuk Awu-Awu, sejenis camilan yang berbahan dasar ikan Awu-Awu. Ikan tersebut sering kali diolah jadi kerupuk yang aroma dan rasa lautnya sangat khas. Kemudian rekomendasi lainnya yaitu Kerupuk Sagu. Masyarakat Aceh Singkil memang sangat kreatif terutama dalam mengolah sagu menjadi camilan yang krispi dan gurih.

Masih ada oleh-oleh unik lainnya berupa makanan ringan khas dari Aceh Singkil yaitu seperti mayang papan, kue sangko, gulo gulo runyit, kipang pulut, keripik ubi, dan lain-lain.

Demikianlah beberapa rekomendasi oleh-oleh dari Aceh Singkil, serta tentang pakaian adat Singkil yang perlu Anda ketahui. Pasti menyenangkan sekali berbelanja oleh-oleh setelah selesai menikmati liburan di Aceh Singkil bersama keluarga.

  • 4. Pakaian Adat Aneuk Jamee

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki berbagai suku yang menghuni kawasan ini salah satunya adalah suku Aneuk Jamee. Suku ini memiliki pakaian adat Aneuk Jamee yang berbeda dengan suku di daerah Aceh lainnya.

Perbedaan ini karena adanya percampuran budaya dalam latar belakang suku Aneuk Jamee sendiri. Memberikan kesan unik pada pakaian adatnya dengan pengaruh daerah luar Aceh.

Tentang Suku Aneuk Jamee

Seperti yang disebutkan sebelumnya keunikan pada pakaian adat Aneuk Jamee berasal dari percampuran budaya dari luar Aceh. Karena menurut catatan sejarah, Suku Aneuk Jamee merupakan suku pendatang yang berasal dari Minangkabau.

Tepatnya, berasal dari Pariaman, Rao, Pasaman, dan Lubuk Sikaping. Migrasi ini didorong oleh pecahnya Perang Padri di daerah Minangkabau yang terjadi pada tahun 1836. Kata Aneuk Jamee sendiri memiliki arti ‘orang tamu’ dalam Bahasa Aceh.

Hal ini menegaskan bahwa Aneuk Jamee merupakan suku yang berasal dari luar Aceh. Namun, seiring dengan berjalannya waktu telah menyatu menjadi bagian dari budaya Aceh.

Ulee Balang Sebagai Pakaian Adat Aneuk Jamee di Aceh

Nama pakaian adat yang digunakan oleh suku ini adalah Ulee Balang. Kata Ulee Balang sendiri ternyata merupakan adaptasi dari kata dalam Bahasa Melayu yaitu Hulubalang. Memiliki arti masyarakat yang berasal dari golongan bangsawan.

Pakaian adat Ulee Balang ini terdapat dua macam yaitu Linto Baro, yang merupakan pakaian adat untuk pria. Kemudian, Daro Baro yang merupakan pakaian adat untuk perempuan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:

1. Linto Baro

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Linto Baro adalah pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki. Linto Baro biasanya dilengkapi dengan Baje Meukasah atau jas, kemudian dipadukan dengan Ija Lamgugap atau sarung songket pria yang digunakan di pinggang.

Pada Baje Meukasah biasanya diberikan sulaman khusus yang memperlihatkan status penggunanya. Baje Meukasah wajib menggunakan latar hitam, kemudian sulamannya menggunakan warna-warna cerah seperti emas, kuning, dan berbagai warna lainnya.

2. Daro Baro

Pada Daro Baro atau pakaian adat yang digunakan oleh perempuan. Pakaian adat ini akan dilengkapi dengan berbagai perhiasaan. Mulai dari kalung, gelang, anting-anting sampai dengan Patam Dhoe atau mahkota.

Selain itu, baju kurung songket yang digunakan oleh pihak perempuan pasti akan dilengkapi dengan motif yang terang dan mencolok. Kemudian, dilengkapi dengan boh dokma yang digunakan di bagian leher.

Pakain adat Ulee Balang ini sebenarnya bukan pakaian khusus suku Aneuk Jamee saja. Pakaian adat ini juga digunakan oleh suku Tamiang dan suku Aceh. Terutama, pada penyelenggaraan acara-acara penting seperti pernikahan.

Namun, pada pakaian adat Aneuk Jamee sendiri terdapat motif-motif dan warna-warna khas. hasil dari perpaduan budaya Minangkabau dan Aceh. Membuktikan kesatuan budaya yang kaya di Indonesia.

  • 5. Pakaian Adat Alas

Suku Alas merupakan salah satu suku yang menghuni daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Suku ini memiliki banyak bagian budaya yang menjadi kebanggaannya, salah satunya adalah pakaian adat Alas yaitu Mesikhat.

Karena banyaknya suku yang ada di kawasan Aceh, tidak heran jika setiap suku memiliki budaya dengan ciri khas sendiri. Begitu pula dengan suku Alas, di mana pakaian adatnya ini menjadi kebanggaan karena hanya suku Alas yang menggunakan pakaian adat ini.

Mengenal Mesikhat

Mesikhat adalah pakaian yang sudah banyak dikenal bahkan di luar suku Alas. Pakaian adat ini bisa dibilang terdapat dua jenis, yaitu Mesikhat yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan pakaian adat Mesikhat yang digunakan untuk acara penting.

Penerapan Mesikhat tidak hanya terbatas pada pakaian saja. Namun juga, pada peralatan rumah tangga seperti payung, baju gamis, dan sudah menyatu dengan masyarakat modern. Namun, Tradisi menggunakan Mesikhat untuk hari-hari penting masih dipertahankan.

Terutama, seperti pada acara-acara resmi khitanan, pernikahan, semua akan menggunakan mesikhat tanpa terkecuali. Mesikhat sangat khas dengan latar kain yang gelap dan warna-warna yang terang seperti kuning, hijau, putih, merah, dan sebagainya.

Warna-Warna Penting Pada Pakaian Mesikhat

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pakaian adat Alas ini sering kali menggunakan warna-warna terang pada motif pakaiannya. Ternyata warna-warna tersebut tidak dipilih secara sembarangan atau asal cerah saja.

Ada makna-makna penting dalam pemilihan warna yang akan digunakan pada mesikhat. Berikut adalah warna-warna penting yang sering kali digunakan pada pakaian adat ini berikut dengan maknanya:

1. Kuning Untuk Kejayaan

Warna kuning merupakan warna yang umum digunakan pada pakaian adat Mesikhat terutama digunakan untuk laki-laki. Karena pada adat Suku Alas, warna ini memiliki makna kejayaan dan doa harta yang melimpah.

2. Hijau Untuk Kesuburan

Mewakili alam, warna hijau juga sering kali digunakan dalam motif pakaian adat Mesikhat. Hijau melambangkan kesuburan alam di bumi. Selain itu, sebagai harapan kesuburan pada keluarga baik dalam arti keturunan maupun kekayaan.

3. Putih Untuk Kesucian

Warna putih dalam adat Alas melambangkan kesucian, motif dan warna ini banyak digunakan untuk pakaian anak muda. Terutama, anak perempuan maupun laki-laki yang belum menikah.

4. Merah Untuk Keberanian

Warna merah sering kali ditemukan pada mesikhat yang digunakan oleh para laki-laki. Termasuk yang belum menikah, karena warna ini melambangkan kemudaan dan keberanian yang ada pada para pemuda. Namun, pemakaian warnanya sebenarnya lebih bebas untuk siapapun.

Pakain adat Alas yaitu Mesikhat ternyata tidak hanya sekedar pakaian adat. Pada pakaian ini terdapat makna yang dalam dan harapan Suku Alas yang menggunakannya. Melihat pakaian ini yang bisa bertahan pada zaman modern menunjukkan kebanggaan suku ini.

  • 6. Pakaian Adat Kluet

Kluet merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Selatan. Daerah ini ditinggali oleh suku yang bernama Suku Kluet. Suku ini memiliki pakaian adat Kluet yang bisa dibilang merupakan bukti dari adanya persatuan di daerah Aceh.

Karena Kluet atau Senuan Keluwet ini, secara historis tidak hanya dibentuk oleh kebudayaan yang ada di dalam daerah Aceh saja. Melainkan, perpaduan dari banyak suku di daerah Aceh mulai dari yang merupakan suku asli sampai dengan pendatang.

Tentang Senewen Keluwet

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pakaian adat Kluet ini merupakan pakaian adat hasil dari persatuan budaya yang ada di daerah Kluet. Motif dari pakaian adat ini sebenarnya terinspirasi dari tanaman kluet.

Motif yang diadaptasi dari bentuk tanaman ini sudah dari dulu digunakan sebagai hiasan di kegiatan sehari-hari masyarakat. Terutama memang pada pakaian, baik untuk sehari-hari maupun untuk acara khusus dan pesta.

Namun, motif ini juga diadaptasi pada berbagai benda lainnya. Seperti motif rumah, perabotan, dan sebagainya. Pada zaman modern ini, motif kluet memiliki penggunaan yang lebih luas.

Tidak hanya terbatas pada pakaian saja. Namun juga, pada aksesoris, dompet, payung, cinderamata, dan berbagai produk lainnya.

Keistimewaan dari Pakaian Adat Kluet

Pakaian Adat Kluet sepertinya mendapatkan perhatian besar dari pemerintahan daerah dalam proses pelestariannya. Selain itu, pakaian adat ini juga memiliki nilai budaya yang kuat. Berikut adalah keistimewaan dari pakaian adat satu ini:

1. Gabungan Budaya dari Tiga Suku

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pakaian adat ini merupakan bukti persatuan yang ada di Aceh. Karena secara historis, pembentukan motif ini melibatkan banyak suku yang ada di daerah Aceh.

Utamanya adalah daerah Aceh sendiri, Kluet, dan suku Aneuk Jamee. Karena Kluet dan Aneuk Jamee sendiri bisa dikatakan sebagai suku pendatang. Namun, dapat mencampurkan budayanya menjadi yang baru.

2. Memiliki Ragam yang Sangat Banyak

Ternyata ragam kluet tidak hanya satu namun sangat banyak. Bahkan, setiap kecamatan yang ada di Kluet Raya bisa dibilang memiliki motif sendiri yang khas. Masing-masing kecamatan memiliki motif yang terinspirasi dari alam.

Mulai dari bulung dalama, buah palo, buah nipah, cekalo, dan berbagai motif yang terinspirasi dari alam.

3. Sudah Disepakati Sebagai Warisan Budaya

Pemerintah daerah Kluet Raya sudah meresmikan motif kluet ini sebagai motif warisan budaya. Dalam pelestariannya, motif ini sudah mulai banyak digunakan. Tidak hanya untuk pakaian sehari-hari dan pesta saja.

Sekarang berbagai cinderamata dan produk yang dihasilkan oleh daerah Kluet Raya. Pasti ada yang menggunakan motif Kluet.

Pakaian adat Kluet membuktikan, walaupun ada banyak perbedaan. Namun, bisa dijadikan satu dan berpadu menjadi hasil budaya yang indah.

  • 7. Pakaian Adat Tamiang

Mengenal Aneka Macam Pakaian Adat Tamiang, Aceh yang Menawan

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, bahwa pakaian adat Tamiang, Aceh merupakan salah satu warisan budaya Nusantara yang begitu memikat. Dimana, pakaian ini hadir dengan memadupadankan warna, motif sampai dengan perhiasan sehingga terlihat begitu menawan. Tidak hanya itu saja, warisan budaya satu ini juga menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Aceh. Untuk Anda yang mungkin penasaran mengenai apa saja macam – macam pakaian adat Tamiang, maka bisa menyimak informasi selengkapnya berikut ini. 

Aneka macam pakaian adat Tamiang, Aceh

Sebagai informasi, Aceh umumnya memiliki berbagai macam pakaian adat yang masing – masing memiliki keunikan dan makna filosofis tersendiri. Bahkan, ada beberapa pakaian di antaranya yang turut menyesuaikan dengan zaman / unsur lainnya demi mewakili masing – masing suku di wilayah Aceh. Berbagai macam pakaian adat khas Tamiang, Aceh yang terlihat menawan dan bisa menjadi inspirasi, di antaranya yakni sebagai berikut. 

  1. Linta Baro – Daro Baro

Bisa dikatakan, bahwa pakaian adat ini sangat populer lantana biasa dipakai oleh orang – orang yang berasal dari suku Aceh, Tamiang dan Aneuk Jamee. Pada linta baro, biasanya dikenakan secara khusus untuk para kaum laki – laki, sementara daro baru dikenakan untuk kaum perempuan. Keduanya, diketahui merupakan pakaian khas yang dikenakan ketika acara pengantin maupun bisa juga tanpa berpasangan ketika perayaan hari adat tertentu.

  • Baju Anam – Ineun Mayak 

Jika digambarkan secara detail, pakaian adat satu ini terbilang sangat eksotis dan menawan dikenakan oleh para pemakainya. Bahkan bisa dikatakan, bahwa Ineun Mayak merupakan salah satu peninggalan suku Gayo, yang mana terkenal dengan biji kopinya yang terbaik. Adapun mengenai busananya sendiri, baju anam biasanya diperuntukkan untuk kaum laki – laki, sementara untuk ineun mayak dikenakan oleh perempuan. Bahan dasar dari busana adat satu ini, yaitu terbuat dari bahan tenun dan disesuaikan dengan kebiasaan nenek moyang zaman dulu.  

  • Pakaian Mesikhat dengan Motif Alas

Terkait mengenai pakaian Mesikhat sendiri, diketahui merupakan pakaian asli adat suku Alas yang biasanya digunakan sehari – hari oleh masyarakat, maupun ketika melaksanakan acara resmi. Baik itu ketika acara khitanan ataupun ketika acara pernikahan, serta bisa digunakan oleh semua keluarga besar tanpa terkecuali. Disebut dengan Mesikhat, dikarenakan merupakan sebutan motif – motif ukiran yang ada di Aceh Tenggah dan memiliki makna tersendiri sebagai kehidupan, khususnya bagi masyarakat Alas. 

  • Pakaian Motif Kluet

Terakhir, ada yang namanya pakaian motif Kluet yang dapat ditemukan pada pakaian adat Aceh, yaitu berupa senuwan keluwat (sejenis tanaman kluet-red). Diketahui, motif ini telah dimodifikasi dari tanaman ini dan sudah sejak zaman dulu digunakan sebagai hiasan pada pakaian masyarakat Kluet. Adapun dalam penggunaannya sendiri, pakaian ini sering digunakan untuk sehari – hari maupun untuk pakaian pesta upacara adat. Dan seiring dengan berjalannya waktu, pihak pemerintah setempat turut meresmikan Senuwan Keluwat sebagai motif khas Kluet. 

Demikianlah tadi informasi penting yang bisa Anda ketahui dan pahami mengenai aneka macam pakaian adat Tamiang yang begitu menawan, dan menjadi salah satu warisan budaya Nusantara. 

  • 8. Pakaian Adat Mesikhat

Pakaian Adat Mesikhat, Kebanggan Suku Alas Di Aceh Tenggara

Pakaian adat Mesikhat merupakan salah satu jenis Pakaian Khas Aceh yang menjadi kebanggaan bagi Suku Alas di Kabupaten Aceh Tenggara. Pakaian adat ini biasanya dikenakan pada acara besar seperti resepsi pernikahan dan prosesi khitanan. Pakaian tradisional Mesikhat bahkan sering kali digunakan untuk menyambut tamu penting pada acara tertentu. Tujuannya untuk terus melestarikan tradisi masyarakat Suku Alas. Mengingat, Kabupaten Aceh Tenggara dikenal sebagai wilayah yang sangat kental akan adat dan budayanya. 

Kata Mesikhat diambil dari kata Teshikat yang berarti mengaplikasikan motif hias tanpa pembuatan sketsa terlebih dahulu. Dengan kata lain, motif yang telah dirancang di dalam pikiran langsung diterapkan secara spontan pada kain atau pakaian. Namun, pemilihan motif tersebut tetap harus mengandung pesan sosial, moral serta spiritual. 

Ditemukan pada sekitar tahun 1910, Mesikhat pada awalnya diaplikasikan pada rumah adat. Kemudian, motif ini mulai diterapkan pada baju adat Aceh dan beberapa aksesoris atau souvenir lainnya. Sebut saja dompet, topi, selempang hingga payung. Meski demikian, motif Meshikat pada pakaian adat Alas dinilai menampilkan keindahan budaya yang tidak tertandingi. 

Karena menggambarkan tentang kehidupan masyarakat Suku Alas, motif pakaian Mesikhat mengedepankan unsur estetika tanpa menghilangkan nilai budaya yang ada di dalamnya. Mulai dari garis, bentuk, serta warna yang penuh makna.

Pakaian adat Mesikhat memiliki warna dasar hitam dengan sulaman atau ukiran motif Alas berwarna merah, hijau, putih dan kuning. Kelima warna tersebut mempunyai arti tersendiri untuk Masyarakat Alas. Warna hitam melambangkan kepemimpinan atau kekuatan, warna merah melambangkan keberanian, warna hijau melambangkan kesuburan alam, warna putih melambangkan kesucian dan warna kuning melambangkan kemegahan atau kejayaan. 

Untuk acara resepsi pernikahan, Mesikhat digunakan oleh mempelai pria maupun wanita dengan beberapa perbedaan yang cukup menonjol. Mempelai wanita mengenakan pakaian adat Mesikhat dengan bunga sumbu berwarna merah, hijau dan kuning yang mempercantik bagian kepala. Sedangkan untuk bagian bawahannya menggunakan kain songket berwarna hitam. 

Sementara Mesikhat pada mempelai pria dilengkapi dengan Bulang Bulu warna merah yang diikatkan di kepala. Pemakaian Bulang Bulu ini bersifat khusus sehingga tidak sembarangan orang bisa menggunakannya. Selain itu, pengantin pria semakin gagah dengan bogok atau kain selempang yang dikalungkan ke leher. Mesikhat tidak hanya bisa digunakan oleh pengantin saja, melainkan keluarga besar dari kedua mempelai. 

Adanya motif yang indah dan unik membuat pakaian adat Mesikhat sangat diminati oleh wisatawan. Baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar kota yang datang berkunjung ke Aceh. Permintaan pakaian tradisional ini bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terbukti dari semakin banyaknya pengrajin pakaian Mesikhat yang ada di lokasi pemasaran baju adat di Aceh Tenggara. 

Baca Juga:

Itulah macam-macam pakaian adat Aceh yang khas dan menarik untuk diketahui untuk mengenal budaya dan adat Aceh. Anda bisa melihat beragam kebudayaan Aceh di museum negeri Aceh. bagi anda yang mengambil paket tour Aceh, anda pasti akan dibawa berkunjung ke museum tersebut. Bagi anda yang hanya ingin berkunjung ke beberapa tempat di banda Aceh, anda bisa sewa mobil Aceh untuk memudahkan anda.

Pelabuhan Bebas Sabang, Dermaga BPKS Sabang, Pulau Weh, Aceh

Pelabuhan Bebas Sabang atau juga dikenal Dermaga BPKS Sabang merupakan pelabuhan bebas (free port) multifungsi yang didukung dengan fasilitas pelabuhan yang memadai. Pelabuhan ini juga difungsikan sebagai tempat bersandarnya kapal pesiar yang transit di Sabang (Pulau Weh).

Liburan ke Sabang, Paket Wisata Sabang dibawah ini bisa anda pilih dengan agenda liburan yang menyenangkan:

Apa itu Pelabuhan Bebas BPKS Sabang? Bagi masyarakat awam, tentu saja kurang mengetahui dan mengenalnya. Mungkin hanya mereka yang beraktivitas atau bekerja di kawasan tersebut sepenuhnya mengetahui. Terdapat pelabuhan lain di Sabang yaitu Pelabuhan Balohan dan Pelabuhan Marina Sabang yang dibuat khusus untuk penumpang dan dermaga kapal yacht. Oleh karenanya, Anda yang belum mengetahuinya silahkan membaca uraian ini hingga selesai. Selain menambah pengetahuan, sekaligus bisa memanfaatkan kawasannya untuk kepentingan bisnis atau yang lainnya.

Hal itu dikarenakan kawasan yang di dalamnya berpraktik perdagangan bebas. Dengan begitu, orang-orang atau pihak yang melakukan jual beli di dalam kawasan tersebut mendapatkan keuntungan tertentu. Anda yang penasaran dengan pelabuhan bebas dan pernak-perniknya silahkan membaca kelanjutannya berikut.

Mengenal Pelabuhan Bebas BPKS Sabang Lebih Dekat

BPKS merupakan singkatan dari Badan Pengusahaan Kawasan Sabang. Kawasan tersebut berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Aceh. Lalu, kenapa disebut pelabuhan bebas?

Hal itu dikarenakan praktik perdagangan bebas ada di kawasan tersebut dengan tetap mengedepankan peraturan yang sudah ditentukan. Jadi, perdagangan bebas jangan diartikan sebebas-bebasnya atau kebebasan absolut. Jika seperti itu, sama saja perdagangan atau praktik jual belinya ilegal dan melanggar hukum.

Perdagangan bebas yang dimaksud di sini, yaitu jual beli tanpa adanya bea cukai yang biasanya harus dibayar oleh pihak penjual. Namun di Pelabuhan Bebas BPKS Sabang, tidak ada bea cukai yang harus dibayar. Tujuan utamanya adalah menarik banyak investor agar mau berinvestasi terutama di sektor riil. Bukan hanya investor besar saja yang bisa memanfaatkan perdagangan bebas di kawasan Pelabuhan Sabang. Namun, masyarakat sekitar atau pebisnis kecil juga bisa memanfaatkannya agar dapat menjadikan perekonomian lebih maju dan berkembang.

Kawasan perdagangan bebas tersebut di radius Selat Malaka sampai Pulau Sumatra. Sementara itu, Pelabuhan Bebas BPKS Sabang sebagai pihak pengelola dan pengembang dari kawasan perdagangan bebas tersebut. Sesuai dengan UU Nomor 36 tahun 2000 dan UU nomor 37 tahun 2000, pemerintah membentuk BPKS di kawasan Pelabuhan Sabang hingga radius penetapan perdagangan bebasnya.

Lihat Juga:

Dengan kata lain, BPKS merupakan lembaga non struktural yang diberikan wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengelola kawasan perdagangan bebas di Pelabuhan Sabang. Dengan wewenang tersebut, BPKS tentu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakannya.

Lihat Juga:

Sementara untuk menunjang dan mendukung aktivitas dan tanggung jawabnya, BPKS didukung oleh pemerintah daerah setempat. Bukan hanya pemerintah daerah Kota Sabang saja, tetapi juga pemerintah kota atau kabupaten yang masuk dalam radius perdagangan bebas. Dengan begitu, BPKS dapat melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan benar.

Beberapa Tugas dan Wewenang Pelabuhan Bebas BPKS Sabang

BPKS Sabang yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua aktivitas di dalam kawasan perdagangan bebas. Selain bertanggung jawab, BPKS juga mempunyai beberapa tugas yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Anda sekalian yang baru mengenal sekarang BPKS juga perlu mengetahui tugas dan wewenangnya. Berikut uraiannya yang bisa menambah pengetahuan.

  • 1. Pelayanan Perizinan

Pelabuhan Bebas Sabang melayani perizinan untuk semua orang atau pihak yang ingin melakukan perdagangan di kawasan tersebut. Tanpa izin dari BPKS, Anda tidak diperbolehkan bertransaksi jual beli kaitannya dengan perdagangan bebas. Dengan kata lain, legalitas perizinannya hanya dikeluarkan oleh BPKS.

Kecuali, Anda hanya ingin berjualan atau berdagang kecil-kecilan di sekitar kawasan Pelabuhan Sabang. Misalnya, membuka warung atau rumah makan, toko kelontong, atau yang lainnya. Anda tidak perlu memiliki izin resmi dan tertulis dari BPKS.

Berbeda jika Anda seorang pengusaha ekspor impor yang ingin menjual barang ke pedagang negara lain. Atau mungkin, mendatangkan barang impor dari luar negeri. Anda harus memiliki izin dari BPKS.

Lagi pula, pihak BPKS tidak akan mempersulit perizinannya yang penting sudah memenuhi semua syarat dan ketentuan berlaku. Untuk lebih jelas mengenai persyaratan perizinan, Anda bisa membuka situs web resmi BPKS.

  • 2. Pembangunan Infrastruktur Kawasan

Pelabuhan Bebas BPKS Sabang juga mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun berbagai infrastruktur di kawasan tersebut. Tentu saja BPKS tidak bisa melakukannya sendiri, sehingga harus menggandeng pihak lain, seperti kontraktor atau developer.

Namun sebelumnya, rencana detailnya harus dibicarakan dengan stakeholder terkait. Terutama pemerintah daerah setempat yang daerahnya akan dibangun infrastruktur untuk kepentingan kerja BPKS. Secara langsung atau tidak, pembangunannya menguntungkan pemerintah daerah. Dalam hal ini, yaitu masyarakat yang sangat mungkin diajak untuk pembangunan tersebut.

Bahkan, segi perekonomian masyarakat bisa meningkat seiring pembangunan infrastruktur dari BPKS. Jika kondisinya seperti itu, maka kehadiran BPKS memang sangat cocok dan tepat demi kepentingan banyak orang serta pihak yang beraktivitas di kawasan perdagangan bebas.

  • 3. Meningkatkan Kapasitas Internal BPKS

Masih ada satu tugas dan wewenang lagi dari Pelabuhan Bebas Sabang, yaitu meningkatkan kapasitas internalnya. Maksudnya, semua anggota, pegawai, dan karyawan BPKS harus ditingkatkan baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.

Hal tersebut seiring dengan semakin maju serta berkembang kawasan perdagangan bebas di Pelabuhan Sabang dan sekitarnya. Selain itu, pembangunan berbagai infrastruktur juga harus diseimbangkan dengan sumber daya manusia yang berkualitas.

Lihat Juga:

Oleh karenanya, BPKS bisa merekrut anggota atau pegawai baru yang nantinya ditugaskan untuk mengisi kekosongan jabatan atau memenuhi kebutuhan formasi di dalam internalnya yang sangat dibutuhkan. Tentu saja tidak boleh sembarangan merekrutnya agar bisa mendapatkan orang-orang yang berkualitas bagus, berdedikasi tinggi, jujur, serta berdisiplin.

Anda mungkin tertarik bergabung menjadi anggota atau pegawai BPKS silahkan segera menghubungi pihak terkait. Atau mungkin, segera mencari informasinya di situs web resmi BPKS.

Lihat Juga:

Sekarang, Anda sekalian sudah mengenal dan mengetahui seputar Pelabuhan Bebas BPKS Sabang. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan.

Pantai Jaboi Sabang, Taman Pasi Jaboi, Pantai dengan Taman Pinggir Laut di Pulau Weh

Pantai Jaboi Sabang merupakan salah satu pantai di Sabang dengan panorama pasir putih yang terletak di Desa Jaboi, Kecamatan Sukajaya, Pulau Weh. Pantai ini juga dikenal dengan Taman Pasi Jaboi. Pasi dalam Bahasa Aceh yang berarti pantai atau pinggir laut. Pantai ini memiliki taman di pinggir laut dengan suasana tenang. Pantai Pasi Jaboi mungkin tidak terkenal seperti tempat wisata di Sabang yang lain.

Ingin mengunjungi destinasi wisata asik di Pulau Sabang, mari lihat paket wisata Sabang berikut:

Pulau Sabang semakin dikenal oleh khalayak tak hanya karena posisinya sebagai salah satu pulau paling ujung di Indonesia, melainkan juga karena keindahan alamnya. Sabang terkenal akan keindahan pantai dan bawah lautnya. Nah, Pantai Iboih mungkin memang popularitas yang tinggi di Sabang, tetapi Sabang tak hanya memiliki pantai ini. Ada pantai-pantai cantik lain yang bisa dikunjungi saat sedang berwisata di Sabang dan salah satunya adalah Pantai Jaboi Sabang.

Saat berkunjung ke Pantai Jaboi, Anda tak hanya bisa menikmati pantai, melainkan juga pemandian air panas dan gunung berapi yang berada tidak jauh dari pantai.

Menuju Pantai Jaboi, Tiket Masuk, dan Fasilitas

Sesuai dengan namanya, Pantai Jaboi berada di Dusun Jaboi, Kecamatan Sukajaya, Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Untuk mencapai lokasi, Anda bisa menggunakan kendaraan umum menuju Sukajaya dari kota Sabang. Anda kemudian bisa melanjutkan perjalanan menuju Dusun Gambong Keuneukai. Anda bisa menemukan akses langsung menuju Pantai Jaboi dari dusun ini. Jarak kota Sabang ke Pantai Jaboi sekitar 14,8 km yang bisa ditempuh selama 30 menit saja. Anda juga bisa menghemat waktu dengan mengambil jalan bypass.

Lihat Juga:

Berapa harga tiket yang harus pengunjung bayarkan untuk menikmati indahnya Pantai Jaboi? Salah satu alasan yang membuat pantai ini menarik untuk dikunjungi adalah ketiadaan tiket masuk yang harus dibayarkan. Semua orang bebas mengakses indahnya Pantai Jabong tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Pantai ini juga bisa dikunjungi kapan saja karena tidak ada pemberlakuan jam operasional.

Lihat Juga:

Lantas apakah dengan tidak adanya tiket masuk Pantai Jaboi secara otomatis tidak memiliki beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung? Jangan khawatir soal fasilitas untuk pengunjung karena Anda bisa menemukan tempat parkir kendaraan, kamar mandi, toilet, dan masjid tak jauh dari pantai. Anda juga tidak akan kesulitan untuk menemukan makanan dan minuman karena ada beberapa warung yang menjajakan dagangan di dekat pantai.

Pantai Cantik Berpasir Putih

Pantai Jaboi Sabang menawarkan kombinasi pantai pasir putih dan air laut kebiruan yang sebening kaca yang tidak akan pernah gagal membuat pengunjung terpesona. Panorama Pantai Jaboi semakin paripurna dengan karang-karang yang bertebaran di sana-sini.

Pasir putih yang menutupi bibir pantai terbilang sangat halus. Jika Anda berkunjung ke pantai ini bersama keluarga, Anda bisa menghabiskan waktu di pantai dengan membangun istana pasir bersama seluruh anggota keluarga, misalnya. Sekedar jalan-jalan di atas pasir tanpa alas kaki menyusuri sepanjang pantai juga bisa menjadi pilihan saat berada di pantai ini.

Berenang di Beningnya Air Pantai Jaboi

Air kebiruan yang nampak jernih di pinggir pantai membawa godaan untuk menceburkan diri ke dalam segarnya air. Akan tetapi, Anda sebaiknya tidak sembrono untuk menceburkan diri ke dalam air karena Anda harus mempertimbangkan faktor keamanan. Untungnya, Pantai Jaboi memiliki dasar yang dangkal sehingga cukup aman untuk aktivitas berenang, termasuk untuk anak-anak. Siapa yang bisa menolak kesegaran air laut jernih di Pantai Jaboi?

Snorkeling di Pantai Jaboi

Puas menikmati keindahan Pantai Jaboi Sabang dari atas permukaan air, tentu Anda tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan panorama bawah laut di pantai ini. Dari atas saja, Anda sudah bisa menyaksikan karang-karang bertebaran di sepanjang pantai. Anda pasti bertanya-tanya mengenai kehidupan bawah laut di pantai ini. Pantai Jaboi memiliki beberapa terumbu karang eksotis yang menjadi tempat tinggal berbagai macam biota bawah laut. Oleh karena, snorkeling menjadi aktivitas wajib yang tidak boleh Anda lewatkan di Pantai Jaboi.

Lihat Juga:

Pemandian Air Panas Jaboi

Pantai pada umumnya menawarkan sensasi mandi air laut dingin, meskipun cuaca di pantai sendiri terbilang panas. Apa jadinya jika Anda bisa mandi air panas di pantai? Hal ini tidak mustahil sama sekali ketika Anda berkunjung ke Pantai Jaboi.

Tak jauh dari bibir pantai, Anda bisa menemukan kolam air panas yang airnya dialirkan dari sumber mata air panas yang muncul di sela-sela batuan yang berada di Gunung Api Jaboi. Jarak dari lokasi pemandian air panas Jaboi dan gunung api sekitar 5 km. Pipa khusus digunakan untuk mengalirkan air panas dari sumber mata air di gunung sehingga tetap panas saat mengisi kolam di dekat pantai.

Air yang muncul di sumber mata air gunung berwarna kecokelatan yang menunjukkan kandungan belerang di dalamnya. Akan tetapi, warna air akan berubah menjadi kehijauan setelah kandungan belerangnya mengendap di dasar kolam. Kandungan belerang dalam air panas ini dipercaya bisa menyembuhkan rematik dan berbagai macam penyakit kulit.

Anda bisa menemukan dua kolam di area pemandian. Ada pula dua bak yang dikelilingi pagar untuk sumber air warga sekitar. Ada juga fasilitas pengunjung yang tersedia, termasuk kamar ganti, kamar mandi, dan toilet.

Hebatnya lagi, siapapun bisa menikmati momen berendam di dalam pemandian air panas yang berada tak jauh dari pantai pasir putih tanpa harus mengeluarkan uang sama sekali. Seperti Pantai Jaboi, tidak ada pemberlakuan tiket masuk ke area pemandian air panas Jaboi pula.

Lihat Juga:

Gunung Api Jaboi

Gunung Jaboi

Nah, sudah jauh-jauh ke Pantai Jaboi dari Kota Sabang, mengapa tidak sekalian mengunjungi Gunung Api Jaboi. Banyak orang yang tidak mengira bahwa mereka bisa menemukan gunung di Pulau Sabang yang dikenal akan pantainya. Terlebih lagi, gunung tersebut adalah gunung berapi yang memiliki beberapa kawah aktif meskipun gunung ini tidak tinggi (sekitar 200 m di atas permukaan laut. Tidak ada salahnya sekalian singgah ke Gunung Api Jaboi jika Anda tengah berkunjung ke Pantai Jaboi Sabang.

Pelabuhan Marina Sabang, Dermaga Yacht di Sabang, Pulau Weh

Pelabuhan Marina Sabang di Lhok Weng merupakan salah satu dermaga yacht di Pulau Weh. Dermaga ini juga dipakai untuk event Sail Sabang. Dari pelabuhan ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan yang eksotis dimana laut yang biru, pegunungan yang hijau dan nuansa yang tenang.

Ingin menikmati pesona alam dan wisata bahari yang memukau, paket tour Sabang Aceh akan mewujudkan liburan yang asik di Pulau Weh:

Pulau Sabang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata bahari kelas dunia. Berbagai wisata dikelola secara maksimal untuk memberikan kenyamanan pada wisatawan. Salah satu destinasi wisata yang sering dikenal sebagai wisata bahari internasional adalah Pelabuhan Marina Sabang.

Wisata alam di Sabang memiliki keindahan yang luar biasa. Mulai dari air terjung, air laut, hutan, bahkan tugu 0 km Indonesia. Dermaga Marina kini gencar dipromosikan untuk menyasar para pelancong mancanegara. Apa saja hal-hal menarik dari Dermaga Marina?

Dermaga Marina Sabang

Dermaga ini terletak di Teluk Lhok Weng yang tenang. Pengunjung bisa mengakses pelabuhan ini melalui Pantai Teupin Layeu. Di bawah laut, pengunjung bisa melihat terumbu karang yang dipenuhi oleh ikan hias hias. Tak jarang penyu juga bermain di area sekitar terumbu.

Permukaan dermaga ini dihiasi dengan dermaga fiber yang terhubung ke daratan. Dermaga ini memiliki bentuk huruf “H”. Selain itu, Pelabuhan Marina Sabang bisa menyesuaikan diri dengan debit air. Sehingga tidak akan terpengaruh dengan naik turunnya permukaan teluk. 

Pelabuhan ini sangat sepi, bahkan cenderung tenang. Suasana perairan juga nyaris tidak ada ombak. Pemandangan di area sekitar juga tidak kalah menarik. Kawasan hutan di sekitar juga memberikan rasa segar kepada pengunjung. Namun, terumbu karang di sekitar pelabuhan sudah dipindahkan ke lokasi lain. Dermaga ini digunakan untuk area berlabuh dari yacht (kapal layar). Sehingga biota laut tidak akan rusak ketika ada kapal yang berkunjung atau mengangkut tamu.

Lihat Juga:

Pembangunan pelabuhan ini diprakarsai oleh pemerintah dengan tujuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Sabang. Pelabuhan ini diharapkan membawa dampak positif pada pelaku bisnis di sektor pariwisata di daerah. Dermaga ini juga diharapkan bisa menarik banyak investor dan perusahaan yang bekerja di bidang pengembangan wisata. Karena letaknya yang berada di ujung Sumatera, biasanya dermaga ini dikunjungi oleh kapal dari Phuket dan Langkawi. 

Lihat Juga:

Beberapa pelayar asing juga berpendapat bahwa dermaga Marina Sabang memiliki keindahan yang menakjubkan. Pulau Weh dan wisata laut sekitar terasa sangat istimewa bagi mereka. Pelayar mancanegara juga tidak perlu membayar visa dan bisa berdiam di Indonesia selama sebulan.

Sabang Marine Festival

Dermaga ini juga merupakan tempat digelarnya acara tahunan, Sabang Marine Festival. Acara SMF adalah festival bahari yang diinisiasi oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang yang bekerja sama dengan pemerintah Kota Sabang, pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI juga bergerak mempromosikan acara ini. Tujuan diadakannya SMF adalah mengenalkan potensi bahari, pariwisata, dan ekonomi kreatif dari Kota Sabang. Acara ini mulai diadakan pada tahun 2015.

Acara ini sebelumnya hanya dimaksudkan untuk menyambut para pelayar atau yachter yang melintasi perairan Sabang. Pada tahun 2023 ini, SMF terpilih sebagai Karisma Event Nusantara 2023. SMF tahun ini mengusung tema “Gerbang Kekayaan Bahari Indonesia”. Setelah acara ini vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, SMF kini dinantikan oleh banyak orang. Hal ini bisa dilihat dari kunjungan wisatawan sepanjang 2022 mencapai 254 ribu orang. SMF ditargetkan bisa menarik perhatian 20.000 wisatawan dalam tiga hari.

SMF23 dihiasi oleh berbagai atraksi budaya dan wisata bahari yang membuat acara ini semakin meriah. Acara pertunjukkan dari Yusri Saleh (King of Ratoh Jaroe) bersama ratusan penari dari Kota Sabang menjadi penampilan pembuka yang menghipnotis penonton.

Lihat Juga:

Pawai budaya juga digelar di perairan bersama para nelayan dan panglima laot. Selain itu, masyarakat sekitar juga ikut memeriahkan dengan berbagai lomba bertama bahari dan acara bersih-bersih pantai. Pada akhir acara, seluruh partisipan akan diajak menikmati jamuan khas Khanduri Adat Meulaot yang dibagikan secara gratis kepada semua pengunjung.

Daya Tarik Pelabuhan Marina Sabang

Pulau Weh menawarkan berbagai aktivitas menarik. Sehingga wisatawan yang berkunjung tidak akan merasa bosan ketika berlibur disini. Apa saja aktivitas tersebut?

  • Air Laut yang Jernih dan Tenang

Ketika berkunjung, anda akan langsung disuguhi dengan air laut yang tenang dan jernih. Saking jernihnya, pengunjung bisa melihat area bawah laut tanpa menyelam. Air laut yang jernih ini disebabkan oleh jarak pantai yang cukup jauh dari pulau besar. Sehingga air laut di sekitar pantai tidak tersentuh oleh limbah dan polusi industri. Pengunjung bisa melihat ikan-ikan hias dan biota laut di sekitar. Bahkan, pengunjung juga berkesempatan untuk melihat penyu.

  • Tugu 0 km Indonesia

Tugu ini dibangun pada tahun 1997 dan diresmikan pada tahun yang sama. Tugu Kilometer Nol Sabang ini berhasil menarik perhatian wisatawan domestik. Lokasinya yang indah dan dihiasi dengan air laut yang bening. Di area sekitar, wisatawan juga bisa menemukan penginapan dan wahana. Sehingga tak ada ruginya untuk menjadikan tugu 0km sebagai destinasi wisata liburan. Disini juga tersedia toko oleh-oleh yang menjual souvenir khas Sabang.

  • Pulau Rubiah

Melalui dermaga ini, wisatawan juga bisa berkunjung ke Pulau Rubiah. Pulau ini sudah menjadi destinasi wisata populer karena menawarkan aktivitas snorkeling, diving, camping, dan bermain kayak. Terdapat banyak sekali spot snorkeling yang bisa dijelajahi.

Pulau Rubiah juga menyimpan berbagai beberapa pantai indah yang tersembunyi. Akses menuju pulau ini menggunakan speedboat. Pengunjung bisa menikmati perjalanan menyeberan laut yang menyenangkan.

Meskipun berstatus sebagai tempat bersandarnya kapal layar, Pelabuhan Marina Sabang memiliki pesona yang sanggup mengundang wisatawan mancanegara. Sehingga tak heran jika pemerintah memberdayakan lokasi ini sebagai lokasi pagelaran tahunan Sabang Marine Festival.